Episode 7 : Jawaban
Hi, hi readers. Aku kembali setelah sembuh dari sakit dilanjut terjangkit Writer's Block. Akibatnya harus hiatus sementara.
Selama itu juga aku dapat notifikasi berupa vote & comment untuk cerita ini. Jadi aku ucapkan terima kasih buat kalian yang nyempetin RCL, sehingga buat motivasi aku naik lagi.
Kalau begitu langsung saja baca kelanjutan kisahnya di bawah ini... ^^
~
Jung Yonghwa menatap heran pemandangan di depannya. Mengapa bisa kedua tetangganya terlihat dekat, seperti... sepasang kekasih? Pikirnya menyangsikan dengan kepala bergerak miring secara pelan. Kyuhyun tengah memegang tangan Seohyun dengan ekspresi serius, entah apa yang tengah mereka bicarakan, sampai Yonghwa berpikir untuk memisahkannya.
"Kalian baru pulang juga!" seru Yonghwa sembari berjalan menghampiri dua orang yang dikenalnya.
Permintaan tak masuk akal akan ajakan berpacaran secara tiba-tiba segera terlupakan. Seohyun terburu melepas tangan Kyuhyun dengan gugup, ada perasaan lega saat itu juga.
"Oh, A... Aku lupa mematikan keran! Aku masuk duluan!" kata Seohyun merutuki gelagat bodohnya. "Kenapa aku harus memberikan alasan konyol," tambahnya pelan sambil berjalan cepat.
"Gawat! Rumahmu bisa kebanjiran!" sahut Yonghwa mengekor.
Wajah Kyuhyun mengeras, menahan kesal terhadap kehadiran Yonghwa yang menggagalkan rencana pengakuan cintanya.
"Dia tidak tahu betapa sulitnya menyatakan perasaan. Auh!" geram Kyuhyun sambil memandang nanar punggung Yonghwa yang menjauh.
♫♫♫
Hari-hari berlanjut seolah tak terjadi apa-apa. Namun, sayangnya terasa berbeda. Disaat perhatian yang Kyuhyun berikan pada Seohyun terlihat begitu kentara dan munculnya sikap baru dalam diri lelaki itu. Seohyun hendak menaiki tangga seorang lelaki tua di bilik ruang kerjanya memanggil dan memberikan kardus berupa paket pada Seohyun.
"Ini untukku?" herannya tak merasa memesan barang apa pun.
Satpam itu menjawab. "Tentu saja, maka dari itu aku berikan pada agashi." Ia berlalu kembali ke pos–nya.
"Siapa yang mengirim ini dan apa isinya, berat sekali," kata Seohyun memandang lelah anak tangga di depannya.
Dari arah belakang Kyuhyun datang mengambil alih kardus dari tangan Seohyun.
"Gapjagiya (Kaget aku)!" seru Seohyun melihat Kyuhyun menaiki tangga sambil membawakan barangnya. "Padahal dulu diminta pun dia tidak menoleh sama sekali!"
Saat itu dihari pindahnya Seohyun ke gedung flat tersebut dengan banyak barang bawaan dan tanpa menggunakan jasa layanan pindahan. Sehingga ia harus mengangkat satu per satu barang, mencoba meminta bantuan pada penghuni flat lain yang kebetulan lewat.
"Kau juga tinggal di lantai dua, kalau begitu bisa tolong bantu aku..."
Kyuhyun malah melengos dengan pandangan lurus, menuruni tangga tanpa menunjukan minat.
"Benar dulu dia seperti itu!" ujar Seohyun menggigit bibir bawahnya. "Tapi sekarang lihatlah, dia sok peduli begitu!" tambahnya ikut menaiki tangga sambil meneruskan. "Apa perkataannya yang waktu itu sungguhan." Ingatan akan ajakan berpacaran berkelabat, telah mengusik pikirannya selama tiga hari terakhir ini.
Sesampainya di depan pintu flat suasana mendadak canggung. Kyuhyun membuka mulutnya bahkan belum mengeluarkan sepatah kata pun lantaran Seohyun buru-buru menyela seraya menyambar kardus dari lelaki itu.
"Terima kasih!" singkatnya sedikit menundukan kepala demi sopan santun.
Pintu sudah ditutup dan lagi Kyuhyun gagal memberi tanggapan, ini benar-benar diluar dugaan, pikirnya jelas kecewa. "Seharusnya bukan begini." kata Kyuhyun yang tak tahu harus bagaimana lagi selain muncul pikiran untuk berkonsultasi pada sahabatnya. "Aku harus menelpon Donghae."
Bergegas memasuki rumah sembari merogoh ponsel genggam dari saku celananya. Cho Kyuhyun menyentuh angka satu yang menghubungkan langsung dengan si pemilik nomor. Tak butuh waktu lama panggilan pun tersambung, anehnya suara lelaki di seberang sana terdengar pelan hampir seperti bisikan.
"Kau pergi menonton sepagi ini!" komentar tak yakin Kyuhyun ketika diberitahu bahwa sekarang Donghae sedang berada di bioskop.
"Yoona bilang sangat menginginkannya, jadi aku menemani dan setelah ini kami akan piknik di taman," jelas Donghae tak lepas dari memperhatikan gadis di sebelahnya yang tengah tersedu menyaksikan adegan sedih dari film yang diputar. "Dia menangis," lanjutnya mengambil tisu kemudian ia berikan pada Yoona, gadis itu menghapus air mata dengan masih terisak.
"Memangnya kau harus kasih tahu aku kalau dia menangis!" sebal Kyuhyun.
"Aku tidak bermaksud memberitahumu." Suara pelan Donghae begitu mengganggu pendengarnya.
"Pasti tidak ada penonton lain, kan... jadi berbicaralah lebih nyaman."
"Anindae (Tidak kok), lima penonton lain juga sedang menangis," jawab Donghae melirik orang-orang di sekitar ruangan.
Kyuhyun berdesis menahan kesal. Padahal dia ingin berbicara panjang lebar mengenai hubungannya dengan Seohyun.
"Kyuhyun-ah, seharian ini aku akan fokus terhadap Yoona, jadi nanti aku telepon balik kalau sudah selesai. Oke... bye."
Panggilan terputus. Kekesalan Kyuhyun sudah tidak bisa ditahan, dia hampir melempar benda persegi yang tak lama kemudian berdering menandakan ada yang menelpon. Nama Yesung tertera, benar, bukankah dia masih memiliki seseorang yang bisa dimintai saran.
"Dengar aku baik-baik, menjadi anak magang itu melelahkan. Sebaiknya kau tidak mudah terintimidasi!" Yesung sudah sering mengeluh semenjak mulai bekerja di perusahaan milik ayahnya. "Tunggu sampai kalian tahu siapa aku sebenarnya."
"Memangnya apa yang akan kau lakukan kalau mereka tahu siapa itu kau?" Tanya Kyuhyun tak benar-benar ingin mengetahui jawabannya. "Lupakan!" ia menambahkan dengan cepat. "Pernyataan cintaku terkesan seperti angin lalu, aku harus bagaimana?"
Kali ini Kyuhyun sungguh membutuhkan jawaban. Yesung mengangguk mengerti, dia membuka bilik toilet berjalan menuju wastafel, memandangi pantulan diri di depan cermin demi merapihkan penampilan sebelum keluar untuk kembali bekerja.
"Kau bahkan membawakan barangnya, membuangkan sampah dan memberikan makanan. Sepertinya kau melupakan satu hal yang paling penting..."
"Ohhh kenapa aku tidak menanyakan jawaban akan pertanyaanku," kata Kyuhyun menyadari selama ini dia hanya mendekati Seohyun tanpa mengungkit perihal pengakuan cintanya. "Tunggu... seharusnya dia paham dan memberikan jawaban saat melihatku."
"Pantas saja Seohyun menghindarimu." Tukas Yesung berdecak, seperkian detik kemudian tercekat mendapati wajah lain dalam cermin. "Timjang-nim (Kepala bagian)."
"Pantas saja kau begitu lama meninggalkan pekerjaanmu."
"YESUNG-AH KAU MENDENGARKU!" seru Kyuhyun mendapati tak ada respon dari lawan bicaranya. "SIAL! Dia kena marah?" samar-samar dapat ia dengar suara minta maaf Yesung pada atasannya.
"Aku rasa benar Seohyun menghindariku, tapi kenapa..."
♫♫♫
Tikar sudah digelar tepat di bawah pohon rindang, jam menunjukan bahwa sekarang waktunya makan siang. Yoona mengeluarkan satu per satu kotak makanan dari keranjang yang dia bawa. Disambut bahagia Donghae yang langsung saja membuka penutupnya dan terlihatlah masakan menggugah selera.
"Kau yakin, kau yang membuatnya."
Yoona mengangguk seraya mengambil buah cherry merah. "Coba ini." ujarnya segera saja Donghae turuti. "Manis dan menyegarkan, bukan?"
"Iya sama sepertimu!" sahut Donghae terlalu bersemangat. "Suapi aku lagi!"
Entah mengapa Yoona merasa tersipu malu luar biasa, pipinya juga merona, mungkin karena ini pujian pertama baginya yang terdengar nyata. "Baiklah, makan juga kimbap-nya."
"Kau juga makan." Donghae menyodorkan kimbap pada Yoona.
Mereka tak lupa meminum jus jeruk dengan gaya menyilangkan tangan satu sama lain. Saling tertawa karena merasa konyol melakukan hal tersebut di acara piknik. Sampai bermain game dengan hukuman menghabiskan makanan tersisa bagi yang kalah. Mulut Yoona penuh dengan makanan, rupanya dia tidak baik dalam memainkan kertas-gunting-batu, sehingga kalah tiga kali berturut-turut.
"Pipimu menggelembung," kata Donghae menyentuh kedua belah pipi Yoona. Gadis itu terbatuk, alhasil memuncratkan makanan ke wajah lelaki di depannya. "YA!"
"Aduh maaf, maaf." Yoona menegak habis minumannya, tak hanya itu dia juga menerima segelas lagi milik Donghae.
Selesai makan keduanya beralih pada tumpukan komik. Kencan hari ini memang telah dijadwal oleh Yoona, semua dalam daftar adalah hal yang ingin dilakukannya bersama pasangan. Saling bersandar dihari cerah dalam naungan pohon sambil membaca.
Donghae membuka lembar berikutnya dan berikutnya lagi. Dia terlihat tidak suka dengan bacaannya, terlalu serius dan penuh teka-teki, bukan tipe-nya membaca macam kisah detektif yang menurutnya memusingkan. Sebaliknya Yoona begitu menikmati kegiatannya, dia tertawa sehingga bahunya berguncang. Tentu saja Donghae dapat merasakannya.
"Sepertinya punyamu seru sekali." Donghae menoleh ke belakang melewati bahu. "Ayo kita baca bersama saja," ajaknya tak digubris saking asyiknya Yoona membaca.
Tanpa aba-aba, Donghae bergerak ke samping. Jelas Yoona yang tengah sepenuhnya bersandar pada punggungnya terjengkang. Dengan tanggap Donghae menarik kaki bersilanya agar dapat menahan kepala Yoona dari hantaman kerasnya tanah sehingga tepat terjatuh pada paha atasnya. Seketika itu mata mereka bersitatap disusul suara cegukan Yoona.
"Kau bisa melanjutkannya, aku akan baca yang ini saja," gugup Donghae memberikan komik yang sempat terlepas dari tangan Yoona.
Baru saja Yoona menselonjorkan kaki, mencari posisi nyaman. Suara dering ponselnya menyahut meminta diangkat.
"Kau bisa menjawabnya sambil tiduran." Donghae memberi usul tanpa diminta, mengurungkan niat Yoona yang sudah mengangkat bagian atas tubuhnya. "Dari siapa?"
"Seohyun," singkat Yoona sebelum menyapa penelpon.
♫♫♫
Semua barang dalam kardus telah dikeluarkan, berserakan di lantai dan itu membuat Seohyun mengerutkan dahi. "Maksudmu apa mengirimkan begitu banyak produk kecantikan?"
"Kau harus menjaga penampilanmu, terlebih ada seseorang yang kamu sukai sekarang," sahut Yoona mulai merasa nyaman berbaring dengan menjadikan kaki Donghae sebagai bantal. "...kau tak pernah ke salon dan pipimu terlihat tembem, jadi aku belikan kau rol untuk pipi."
Pandangan Seohyun tertuju pada timbangan persegi. "Bahkan menurutmu, aku harus menurunkan berat badan," kata Seohyun dengan nada tersinggung.
Yoona nyengir selagi telapak tangan Donghae terbuka lebar untuk melindunginya dari sinar matahari yang menyerobot masuk melalui celah dedaunan. "Jangan berpikir negatif karena maksudku baik, sudah dulu ya..." ujar Yoona mengecilkan suara. "Sekarang aku sedang kencan bersama Donghae." Tanpa menunggu jawaban Yoona sudah memutuskan sambungan.
"YA, YOONA-YA!" panggil Seohyun. "Seenaknya saja mematikan teleponku, dia pasti senang sekali bisa pergi berkencan."
Hingga hari berganti malam, Seohyun tetap merasa terusik dan tidak bisa fokus pada apa pun yang dilakukannya.
Berpacaranlah denganku...
Pakaian yang telah terlipat rapih, dia lemparkan dengan frustrasi.
"AUH! Masa Yoona menyuruhku untuk menjawabnya saja sementara ajakan itu sudah berlalu begitu saja, aku bisa malu kalau mengungkitnya lagi. Lupakan!" seru Seohyun menggeleng dan bertekad akan memikirkannya lagi nanti.
"Lebih baik aku pergi ke supermarket, belanja kebutuhan bulanan! Iya, mari kita berjalan-jalan."
♫♫♫
Tanpa disangka seseorang yang sedang mengusik pikirannya walau telah menyibukan diri, tiba-tiba datang menyapa dengan senyum manis yang jarang sekali Seohyun lihat. Iya... laki-laki tinggi itu juga tengah mendorong troli berisi barang-barang kebutuhan, berjalan beriringan dengannya yang sedang memilih sebungkus tomat merah segar.
"Bukankah ini kebetulan yang menandakan bahwa kita ditakdirkan bertemu." Detik berikutnya Kyuhyun menyesali ucapannya, menyalahkan Yesung dan Yuri yang sering sekali mengatakannya.
Seohyun menanggapi dengan kikuk. "Hmm... aku butuh membeli pengharum ruangan." Ia bergegas menggeret troli.
"Kebetulan, aku juga akan membelinya!"
Pada akhirnya Kyuhyun terus mengikuti Seohyun, belanja barang yang bahkan tak dibutuhkannya. Sampai gadis itu menyambar sebungkus pembalut dan tangan Kyuhyun bergerak otomatis meraihnya. Tanpa tahu apa yang diambilnya Kyuhyun mendapat pandangan tajam dari Seohyun.
"Byeontae (Mesum)!"
"OUH!" kaget Kyuhyun melihat apa yang dipegangnya, ia segera mengembalikannya.
Tentu saja hal itu mampu mengundang kekehan Seohyun. "Aku sudah selesai belanja, bagaimana denganmu?"
"Kalau begitu ayo kita ke kasir." Salah tingkah Kyuhyun berjalan mendahului.
Mereka keluar dengan membawa dua kantung plastik. Pertama kali berbelanja di supermarket ditemani seseorang. Seohyun sedikitnya bersyukur bahwa orang itu adalah Kyuhyun, dia semakin yakin akan keputusannya. Bertekad untuk menjawab ajakan berpacaran malam ini juga.
"Biar aku bawakan." Kata Kyuhyun mengambil alih satu plastik di tangan Seohyun. "Kenapa belanjamu banyak sekali dan... kenapa kau menghindariku beberapa hari ini?"
"Benar kau tidak tahu kenapa?" balik tanya Seohyun menghentikan langkah tepat di depan penyebrangan jalan.
Traffic light berubah warna menjadi hijau untuk para pejalan kaki saat Kyuhyun berujar dengan santainya berjalan bersama penyebrang yang lain. "Berpacaranlah denganku... aku bersungguh-sungguh dengan ucapanku sekarang maupun sebelumnya. Aku memintamu untuk menjadi kekasihku."
"Kau tahu ehmm, sebenarnya ciuman waktu itu..." Kyuhyun menjeda selagi langkah kaki lebarnya semakin dekat dengan trotoar di seberang sana. "Bukan kesalahan! Aku melakukannya karena ingin, mungkin saja aku sudah tertarik padamu. Tapi tak tahu jelasnya kapan perasaan tersebut muncul, yang ku tahu sekarang ini kau terus berada di pikiranku."
Seakan merasa lega akan pengakuan yang telah terlontar, Kyuhyun menghembuskan napas memberanikan diri untuk berbalik demi melihat Seohyun. Entah reaksi macam apa yang nanti didapatnya, tapi lagi-lagi kenyataan tak sama seperti dalam bayangannya.
"APA YANG KAU LAKUKAN DI SANA!" seru Kyuhyun malah dibuat kesal, padahal ia sudah susah payah menahan rasa gugup dan yang dia dapat hanya pandangan jauh di seberang jalan dari Seohyun yang mematung. "Yang benar saja, dia itu kenapa, sih."
Beberapa kendaraan beroda empat mulai melaju, Kyuhyun benar-benar dibuat tak mengerti. Dia juga tidak berpikir akan mengungkapkan perasaan untuk ketiga kalinya. Sekarang ini dia sudah cukup malu, menunduk dan memalingkan wajah dari pandangan beberapa pejalan kaki di sekitarnya.
Sementara Seohyun tersenyum simpul, kini ia yakin akan jawabannya. Tentang mengapa lelaki yang selalu bersikap acuh itu memintanya agar menjalin hubungan lebih dari sekedar tetangga.
"Sagwi-ja uri (Kita berpacaran)!" kata Seohyun sungguh tak bisa menahan debaran dihatinya.
"APA?! Aku tidak dengar!"
Siapa pun tolong jelaskan perasaan apa ini, mengapa Seohyun ingin sekali berlari dan menghampiri Kyuhyun. "AKU MAU JADI KEKASIHMU!" ia berteriak sehingga dapat merubah raut wajah dan gesture tubuh lelaki di seberang sana.
"YES!" satu kata kesenangan terucap. "Kenapa aku merasa senang begini." Lanjut Kyuhyun tak lagi memperdulikan pandangan orang lain.
Sebentar lagi traffic light memberitahukan bahwa sekarang giliran pejalan kaki untuk menyebrang. Kyuhyun dan Seohyun sama-sama tak sabar untuk bertemu, mereka terus mengumbar senyum sampai merasa tersipu malu. Rupanya beginilah orang yang sedang kasmaran.
Sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan Seohyun, menghalangi pandangannya dan pandangan Kyuhyun yang sedang tertuju pada wanita yang telah resmi menjadi kekasihnya.
Pintu penumpang mobil terbuka, dua sampai tiga orang keluar mendekati Seohyun kemudian menariknya yang tak sempat mengelak akan serbuan mendadak. Dia dipaksa masuk ke dalam mobil, plastik belanjaan terlepas dari tangan, isinya berhamburan keluar. Hanya butuh waktu seperkian detik saja, mobil kembali melaju.
"Ke mana dia pergi," kata Kyuhyun ketika tak melihat gadis itu lagi, penglihatannya mengikuti gerak mobil yang menjauh. "Seolma..." ia melanjutkan selagi manik matanya bergulir mendapati apel menggelinding ke jalan.
"HEI! Hentikan mobilnya!" Kyuhyun berlari sepanjang trotoar mencoba mengejar mobil yang sayangnya sudah melesat, menghilang di antara kendaraan lain.
♫♫♫
"Hyukjae Oppa, kau menyebalkan sekali!" sungut Seohyun tak bisa menunjukan kemarahannya dengan benar. "Kau telah merusak momen terindahku."
Pikiran akan pertemuan di tengah jalan raya dengan kendaraan yang kembali diperbolehkan melaju, buyar seketika tergantikan dengan kisah dramatis ketika sang wanita menghilang.
"Aku kira seseorang menculikku," kata Seohyun dengan mata mendelik ke arah Hyukjae. "Untuk apa pula aku didandani seperti ini," imbuhnya melihat pantulan penampilan elegannya di depan cermin.
"Cantik kok," tukas Hyukjae menopang dagu dengan satu tangan ditaruh ditangan lain. "Ayo cepat, kita hampir telat." Ia menambahkan sembari berlalu meninggalkan sebuah butik pakaian diikuti Seohyun yang menggerutu.
"Lihat saja aku akan menghabisi Siwon Oppa, teganya dia menakuti adiknya sendiri. Memangnya aku akan menolak bertemu jika dia minta baik-baik."
"Siapa yang bilang kau akan menemui Daepyo-nim?" tanya Hyukjae.
"Kalau bukan dia, apa mungkin Appa?"
"Ketua tidak lagi memperdulikanmu, dia hanya fokus pada kesehatannya dan terus menekan Daepyo-nim."
"Lalu siapa?"
"Calon suamimu," singkat Hyukjae namun terasa menghantam kepala begitu keras. "Demi kelancaran pelebaran usaha dalam bidang teknologi, maka kau harus menikah dengan putera dari Amsung Group."
Bahkan belum sampai satu jam Seohyun menerima ajakan berpacaran dan merasa begitu senang. Pantas saja dia dijemput secara paksa... segera saja Seohyun berpikir untuk melarikan diri. Namun usahanya harus gagal karena Ryeowook, Henry, Shindong dan Zhoumi sudah mengepungnya.
Sesampainya di restoran mewah berbintang lima ditambah dua bintang dari gelar Michelin Star*), Seohyun didorong oleh Hyukjae masuk lebih dalam lagi. Gadis itu menghela, mau tak mau menuruti perintah pegawai sekaligus teman kakaknya. Rasanya bangunan yang dipijakinya menjadi tempat paling membosankan, tiap kali Seohyun mengunjunginya bersama Siwon beserta kolega. Terlebih sekarang dia harus bertemu lelaki yang dijodohkan dengannya, bisakah dia menolak seperti sebelum-sebelumnya.
Dari kursi yang baru saja didudukinya, Hyukjae menggerak-gerakan tangan menyuruh Seohyun meneruskan langkah. Dia juga menunjuk seorang lelaki yang menatap ke luar jendela, terkesan biasa karena mengenakan pakaian kasual.
"Permisi tuan, apa Anda menunggu lama?"
Ya, Seohyun bertanya sekedar formalitas. Dia lalu duduk, detik selanjutnya ia membulatkan mata, mengenali lelaki dihadapannya yang juga sama terkejutnya.
"LEE DONGHAE!"
"CHOI SEOHYUN?!"
♫♫♫
Michelin Star*) Sebuah gelar yang diberikan oleh buku panduan restoran terbaik dunia—Michelin Guide—kepada sebuah yang dianggap sangat baik kualitas makanannya dan layak untuk dikunjungi.
Question: Bagaimana Donghae dan Seohyun menangani perjodohan mereka?
Dijawab yuk pertanyaannya, biar ada interaksi antara kita (Penulis dan Pembaca). Hehe,
Buat yang setia nunggu kisah ini terima kasih banyak...
Alesta Cho.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro