Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Prolog

"Lama, astaga!"

"Berisik!"

"Gue ada kuliah pagi, Bocah!" lelaki yang tidak lebih tinggi dari orang yang ia panggil 'bocah' memasuki mobilnya. "Tinggal, ah!" lalu menyalakan mesin mobil.

Aldan mengacungkan jari tengah ke arah Fabian. Menyempatkan mencium punggung tangan ibunya sebelum berangkat. "Aldan berangkat, ya, Ma."

Ibunya mengelus surai hitam Aldan dengan sayang. "Iya, hati-hati!"

Aldan menghampiri mobil hitam milik Fabian. Remaja berkacamata itu membuka dan menutup pintu mobil milik kakaknya dengan kasar.

Fabian berdecak, "Pelan-pelan dong. Belum lunas nih mobil!"

"Berisik! Cepetan jalan. Tadi katanya lo ada kuliah pagi, 'kan?"

Tidak mengubris omongan Aldan, Fabian memasang Seat belt. "Pake seat beltnya," katanya, yang ditujukan untuk sang adik.

"Tanpa lo ngomong juga pasti gue pasang!"

Fabian menjalankan mobil menuju sekolah baru adiknya. Selama perjalanan, tidak ada satu pun dari mereka yang membuka suara, hanya lagu dari radio yang Aldan putar untuk mengusir kehingan.

Dua puluh menit setelahnya, mereka sudah sampai di depan gerbang SMA Bina Nusantara. Namun, Aldan enggan untuk turun dari mobil. Lengannya bersandar pada kaca mobil, tatapannya jatuh pada murid-murid berseragam putih abu-abu yang berlalu lalang memasuki gerbang sekolah

"Sumpah, gue males banget yang namanya pindah sekolah."

"Salah sendiri. Siapa suruh nakal!"

"Nggak usah mulai, gue lagi nggak mood!"

"Oke. Gue punya tantangan biar mood lo baik!"

"Guna nggak?"

"Gunalah! Gue juga bakal turutin tiga keinginan lo, apapun itu, kalau berhasil!"

Tertarik, Aldan menoleh, menatap Fabian yang juga sedang menatapnya. "Apa?"

Seringai terpampang di wajah mulus Fabian, "Gue kasih tantangan ... lo harus pacaran dengan siswa di sekolah ini selama empat bulan. Deal?"

Aldan menyernyitkan kedua alisnya, "Lo waras?" tangannya menyentuh kening Fabian yang segera ditepis.

"Apa-apaan sih!"

"Lo yang apa-apaan!" tangannya membuka seat belt dengan kasar. "Lo mau gue nge-homo!?"

"Oh, atau lo emang homo, hm?"

"Apa maksud lo?"

Fabian mengendikkan kedua bahunya, "Biasanya kalau orang homo, ya, begitu reaksinya. Karena mereka takut ketahuan kalau orientasinya men-"

"Deal!" putus Aldan sebelum kakaknya itu mengoceh lebih panjang lagi.

Seringaian kembali menghiasi wajah Fabian. "Oke!"

"Inget! Apa pun yang gue mau!" Aldan menekankan lima kata terakhir sebelum keluar dan membanting pintu mobil Fabian dengan kasar.

Fabian menatap kepergian Aldan dari dalam mobil. Adik yang sangat beruntung. Kesalahan Aldan di masa lampau yang ditumpahkan pada dirinya tidak akan pernah terlupakan. Lihat saja, setelah ini apakah adiknya itu masih seberuntung dulu atau tidak. Fabian ingin menguji seberapa hoki anak kesayangan orang tuanya itu. Mengingat apa yang akan dia lakukan pada adiknya itu membuatnya menyeringai. Setidaknya, tidak hanya ia seorang yang menghadapi ayahnya, tapi Aldan pun-mau tidak mau-juga harus menghadapinya. "Ya, apa pun yang lo mau, my lil brother," gumamnya.

Ann | 1/5/17

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro