EPILOG
“Aku bukan Miwa Kasumi yang asli.”
Nobara yang tadinya menahan kantuk pun melebarkan mata, begitu pula Momo berhenti mengacak-acak rambut pirangnya—pusing karena tugas-tugas berdatangan.
“Tunggu, tunggu. Maksudmu apa, senpai?” tanya Nobara, bingung dengan pernyataan Kasumi yang tiba-tiba. Apakah diajak gadis itu ke halaman belakang sekolah untuk mendengar omong kosongnya?
Kenichi dan Kazuo, kedua adik Kasumi pun juga datang ke sekolahnya karena menerima telepon dari sang kakak.
“Jangan berkata omong kosong, Kasumi. Tugasku banyak untuk diker—”
“Itu bukan omong kosong.”
Kasumi yang melangkah diikuti berpasang-pasang bola mata di sana, ia berhenti di bawah pohon dan mengangkat sebuah tali tambang yang usang.
“Tali yang digunakan aku yang asli untuk menggantung diri di batang pohon ini.”
Hening.
Dugaanku dia adalah doppelganger benar, tapi tak kusangka seperti ini.
Ekspresi datar Mechamaru luntur, digantikan bola mata yang melebar dan tubuhnya yang lemas menyentuh tanah. Kenichi dan Kazuo menutup mulut, menahan pekikan kenestapaan dari hati. Walau sudah menebak, Maki dan Mai tak dapat menahan kesedihan yang membludak dalam dada. Momo diam, sedang memproses kalimat Kasumi di antara rumus-rumus matematika yang memenuhi pikirannya.
“Jelaskan perkataanmu, senpai!” Wajah Nobara sudah dipenuhi air mata, matanya menyiratkan luka yang tiba-tiba muncul dan meluas di hatinya.
Kasumi tersenyum getir, wajar mereka tak percaya. Dirinya yang asli tak memberi tahu siapapun tentang rencana bunuh dirinya. Tiga lembar kertas dari saku rok ia keluarkan dan siap ia lantangkan isinya pada orang-orang terdekat Miwa Kasumi.
“Ini tiga surat yang ditulis Miwa Kasumi untukku, doppelganger-nya. Jika setelah ini kalian menolakku dan memilih pergi tidak apa-apa, aku sudah siap menjalani hidup ini sendiri.
“Aku akan tetap bertahan demi diriku yang hanya doppelganger perebut hidup dan pemilik asli tubuh Miwa Kasumi.”
THE END
Yeay akhirnya setelah melewati perjuangan air mata, sakit kepala, dan revisi berulang kali cerita ini tamat. Maaf makin menuju ending makin kaku, gak jelas, dan gak ada feel-nya samsek. Harusnya ending yang feel-nya makin kuat malah aku bikin makin datar :")
Rasanya aku cuma pengen tenang aja deh, mau menghasilkan yang sempurna untuk pembaca tapi pembacaku hampir gak ada. Makin pusing dan gak bakal kelar cerita ini kalau mikirin pembaca terus
Thank you untuk yang rajin baca, ngasih votes, dan komentar book ini sejak awal sampai terakhir. Maaf mengecewakan kalian, ya :")
Jadi... boleh gak aku ngasih beberapa pertanyaan? Gak wajib jawab sih....
1. Apa pesan yang bisa kalian ambil dari cerita ini?
2. Apa kelebihan dan kekurangan cerita ini?
3. Apa pesan yang ingin kalian sampaikan ke aku selalu penulisnya?
Terima kasih sudah jawab
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro