Chapter 6: Youth
"Heeh ... Mechamaru sudah membunuh doppelganger-nya? Tidak kusangka anak bertubuh lemah sepertinya mampu. Pelaku penusukannya pasti saingannya," komentar Mai usai Kasumi bercerita tentang kejadian setelah ia keluar dari restoran.
"Mechamaru pintar, dia pasti punya caranya sendiri," bela Kasumi, ada sedikit perasaan ganjil di hatinya mendengar komentar Mai, seakan dara berhelaikan rambut singkat itu mengejek Mechamaru.
"Selagi punya keinginan kuat, tak peduli selemah apapun tubuhmu kau mampu mengalahkannya."
Teluh yang lewat tanpa permisi memainkan helai-helai rambut tiga gadis itu. Bulan yang separuhnya bersinar ditemani bintang-bintang, saling menyapa di bumantara sekelam arang di atas sana. Sepasang pipi putih itu merona. Hitamnya langit malam menujukan pikirannya pada surai Mechamaru.
"Bukan salahmu Mechamaru terluka, jangan dipikirkan. Orang yang menusuknya yang bersalah," ujar Maki menenangkan.
Kepala dianggukkan gadis bermahkota biru muda, beserta senyum tipisnya. Bukan sesuatu yang mudah berhenti menyalahkan diri, apalagi setelah gagal menyelamatkan orang lain. Kasumi akan mencoba.
"Tumben kau cepat pulang," ujar Mai.
"Ah, karena kejadian tadi bos menyuruhku istirahat," balas Kasumi.
"Wajahmu merona, apa kau teringat sesuatu?" goda Maki.
"Ti-tidak!" elak Kasumi, kini pipi merahnya disembunyikan telapak tangannya.
"Haha ... baguslah kau tidak selalu mengingat doppelganger-mu itu." Maki tertawa pelan.
"Ah, pantas saja kau tadi terlihat kesal aku mengatakan Mechamaru anak bertubuh lemah. Ternyata hm ...." Mai menyikut Kasumi dan tersenyum usil, manik hazelnya mengerling nakal.
"Tidak! Ini bukan seperti yang kau pikirkan, Mai!
Kasumi berteriak malu, tangannya tak lagi berguna menyembunyikan warna merah di wajah. Maki dan Mai yang puas menggoda Kasumi pun tertawa dengan reaksi malu luar biasanya.
"Sesekali kau perlu hidup sebagai gadis remaja yang normal, Kasumi. Di tengah kesibukan cobalah memikirkan kesenanganmu," ujar Maki, ia menepuk pelan bahu Kasumi.
"Sok bijak," cibir Mai.
"Diam kau, Bocah!"
"Dasar Nenek Tua yang memberi petuah sok bijak untuk cucunya. Memangnya hidupmu sendiri normal? Ada laki-laki mendekat saja kauhajar. Kecuali Inumaki, Okkotsu, dan Panda. Siapa yang kau suka di antara mereka? Okkotsu 'kan?"
"Ck! Aku tidak suka siapa-siapa, Kuso Gaki!"
"Oh ayolah, kalian hanya berjarak dua menit. Dan aku bukan cucu Maki."
Ketiga gadis itu saling bercanda dan tertawa. Malam ini dada Kasumi terasa lapang dan lega, baru kali ini ia benar-benar tertawa dan bahagia.
Maki benar.
Terkadang ia perlu menikmati masa remajanya. Tak cukup mengikuti tren saja, berbicara santai di luar jam sekolah pun perlu.
Masa remaja hanya satu kali. Pergunakan sebaik-baiknya.
Aku tak mau kehidupanku saat ini direbut orang lain. Aku akan menjaganya.
Sejenak Kasumi melupakan ketakutannya pada doppelganger, digantikan tekad tak ingin kehilangan kehidupannya sekarang.
Kehidupan bersama orang-orang yang ia cintai.
"Oh ya, bagaimana kalau hari Minggu kita menjenguk Mechamaru?"
"Aaaa ... Kasumi kita sudah dewasa!"
Kasumi sedikit kaget menerima pelukan spontan Mai. Meski sering berkumpul bersama, rasanya ia tak pernah sedekat dan senyaman ini dengan kembar Zen'in.
Sebelumya, Kasumi sedikit kurang percaya diri bersama Maki dan Mai yang terlahir dari keluarga kaya. Gaya hidup, pakaian, makanan, dan semua yang mereka miliki lebih layak dari Kasumi. Walau ada pakaiannya yang mengikuti tren, itu bukan apa-apa dibanding pakaian Zen'in bersaudara.
Mau diusahakan sekeras apapun untuk sejajar dengan mereka, itu tetap percuma. Mereka terlahir di kondisi yang berkontradiksi.
Dulu Kasumi merasa tak pantas berteman dengan mereka, ia selalu menerima bukan memberi. Namun, memberi itu tak selalu berupa uang 'kan?
***
"Aku rindu kedai crepes langganan kita."
"Aku juga, biasanya kita berenam sering ke sana, tapi akhir-akhir ini Miwa-chan sibuk dan tak ikut pergi."
"Sekarang Kasumi bisa pergi."
"Eh?"
Nobara dan Momo melihat ke sumber suara, Maki bersama Kasumi dan Mai. "Kalian tahu 'kan perut Mechamaru ditusuk kemarin malam? Bos di restoran tempat Kasumi bekerja mendengar insiden itu, dia menyuruh Kasumi istirahat dan bersenang-senang, bos di minimarketnya juga," jelas Maki.
"Asyik! Kita bisa belanja bersama ke mal malam ini!" seru Nobara girang.
"Kalian tak menjenguk Mechamaru?" tanya Momo.
"Dia butuh istirahat dan pemulihan sebelum dijenguk, mungkin besok atau lusa baru mendatanginya," jawab Kasumi.
Nobara menarik lengan Kasumi dan Maki. "Ayo kita pergi! Sebelum itu kita ke kedai crepes!"
"Dengan seragam sekolah?" tanya Mai ragu.
"Yah, setelah membeli crepes 'kan kita pulang dulu dan jam tujuh nanti ke mal."
Di trotoar, Nobara menggandeng riang Kasumi dan Maki. Di belakangnya Mai memandangi ponsel dan Momo melihat jalanan.
"Sudah sampai!" Sambil mengantre, gadis-gadis itu mengobrol, kecuali Kasumi yang memilih diam dan maniknya memandangi langit yang mulai gelap.
Apa aku pernah ke sini? batinnya bertanya, pandangannya beralih ke kedai kecil yang dipadati antrean pembeli.
Kalau tak salah mendengar perkataan Nobara tadi, ia sering bersama mereka ke sini pada akhir pekan. Namun, Kasumi merasa ini pertama kalinya ia ke kios yang dipenuhi aroma manis itu.
"Miwa-senpai, antreannya tinggal sedikit. Biar aku yang pesankan, ya. Pesananmu seperti biasa 'kan?" tanya Nobara, menarik Kasumi dari dunia pikirannya.
Seperti biasa? Aku baru sekali ke sini. Aku tak tahu menu apa yang dijual di sini. Ah, aku jawab saja biar Nobara dan yang lain tak curiga.
"Iya, seperti biasa." Kasumi mengangguk dan bibirnya melengkung tipis ke atas.
"Sip!" Nobara mengacungkan jempol dan masuk ke antrean, Mai ikut bersamanya.
Jawabanku tak terlalu buruk, mungkin aku kelelahan sampai tidak mengingat hal-hal yang biasa aku lakukan. Lagi pula kata Nobara kami sudah jarang ke sini. Wajar saja aku lupa 'kan?
***
"Enak!" seru Kasumi.
Maki terkekeh. "Kau sudah tiga kali mengatakan enak."
Perjalanan pulang ke rumah Kasumi, tiga gadis itu menyantap crepes dan bubble tea yang mereka beli tadi. Kasumi tak salah menjawab, Nobara membawakannya crepes Nutella keju dan bubble tea rasa vanila yang cocok di lidahnya.
Tiba di rumah, pintu dibukakan Kazuo yang melihat kepulangan mereka dari jendela. "Ini untuk Kazuo-kun dan Kenichi-kun," ujar Kasumi menyerahkan kantong berisi dua crepes dan dua bubble tea untuk adik-adiknya.
"Oh iya, tadi ada pengantar surat yang mengantar ini. Sepertinya surat untuk onee-san. Akan aku ambilkan."
"Ha'i. Nanti onee-san baca."
Surat yang Kasumi terima dari Kazuo, ia taruh di sebelah tas sekolahnya. Ia berencana membacanya nanti sepulang dari mal. "Kenichi-kun dan Kazuo-kun yakin tidak ikut ke mal?" tawar Kasumi ke dua adiknya, sedang Mai dan Maki sudah berada di luar rumah.
"Tak apa-apa, nikmati waktu onee-san. Masa gadis hanya sekali dan tidak terulang," jawab Kenichi, si termuda.
"Bagaimana nanti kalau ada doppelganger kalian?"
"Aku bisa menjaga diriku dan Kenichi. Lagi pula jika tak sanggup melawannya kami akan berteriak," jawab Kazuo yang diangguki Kenichi.
"Ya sudahlah, onee-san berangkat dulu. Jaga diri di rumah, ya! Kalau ada sesuatu jangan ragu menelepon atau meminta tolong tetangga!"
Semoga mereka baik-baik saja.
[]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro