Chapter 3: Questions
Percakapan yang menggantung kemarin siang menimbulkan beberapa pertanyaan di benak Kasumi. Pagi ini ia memutuskan bertanya pada Maki---orang yang dirasa mampu memberi jawaban yang memuaskan.
"Maki, boleh aku bertanya lebih lanjut tentang doppelganger?" tanya Kasumi, tepat saat Maki menaruh tas di bangkunya.
"Kau mau bertanya apa?"
Gadis mungil itu memutar bangkunya menghadap Maki dan menarik oksigen banyak-banyak. Otaknya berusaha merangkai kalimat pertanyaan yang sederhana.
"Apa kita harus membunuh doppelganger dengan tangan sendiri? Tidak bisa diwakili orang lain? Apa yang terjadi jika orang lain membunuhnya?" tanya Kasumi.
"Percuma, orang lain tak bisa mewakili, mereka tak bisa mati. Walau terluka separah apapun, mereka bisa beregenerasi. Kau harus melakukannya sendiri."
Kasumi mengetuk-ngetuk dahinya. Ini sedikit memusingkan.
"Apa doppelganger punya faktor kematian selain dibunuh manusia aslinya?"
"Sayangnya tidak. Doppelganger adalah entitas lain, bukan manusia. Mereka tidak bisa mati kecuali dengan dua syarat ini.
"Pertama, dibunuh manusia aslinya. Kedua, karena memerintah orang lain membunuh manusia aslinya. Kalau doppelganger sudah mengambil alih kehidupan si manusia yang sudah mati, baru ia jadi manusia seutuhnya. Itulah hukum tak tertulis di dunia ini.
"Sebaliknya manusia asli punya faktor kematian lain seperti sakit, kecelakaan, bunuh diri, dibunuh, dan lain-lain. Mau itu dibunuh karena orang suruhan doppelganger atau tidak, manusia bisa mati."
Sepasang iris bersinar Maki yang tersembunyi di balik kacamata beningnya memperkuat atmosfir mencekam. Didukung ekspresi datar dan intonasi tegasnya, serta dua alis yang sedikit menekuk. Sebenarnya sudah biasa Maki seperti ini---meski tidak setiap saat. Namun, topik yang mereka bicarakan membuat gadis jangkung itu sedikit lebih menakutkan.
"Hm ... kalau aku mati bukan karena suruhan doppelganger-ku, dia tetap hidup. Kalau dia menyuruh orang lain, dia ikut mati. Begitu?" Kasumi menyimpulkan.
"Benar."
Telunjuk Kasumi mengetuk-ngetuk meja. Doppelganger ini mulai mengusik pikiran Kasumi. Semalaman ia tidak cukup tidur karena was-was akan kehadiran doppelganger-nya.
Kasumi menguap dan menutup mulutnya cepat, merasa tidak sopan membuka mulut lebar-lebar di depan orang lain.
"Kau kurang tidur?" tanya Maki, nada suara dan tatapannya melunak, walau ekspresi datar setia bersemayam di wajah cantiknya.
"Ya ... sejujurnya doppelganger ini lumayan menggangguku."
"Selagi kau bisa membunuhnya, semua baik-baik saja."
Sumber ketakutan Kasumi bertambah satu. Kehilangan uang, kelaparan, dan doppelganger. Dua ketakutan lain bisa ia atasi, bagaimana dengan doppelganger? Apa Kasumi sanggup membunuhnya? Mengapa Maki berkata seolah-olah membunuh itu mudah?
"Di dunia ini, kau hanya dibolehkan memilih salah satu. Menemukan atau ditemukan. Membunuh atau dibunuh. Mengganti atau diganti. Apa yang akan kaupilih, Miwa Kasumi?"
"Aku ... tentu saja akan mempertahankan hidupku."
Menurut Kasumi merenggut paksa nyawa suatu makhluk itu terlalu kejam, apapun tujuannya. Meski doppelganger bukan makhluk hidup yang sesungguhnya, Kasumi tetap keberatan. Di sisi lain ia tetap ingin hidup.
"Kita tidak ditangkap karena membunuh doppelganger 'kan?" tanya Kasumi.
"Tentu saja tidak. Kalau doppelganger mati, mayatnya langsung lenyap. Apabila kau mati sebelum membunuh doppelganger-mu, mayatmu bersatu dengannya. Lalu dia akan mengambil seluruhnya tentang hidupmu.
"Ingatan, kasih sayang, dan apa yang kau miliki sekarang jadi miliknya. Seutuhnya. Terdengar tidak masuk akal 'kan? Tapi itu nyata. Ingatanmu selama hidup akan dipindahkan ke otaknya. Dia akan menggantikanmu.
"Namun, kalau kau mati setelah doppelganger-mu mati, mayatmu tetap ada. Begitu pula yang terjadi pada doppelganger jika berhasil merebut hidupmu."
Apa yang diinginkan doppelganger itu dari hidupku? Aku miskin dan yatim piatu. Apa dia ingin merebut adik-adikku? Tidak kubiarkan. Namun ... aku tidak bisa membunuh ... itu menakutkan dan kejam.
"Maki, seandainya doppelganger menggantikanku ... apa orang lain menyadari kalau dia bukanlah aku yang asli?"
"Tentu tidak. Seperti yang sudah aku katakan tadi, dia benar-benar merebut semuanya darimu. Doppelganger itupun juga lupa kalau dia bukanlah yang asli.
"Cuma di beberapa kasus ia melupakan beberapa orang atau kejadian yang penting bagi si manusia asli. Dia akan ingat kembali jika ada pemicu mengenai sesuatu yang dilupakannya.
"Umumnya mereka lupa kejadian saat membunuh manusia asli. Yang tahu dia bukan orang asli hanya orang yang menyaksikan doppelganger membunuh manusia asli itu. Namun, itu sangat jarang terjadi karena doppelganger suka bertarung di tempat sepi.
"Dan ... entah bagaimana caranya dan apa penyebabnya ... jika kau belum membunuh doppelganger-mu di usia 18 tahun maka kau akan mati dengan sendirinya. Tidak ada bukti logis terkait hal ini. Dunia kita aneh."
Kasumi terdiam. Berandai apabila dia mati, kemudian doppelganger-nya menempati posisinya.
Adik-adiknya menyayangi tiruannya, bukan Kasumi yang asli. Teman-temannya mencurahkan kasih sayang dan perhatian pada Miwa Kasumi yang palsu.
Gadis yang menghabiskan waktu bersama mereka bukan Miwa Kasumi, melainkan doppelganger-nya. Sahabat dan adik-adiknya bukan lagi milik Kasumi.
Miwa Kasumi yang asli terbuang dan tiada seorang pun yang mengetahui kematiannya. Walau hidupnya tak terlalu menyenangkan, Kasumi ingin dirinya dikenang dan kematiannya diketahui orang-orang yang peduli padanya.
Sesak membayangkan semua yang dimilikinya direnggut orang lain. Rasa pedih merambati hatinya, memancing gugusan air tumpah.
Kasumi takut mati, terutama mati tanpa sepengetahuan orang yang disayanginya. Ia ingin hidup tapi takut membunuh. Apa pilihan terbaik yang bisa ia ambil?
"Hiks ...."
Maki yang menyadari air mata berguguran dari dwimanik biru muda itu segera memeluk Kasumi erat. Menyalurkan afeksi yang sekiranya mampu meredakan rasa sesak dan ketakutan gadis itu.
Jarang Maki melihat Kasumi menangis. Di balik sisi tangguhnya, Kasumi gadis yang berhati kaca.
"Jangan takut, aku akan membantumu."
"Ak-aku tidak bisa membunuh, Maki."
"Aku akan membantumu."
[]
Maaf kalau 2 chapter ini membosankan karena banyak penjelasan. Kalau ada yang nggak dimengerti boleh kok tanya aku ^^. Aku sendiri agak susah mau jelasin konsep dunianya gimana :")
Nah... kenapa untuk doppelganger terkadang menggunakan kata ganti 'dia' dan 'mereka' terus manusia asli kadang pake kata ganti 'kau'/'aku' dan 'kita'? Ini tergantung dialognya aja.
Pas pakai kata ganti 'kau'/'aku dan 'dia' itu merujuk Miwa dan doppelganger-nya. Kalau 'mereka' dan 'kita', objeknya manusia dan doppelganger secara umumnya.
Secara ringkasnya gini:
1. Jika manusia tidak membunuh doppelganger-nya sebelum umur 18 tahun, dia akan mati
2. Doppelganger dan manusia asli harus saling membunuh
3. Doppelganger hanya mati apabila menyewa orang lain untuk membunuh manusia asli, dan manusia asli itu terbunuh. Kalau manusianya nggak terbunuh sih doppelganger nggak mati.
4. Selain poin nomor 3, doppelganger juga mati karena dibunuh manusia asli. Sedangkan manusia asli banyak faktornya. Manusia asli nggak bisa nyewa orang buat bunuh doppelganger, percuma aja. Toh doppelganger-nya nggak bisa mati kalau yang bunuh bukan manusia aslinya
5. Kalau manusia asli mati sebelum doppelganger-nya mati, mayatnya nggak hilang, malahan bersatu dengan doppelganger. Doppelganger hidup sebagai manusia, ntar kalau dia mati dia juga bakal mati sebagai manusia. Ingatan manusia asli jadi milik doppelganger (cuma di beberapa kasus doppelganger melupakan hal-hal yang penting, bakal ingat lagi kalau ada pemicunya)
Kalau manusia asli mati abis doppelganger-nya mati, mayatnya nggak bakal hilang dan nggak bakal direbut siapa-siapa
6. Kalau doppelganger mati, mayatnya bakal hilang
7. Asal mula adanya doppelganger tidak jelas, tapi mereka punya ambisi untuk merebut kehidupan manusia aslinya
8. Yang membedakan manusia dn doppelganger, manusia punya tanda biru di punggung. Doppelganger punya tanda merah. Kalau mereka bertemu, tanda itu akan menimbulkan panas. Kalau salah satunya mati, tanda di punggung hilang
Apa udah jelas? Sila tanya kalau dirasa masih membingungkan
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro