6. Expelled
Akhirnya udah ga banjir, jadinya aku bisa update zixiix
Aku mau survei, kalian paling seneng baca wattpad yang part-nya sampe berapa?
Menurut kalian, readers ngasih vote dan komen itu suatu kewajiban?
Buat yang sider, kenapa lebih seneng sider dari pada vomment?
Kalo hujan-hujan lebih enak makan mie kuah atau minum yang hangat?
Ini makasih loh buat yang masih baca, ngelihat komen kalian bikin bad mood-ku sama si beban jadi hilang WKWKSKS
Terima kasih buat yang vomment kemarin. Gbu!❤️
Happy reading❤️
"Om, yakin gak mau bayar tebusan? Ternyata Om lebih milih duit daripada anak, ya. Saya masih baik minta uang doang. Om mau keluarga kalian saya obrak-abrik, hah?" Ancaman Arjuna membuat darah Krisna seketika mendidih.
"Kamu jangan kurang ajar, Arjuna!" seru Krisna.
Tawaan jahat terdengar jelas dari bibir Arjuna. "Oh, maaf, Om. Saya emang kurang ajar, buktinya videonya baru aja saya sebar."
Krisna menggebrak meja. "Sialan! Saya cari kamu nanti!"
"Silakan, Om. Om gak bakal bisa nemuin saya. Kalaupun kita ketemu di kampus, saya bisa laporin ke satpam karena Om buat keributan."
"Saya tidak peduli," balas Krisna.
"Om, nanti saya kirim link videonya di twitter, sudah banyak orang yang hujat anak Om."
"Keparat!" Wajah merah padam, urat-urat tercetak jelas di wajah Krisna.
Bip.
Setelah ponsel dimatikan sepihak oleh Arjuna, Krisna menerima notifikasi dari email Arjuna yang berisi link video yang diduga Kiara bersama Arjuna. Usai membukanya, pupil kedua netra Krisna seketika membesar, tak menyangka kalau lelaki bajingan itu sungguh-sungguh akan ucapannya.
Berikut adalah komen para netizen yang maha suci setelah melihat video itu;
Sorot mata tajam bagai lava gunung yang mendidih menghunus retina Kiara. "Kiara, lihatlah kebodohanmu!" seru Krisna, sembari menyodorkan video itu.
"Papa ...," lirih Kiara.
Krisna mendorong pelan Kiara. "Sebaiknya kamu ke luar dari rumah ini, Papa tidak mau menanggung malu karena kamu!"
Kiara menggeleng keras. "Jangan, Pa ...."
Krisna menghela napas guna menetralkan emosinya. "Kalau tidak mau, cepat pikirkan caranya agar nama kamu bersih."
"Kiara nggak tau, Pa," jawab Kiara.
Krisna berdecak malas. "Makanya, jangan tolol karena cinta." Lelaki paruh baya itu sebenarnya kasihan kepada Kiara, namun ia tak mau cewek itu dalam bahaya. "Jangan balik ke rumah ini sampai kamu dapat solusinya. Mengerti?"
Kiara mengangguk pasrah. "Mengerti, Pa."
"Silakan keluar dari rumah ini," ujar Krisna menunjuk pintu rumah.
"Aku pamit dulu," sahut Kiara dengan lesu, lalu berjalan ke luar rumah dengan langkah tak niat.
Mely baru saja datang dari pasar dengan membawa tas belanja. Ia menatap heran Krisna, tak habis pikir bisa tega dengan anak sendiri. "Krisna, kamu sudah gila mengusir anak sendiri, hah?"
"Anakmu yang lebih gila karena mempermalukan keluarga," sahut Krisna.
"Ya Tuhan ... kalau sampai ada apa-apa dengan Kiara, kamu harus tanggung jawab."
***
Kiara benar-benar tak tahu harus ke mana, dia tak punya rumah lagi selain di rumah tadi. Seriusan, dia sudah pasrah mau menginap di emperan toko, yang penting bisa tidur, walaupun tak nyenyak.
Di sisi lain, Sheila tengah mengendarai motornya melihat Kiara dari kejauhan. Oleh karena itu, ia menghampiri cewek itu. "Kiara, lo kok lesu gitu?"
Kiara terkejut mendengar suara Sheila. "Eh, Sheila?" tanyanya. "Gue habis diusir dari rumah ...."
Cewek itu turut prihatin atas kejadian yang menimpa Kiara. "Ya ampun. Kalo gitu, lo mau nginep di apart gue? Kebetulan gue tidur sendiri."
"Eh, gak usah, nanti ngerepotin," jawab Kiara tak enak hati.
"Santai, gapapa, kok." Sheila tersenyum tipis. "Lo gak bawa baju ganti?"
"Enggak, tadi udah keburu diusir sama Papa," ungkap Kiara.
"Nanti gue minta tolong Avram aja buat ambilin baju lo," ujar Sheila.
Kiara seketika melotot. "Jangan!"
"Kenapa?" tanya Sheila mengerut heran.
"Nanti cd sama bh gue dilihat," balas Kiara tersenyum canggung.
"Oh, iya, anjir!" Sheila tertawa. "Gini aja, deh, nanti gue minta tolong sama Mita buat ambilin baju lo, nanti dia barengan sama Avram ke sana. Gimana?" Sheila memberikan saran.
"Hm, boleh .... Sorry, ya ...." Kiara masih merasa canggung dengan Sheila mengingat mereka jarang ngobrol.
Sheila berdecak malas. "Maaf, maaf mulu lo, belum lebaran, anjir."
"Gue Hindu," jawab Kiara.
"Eh, iya," sergah Sheila cengengesan. "Untung Avram Hindu juga ye, jadinya aman." Cewek itu tersenyum penuh arti.
"Aman gimana maksudnya?" tanya Kiara terheran-heran.
Sheila tertawa tipis. Ia yakin suatu saat Kiara akan mengerti dengan maksudnya. "Oh, enggak. Lupain aja, gue emang rada gaje," jawabnya. "Lo naik ke motor gue, kita ke apart."
"Oke, Sheila," jawab Kiara, lalh naik ke atas motor Vario Sheila.
***
"Akhirnya kita sampai, Kiara," ungkap Sheila setelah memarkirkan motor di basement apartemen.
Kiara tersenyum tulus. "Makasih banyak, ya."
"Santai aja, elah, pake bilang makasih segala." Sheila menarik tangan Kiara, membuat mereka berjalan beriringan menuju kamar Sheila. "Lo udah makan belum?"
"Udah," jawab Kiara. Akan tetapi, perutnya tiba-tiba berbunyi.
Tawa Sheila seketika pecah mendengar bunyi cacing yang memberontak di perut Kiara. "Yaelah, pake bohong. Lain di mulut, lain di perut. Lo mau makan apa?" tanyanya sembari menekan tombol lift menuju kamarnya di lantai sepuluh.
Kiara cengengesan. "Apa aja boleh."
Pintu lift akhirnya terbuka. Sheila menarik tangan Kiara agar berjalan ke kamarnya. "Gue masakin sayur sup sama ayam goreng tepung mau?"
"Gue aja yang masak," jawab Kiara.
Setelah sampai di depan kamar, ia menempelkan kartu di dekat pintu kamar. Pintu pun akhirnya terbuka. "Jangan, biar gue aja."
"Gue aja, Sheilaaaa ...."
Setelah keduanya masuk, akhirnya Sheila menutup pintu itu kembali. Ia mengajak Kiara duduk di kasur. "Ya udah, lo masak sayur, gue masak ayam goreng. Gimana?"
"Okelah, deal."
***
Mahardika Septano menatap video yang Arjuna kirim melalui akun video dewasa tempat jual video untuk menyebarkan video Kiara. Ia tertawa puas melihat kehancuran keluarga Krisna. Baginya, teman Derry adalah musuhnya juga. Jadi, siapa pun yang berteman dengan Derry akan ia ganggu juga.
"Pintar sekali kamu, Arjuna. Uang jajan kamu Papa tambah," ujar Mahardika.
"Iya, dong. Cewek pasti mau aja kalo aku ajak main." Arjuna tertawa bangga.
"Bagus, bakat playboy kamu memang nurun dari Papa. Cewek itu memang murahan semua, diajakin begitu pasti mau."
"Termasuk Mama?" tanya Arjuna mengerut heran.
"Of course. Mama kamu aja ninggalin Papa setelah dia hamil di luar nikah, lalu menitipkan kamu pas bayi di depan rumah Papa. Akan tetapi, walaupun kamu anak di luar nikah, Papa tetap mau merawat kamu karena kamu laki-laki. Coba kalau kamu perempuan, Papa udah buang kamu dari dulu."
"Kenapa memangnya kalau perempuan?" Ia bertanya lagi.
"Perempuan itu tak berguna, hanya jadi budak untuk memproduksi anak, hanya boleh bekerja di dapur, bikin repot saja. Ingat, jangan sampai derajat perempuan lebih tinggi dari laki-laki," jawab Mahardika dengan ekspresi remeh.
"Pantesan kita bajingan," ungkap Arjuna.
"Apa?"
Avram Barata
Kiara Pradnyaswari
P.s: maaf yaa wajah Kiara jahat banget, aku emang lebih suka gambar cowok daripada gambar cewek😭
Spam "Kiara" for next chapter
Spam apa aja di sini
Mumpung aku lagi bad mood, kayaknya enak ya kalo nulis sad ending?🤣
BERCANDA KOK BERCANDAAAAA WKWKWKKWK
230 komen aku update yaa
TBC❤️🔥
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro