Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

11. Electric Kiss

Yey, happy 30k xixixi!❤️

Kenapa ya di part sebelumnya komennya dikit bgt? Aku jadi overthinking ini ceritaku yang makin jelek apa gmn wkwkkw

Kuy pencet bintang di bawah dan komen sebanyak-banyaknya❤️

Kalian pada nunggu cerita ini end atau ikutin pas on going?

Happy reading and happy new year kalo kalian bacanya besok hehe!

Dian: lo udah dapetin Kiara, gue udah dapetin Arjuna. Kapan lo mau bilang ke Kiara?

Mereka terdiam sejenak, lalu memanggil waitress guna memesan makanan. Waitress itu berjalan ke arah mereka. "Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.

"Kamu mau apa, Ra?" tanya Avram pada Kiara.

"Mau spaghetti carbonara sama milkshake cokelat," jawab Kiara.

Avram mengangguk paham. "Oke. Kalo gitu aku samain aja, biar tau gimana selera kamu."

"Norak gak pernah makan spaghetti carbonara sama minum milkshake cokelat," sinis Arjuna.

Avram tak peduli akan ucapan Arjuna. Ia malah melempar senyuman pada Kiara. Cewek itu membalas senyuman Avram.

"Kamu mau apa, Juna?" tanya Dian.

"Samain aja sama kamu," jawab Arjuna sudah terlanjur bete.

"Mbak, aku spaghetti carbonara dua, milkshake cokelat dua," ujar Dian pada waitress tersebut.

Arjuna pastinya kaget menunya disamakan dengan Avram dan Kiara. Namun, ia malas protes, yang ada akan ditertawakan sama Avram kalau ia bertengkar dengan Dian.

"Baik, Mbak. Mohon ditunggu sebentar, ya."

"Siap, Mbak. Terima kasih," jawab Dian tersenyum ramah.

Di sisi lain, Avram kembali mengambil ponselnya guna mengirim pesan pada Dian.

Avram: kalo udah beres semuanya, gue bakal bilang ke dia

Dian: kita gak boleh ceroboh.

Avram: iye, bawel. Gue paham. Lo tinggal pake keahlian lo, pasti semua bakal aman.

Avram: Btw, ganti kartu sim lo, kemungkinan besar Arjuna bisa lacak nomor lo yang ini karena pake nomor yang biasa lo pake buat chat sama orang lain

Dian: santuy, nanti gue pake hape yang Papa dulu beliin di Amerika

Avram: gue gak pengen tau lo beli hape di mana.

Dian: ya udh.

Setelah itu, Avram menaruh ponselnya di saku. Ia melirik Dian sebentar, dibalas senyuman kecil oleh cewek itu. Ia beralih menatap Kiara.

Mereka terdiam, tak ada yang berusaha memecah keheningan, hanya jari Avram yang menautkan tangannya pada tangan Kiara. Cewek itu menatap Avram, melempar senyuman terbaiknya, lalu kembali melirik tangannya yang digenggam oleh cowok itu.

Tak terasa semua pesanan dibawakan ke meja mereka, ditata satu per satu ke meja makan. "Semuanya sudah lengkap, ya," ungkap waitress tersebut.

"Sudah, Mbak. Makasih banyak, ya," balas Kiara tersenyum ramah.

"Iya, sama-sama," jawab pelayan itu, lalu berjalan ke tempatnya.

"Raraaa, suapin aku, dong," ujarnya dengan suara manja.

Arjuna menatap jijik Avram, ia tak suka melihat Kiara bahagia dengan pria lain. Ia sadar bahwa dirinya yang memutuskan hubungan dengan Kiara. Akan tetapi, Arjuna tak mau Kiara move on.

Hanya dirinya yang boleh singgah di hati Kiara.

Kiara mengambil spaghetti menggunakan garpu, menyodorkannya pada Avram. "Buka mulut, By."

"By, By. Muka lo babi." Arjuna marah terus dari tadi.

Kiara malah makin gencar buat mesra-mesraan sama Avram. "Yey, pesawat bentar lagi mau masuk. Siap-siap, ya."

Avram tersenyum senang. "Oke, Baby."

"Aaaaa." Kiara memasukkan makanan itu ke mulut Avram.

Avram mengunyah pasta tersebut dengan senang hati. Ia mengambil tisu untuk membersihkan mulutnya. "Enak banget, apalagi kalo kamu yang suapin, aku makin semangat makan."

"Romantisnya terlalu dibuat-buat." Arjuna lagi-lagi komen kayak netijen tik tok julid.

"Sini aku suapin, Juna," tawar Dian.

Arjuna menatap Dian penuh arti. "Nanti aja suapinnya pake mulut."

"Ih, banyak jigong, awas HIV," sindir Avram pada Arjuna.

Kiara tertawa mendengar ejekan Avram. Ia puas Arjuna hari ini kesal. Punya pacar jago mengejek orang jahat ternyata berguna juga membuat sakit hati orang yang telah menyakitinya.

"Bisa-bisanya lo ketawain gue, hah?!" Arjuna tak terima melihat Kiara tertawa.

Kiara menghentikan tawanya. Ia tersenyum licik pada Arjuna. "Kenapa? Gak boleh?"

Pria itu mendecih tak terima. "Oh, udah berani sama gue?"

"Sejak kapan gue takut sama lo? Palingan lo lagi kepanasan, makanya lo marah-marah gak jelas," jelas Kiara tersenyum puas.

"Bacot banget lo, Lonte!" seru Arjuna.

Avram merangkul bahu Kiara. "Bagus, Kiara." Kedua retina pria tersebut menghunus retina Arjuna. "Kalo Kiara lonte, lo apaan?"

"Jangan ikut campur," sergah Arjuna.

"Juna Sayang, gak usah peduliin mereka. Oke?" Dian berusaha menenangkan Arjuna.

Arjuna mengangguk pasrah. "Iya."

***

Setelah mereka makan di restaurant, akhirnya Kiara dan Avram mampir ke rumah Avram. Walaupun selama ini mereka tetanggaan, tapi mereka nggak dekat, ngobrol saja jarang. Ini pertama kalinya Kiara berduaan di rumah ini dengan Avram, biasanya ke sini cuma sebentar untuk memberi kue buatan Mamanya.

"Lo gapapa?" tanya Avram pada Kiara.

"Gapapa, kok," jawab Kiara tersenyum tipis.

Avram mengangguk paham. "Kiara, kita besok ke tempat pengacara Papa gue mau gak?"

"Boleh."

Avram menepuk pundak Kiara guna memberi dukungan kepada wanita tersebut. "Kuatin diri lo, Ra. Sebentar lagi pasti bakal berlalu."

"Kalo lo ngomong soal Arjuna, gue baik-baik aja, kok."

"Dia lebih berbahaya dari yang lo pikirin. Waktu itu rumah Papa lo ditembak sama Arjuna."

Sontak, Kiara terkejut. Matanya terbelalak, kedua tangan memegang pipi. Tak terasa air matanya mulai jatuh membasahi pipinya. "Ya ampun .... Terus, gimana keadaan Papa sama Mama gue?"

"Syukurnya baik-baik aja, Ra. Lo harus tau, sebenernya lo diusir bukan karena Om Krisna gak sayang, justru beliau sayang banget sama lo. Beliau tau lo bakal diincar, makanya lo diusir dari rumah biar lo gak kena teror."

"Mereka ngorbanin nyawa demi gue?" tanya Kiara.

Avram mengangguk mantap. "Iya."

"Avram, gue salah paham sama mereka. Gue gak bisa mikir jernih waktu itu, seolah-olah gue yang paling tersakiti. Padahal, orang tua gue jauh lebih sakit hati, bahkan rela lindungin gue. Gue emang tolol, gue salah langkah ...."

"Udah, jangan dipikirin lagi. Toh, udah terlanjur. Cara yang bisa lo lakuin saat ini adalah introspeksi diri supaya meminimalisir kesalahan yang lo buat."

"Gue mau minta maaf sama Papa Mama."

Kedua tangan Avram menangkup wajah Kiara, mengusap pipi sang puan agar Kiara merasa tenang. "Nanti gue anterin. Oke?"

Kiara mengangguk pelan sebagai tanda persetujuan.

Perlahan, wajah Avram mulai mendekat ke wajah Kiara guna mengikis jarak di antara mereka. Ketika pria itu mulai mendorong bibirnya lebih dekat ke Kiara, wanita itu memejamkan mata, bersiap menerima ciuman dari Avram.

Kedua benda kenyal tersebut saling bertaut, menyalurkan kasih sayang yang selama ini mereka tak bisa curahkan. Perut Kiara seolah dikerubungi kupu-kupu, sengatan listrik mengalir di sekujur tubuh keduanya.

Avram sangat mengerti bagaimana cara membuat Kiara nyaman sampai menginginkan momen ini terjadi lagi dan lagi.

Avram sadar ini semua salah. Ia langsung melepas tautan bibirnya. "Sorry, gue terbawa suasana."

"Gapapa, jugaan yang cium gue orang yang gue sayangi."

Ucapan Kiara membuat Avram terkejut. "Lo bukannya pacaran sama gue cuma buat pelampiasan karena gamon dari Arjuna?"

Kiara tertawa kecil. "Justru gue jadiin Arjuna sebagai pelampiasan buat dapetin lo."

Avram mengerut bingung. "Karena Arjuna musuh gue makanya lo deketin dia?"

"Iya. Selain itu, dia juga musuh keluarga gue. Makanya, gue mau bales dendam ke dia dengan cara mainin hati dia. Gue gak sebego itu jatuh cinta sama cowok jahat kayak dia."

"Berarti, perasaan kita gak bertepuk sebelah tangan, ya?" tanya Avram tersenyum senang.

Kiara tersenyum tipis. Ia salah tingkah harus terjebak di momen romantis ini. "Bisa dibilang begitu."

"Dari kapan lo suka sama gue?" Avram jadi makin kepo.

Kiara memalingkan wajahnya ke arah lain. "Jangan nanya-nanya."

Avram mencolek dagu Kiara. "Dih? Malu, ya?"

Kiara menatap pria itu, ia berdecak malas. "Pikir aja sendiri."

"Ah, biar gue tebak. Pasti dari pas kita pertama kali masuk HMJ, ya?" tanya Avram menaikkan kedua alis.

Kiara sempat salah fokus melihat wajah Avram yang makin tampan ketika menaikkan kedua alis. Namun, ia menggeleng kecil. "Gak pertama kali juga, sih. Dari pas rapat kedua gue mulai naksir lo. Gak munafik gue lihat lo ganteng, badan lo juga bagus. Lo kelihatan cuek dan pendiam, gue suka."

"Cie, udah gak malu lagi, malahan kamu confess panjang lebar."

"Auk, deh!" seru Kiara.

"Tadi kamu bilang badan aku bagus. Mau lihat, gak?" Avram menyibak sedikit t-shirt abu-abu yang ia gunakan agar terlihat perut roti sobek itu.

"Hah?" Kiara rada kaget lihat perut Avram.

Avram mengarahkan tangan Kiara agar meraba perutnya. "Raba aja dulu. Gimana? Padat, kan?"

"Kayak cokelat batangan di Indokresek," jawab Kiara.

Avram membuka bajunya, lalu melemparnya ke samping sofa. "Sekarang aku udah buka baju. Keren, kan?"

"Bulu ketek kamu kayak akar eceng gondok."

"Teganya. Gagal keren, dong, aku?" Avram mencebik kesal.

"Iya."

"Awas aja, ya!" seru Avram.

"Jangan marah, ah. Aku belum selesai ngelihatin badan kamu. Aku salfok sama tatto kamu, bagus," ujar Kiara, jari telunjuknya beralih meraba tatto Avram yang terletak di dada kanan, mengikuti lekuk tulisan 'Audacity'.

"Kamu tau kenapa aku pake tato?" tanya Avram.

"Kenapa?" Kiara penasaran.

"Kalo aku dibunuh suatu saat nanti, biar gampang ngenalin jenazah aku."

Kiara jadi takut kalau hal itu terjadi. "Kamu jangan ngomong gitu, ah ...."

Avram tertawa puas. "Bercanda aja."

"Bercandaanmu gak lucu, By!"

Pria itu membawa Kiara ke dekapannya. "Maaf, ya ...."

"Jangan kayak gitu lain kali," peringat Kiara.

"Iya."

***

Dian: Besok saatnya lo beraksi.

—————————-

Jujur aku ga tau ke depannya bakal kek gimana. Kadang, alur di otak udh mateng, eksekusi di tulisannya yang susah. Aku bukan tipe org yang jago nulis, cuma demen halu, habis itu belajar cara nulis yang rapi, walaupun sampe sekarang masih ada kesalahan wkwkkw

Ada pesan yang ingin disampaikan untuk;

Kiara?

Avram?

Arjuna?

Dian?

Jangan lupa share ke temen-temen kalian yaa❤️

Spam komen di sini, yuk, biar cepet up!

100 komen aku update yaa!

Tbc❤️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro