-𝙻𝙴𝚃 𝙷𝙸𝙼 𝙶𝙾
+
+
"Ayo masuk, Y/N..." Kak Hyerin mempersilahkan aku untuk masuk terlebih dahulu.
Aku hanya tersenyum dan masuk ke dalam ruangan Renjun...
"Hai, Renjun." Ucapku seraya mendekati ranjang tempatnya berbaring.
"Y/N, darimana aja?" Tanyanya padaku.
"Astaga, tadi OSIS ada kegiatan untuk acara kegiatan ulang tahun sekolah. Maaf ya jadi telat datang."
"Oh, nggak masalah kok. Ini udah malam, harusnya kamu nggak perlu dateng kesini."
"Ya... Gapapa. Aku pengen ketemu sama kamu."
"Ekhem..." Kak Hyerin membuat suara batuk, padahal aku tau itu hanya batuk pura-pura untuk mendapat perhatian.
"Eh... Kak Hyerin disini? Maaf ya jadi ngacangin kakak." Ucap Renjun.
"Gapapa... Emmm... Kalian berdua disini dulu ya, kakak mau keluar sebentar. Cari angin." Ucapnya seperti mencari-cari alasan.
Mungkin kak Hyerin tidak merasa enak menggangu waktu kami berdua disini,
"Iya, kak... Nanti balik lagi ke sini ya." Ucap Renjun untuk kak Hyerin.
Kak Hyerin menganguk kemudian pergi dari ruangan ini
"Gimana di sekolah? Seru kah?" Tanya Renjun untuk membuka pembicaraan.
"Nggak ada kamu nggak seru..."
"Haha... Emang kamu tuh pasti kesepian banget. Maaf ya jadi kesepian karena aku masih dirawat."
"Bukan salah kamu... Lagipula demi kesembuhan kamu."
"Emmm... Boleh aku nanya sesuatu?"
"Apa, jun?"
"Kalau aku pergi... Kamu bakalan kesepian buat selama-lamanya dong?"
"Hah? Maksud kamu?" Aku benar-benar tidak punya ide dengan perkataan Renjun barusan.
"Kalau aku nggak bisa lawan penyakitku... Kamu iklas lepasin aku?"
Aku kemudian membuka mataku dengan lebar, aku tau maksud perkataan itu...
"Kamu ngomong apa sih? Jangan berfikir negatif deh, Jun..." Ucapku padanya.
"Tapi aku rasa... Aku nggak bisa."
"Maksudnya nggak bisa?"
"Aku udah cape. Aku kira aku bisa ngelawan semua penyakit aku... Tapi aku cape. Aku pengen nyerah. Badanku rasanya mati rasa semua, darah yang keluar dari tubuhku banyak sampai sekarang aku bahkan nggak bisa ngerasain kaki dan tanganku. Aku cape."
Aku mengengam tanganya untuk memberi semangat "Nggak ada yang mustahil, Jun. kamu bisa. Kamu pasti kuat ngelawan ini semua."
"Aku juga pengen gitu. Aku pengen hidup buat jadi orang yang paling kamu sayangi. Boleh aku kasih kamu sesuatu, ya... sebelum aku pergi."
Aku menitiskan air mataku, aku mengatakan "Apa...?"
Renjun menunjuk laci yang berada disebelah ranjangnya,
"Buka lacinya."
Aku membukanya, kemudian aku melihat ada kotak merah kecil yang berada di dalamnya.
"Ini... Apa?" Tanyaku.
"Bukalah."
Aku membukanya,
"Ini... cincin buat aku...?"
Renjun menanguk, "Aku pengen ngelakuin ini sebelum aku pergi..."
"Maksud kamu?"
"Y/N... You will marry me, right?"
Aku ingin berkata tidak, bukan karena aku membencinya
Pertama, aku masih SMA. Kedua, aku masih belum yakin perasaanku berada pada siapa
Kedatangan Jisung dan Jaemin juga selalu membuatku berbunga-bunga, aku tidak yakin menerimanya
Tapi ayolahh... Ini permintaan Renjun.
Aku ingin dia semangat lagi, sembuh dair penyakitnya
Lagipula tidak ada salahnya kan kalau nantinya pun aku menikahi dia?
Apa kurangnya lagi seorang Huang Renjun?
"I will." Balasku dengan senyuman.
"Give me your hand."
Aku mengulurkan tanganku, dia memasukkan cincin itu kepada jari ku
Renjun mencium tanganku kemudian berkata "You know how much i love you right?"
"Yes, and you know how much i love you." Balasku.
"Kalau Tuhan kasih aku satu permintaan, aku pengen minta aku lama lagi hidup do dunia. Tapi... Kalaupun aku harus pergi, aku mau minta ke Tuhan buat kirim salah satu malaikatnya buat jaga kamu, selama kamu masih ada di dunia."
"Dan malaikat itu..."
"Mungkin Na Jaemin."
"Kenapa harus Jaemin?" Tanyaku padanya.
"Ya... Memang Jaemin orangnya. Aku salah, sebenarnya dia bukan orang yang salah selama ini. Kalau aku bukan orang yang tepat, dia pasti jadi orang yang bisa jagain kamu..."
Aku terdiam, memikirkan pertanyaan itu lagi
Aku kira dibanding Jaemin masih ada Jisung yang lebih baik...
Setidaknya aku tidak ingin membuat masalah dengan Jane
"Eh Renjun... Renjun...?" Tanyaku karena tiba-tiba tangan Renjun mendingin.
"Renjun!? Renjun!?" Aku berdiri dari kursiku, aku mengecek apa kondisi tubuhnya baik-baik saja atau tidak.
Aku menepuk pipinya beberapa kali
"Renjun!? Kamu kenapa!?"
Saat aku meletakkan tanganku di dekat hidung Renjun...
"Dokter! Dokter!" Teriakku dari pintu ruangan Renjun.
Tidak!
Ini tidak mungkin terjadi...
+
episode 22 : finished
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro