-𝙸 𝙳𝙾𝙽'𝚃 𝙽𝙴𝙴𝙳 𝙻𝙾𝚅𝙴
+
+
"Hah? Apa ini?"
Itulah tanyaku ketika aku diberikan sebuah surat oleh ibuku sendiri
"Buka..." kata ibuku sambil menangis.
Kubuka surat yang dibalut amplop putih itu, kemudian aku melihat yang ada di dalamnya
Itu adalah...
Surat pengajuan cerai ibu dan ayaku
"Si... Siapa yang mengajukan surat cerai in... ini...?"
"Tadi ayahmu kerumah sambil marah-marah dan memberikkan surat itu... dan ternyata itu adalah surat cerai..."
"Cih, manusia bajingan. Kenapa? Dia bilang ada alasan kenapa?"
"Dia bilang dia sudah nggak tahan sama kita berdua... kita hanya menimbulkan kesusahaan baginya."
Kemarahanku langsung meluap "Selama ini siapa yang bikin susah!? Dia sendiri! Beraninya dia bilang kita yang buat dia susah!"
"Y/N... tolong jangan begitu."
"Mah! Ini udah kriminal! Dia mutar balik fakta! Nggak bisa dibiarin. Baguslah kalian cerai, memang harus dia pergi dari kita."
Ibuku malah menangis dengan semakin keras "Tolong bantu mama agar surat itu tidak disetujui. Mama butuh pengacara..."
"Hah!? Mama masih mau dia kembali? Udah mah! Aku cape! Jangan paksa aku untuk manggil pengacara cuman untuk dia!" Tolakku dengan mentah-mentah.
"Y/N... kamu nggak tau bagaimana besarnya cinta mama sama dia. Mama nggak bisa kehilangan dia."
"Setelah banyak kerusakan yang udah dia buat di keluarga kita, mama masih cinta sama dia!?" Ujarku dengan suara yang begitu keras.
"Mama tau!? Kita nggak butuh cinta dia. Cinta itu bullshit!"
"Kamu nggak tau apa-apa soal cinta..."
"Hah? Nggak tau apa-apa? Aku berpengalaman mah! Semua laki-laki sama aja! Mereka nggak ada yang beneran cinta sama aku! Cinta itu nggak penting, cuman omong kosong!"
"Okay... mama nggak mau bertengkar. Mama cuman mau kamu carikan pengacara supaya semuanya selesai. Mama ingin papa kembali."
Melihat ibuku yang sudah berlutu sambil memohon, membuatku semakin tidak tega untuk tidak menuruti perkataannya
"Y...Yasudah, akan aku bantu." Ucapku sambil mengela nafas berat.
Ibuku langsung memeluk tubuhku dengan erat "Terima kasih banyak, Y/N! Mama yakin kamu bisa diandalkan."
Aku sepertinya tahu aku harus pergi kemana
+
"Jisung! Jisung!" Teriakku di depan rumah Jisung.
Lelaki berambut blonde itupun keluar dari rumahnya "Aigooo.... Kamu ganggu aku tidur aja. Y/N sayang... liat dong ini jam berapa..."
"Maaf, maaf banget. Ini urgent. Besok lusa ibuku akan melakukan pengadilan perceraian dan kita butuh pengacara. Tolong bantu aku."
"Pengacara? Mana ada jam segini? Lagipula cara bayar pengacaranya pakai apa? Mana mau pengacaranya hanya mempelajari kasusnya hanya sehari ini lalu besok lusa langsung sidang? Astaga... itu sulit."
"Aku tahu! Tapi tidak ada yang tidak mungkin kan?" Tanyaku untuk meyakinkannya.
"Yasudah, ini sudah jam 10 malam. Besok bisa kita cari pengacaranya bersama."
"Astaga, Jisung! Kita harus menemukannya malam ini supaya kita pengacaranya cepat mempelajari kasusnya dulu."
"Malam ini mau cari bagaimanapun juga nggak berguna... Okay? Please jangan sekarang."
"Lalu aku pulang bagaimana? Kau tau ini sudah larut malam dan rumahku jauh. Tidak mungkin aku pulang sekarang."
Jisung langsung mencubit pipi kiriku sambil berkata "Siapa suruh perempuan keluar rumah jam segini? Aigo, Y/N memang nakal."
"Ih! Lepasin!"
"Yaudah, sekarang mau bagaimana?"
"Hmmm... Boleh aku menginap di rumahmu?"
Jisung langsung terkejut dan mukanya memerah seketika "Aish, si gila. Jangan..."
"Emang kenapa? Aku bisa tidur di ruang tamu dan kau di kamarmu. Nggak masalah kok."
Sebenarnya tidak bisa bohong, dari mata Jisung sudah terlihat bahwa Jisung senang aku menginap malam ini
"Okay, kamu boleh menginap...."
"Yeayyy! Makasih Jisung!" Dengan reflek aku langsung memeluknya dengan erat.
Jisung langsung terkejut, begitu juga dengan aku, maka aku langsung melepaskan pelukannya
"Ekhem..." Jisung langsung berpura-pura batuk.
"Maaf, it... itu tadi kecelakaan."
"Masuk sekarang, kamu tidur di kamarku. Biar aku yang tidur di ruang tamu." Katanya seperti tidak ada apapun yang terjadi.
Aku langsung menatap mukanya dengan ceria "Jinjja? Benarkah?"
"I...Iya."
"Thank you, Jisung!" Aku langsung memasuki rumahnya dengan begitu bahagia.
Sementara Jisung yang ada di belakangku hanya bisa menyusulku
Tanpa sepengetahuanku, Jisung tersenyum sendiri dari belakang dengan pipinya yang masih merona
Sepertinya "kecelakaan" tadi membuat hatinya semakin berbunga-bunga
+
maafkan ketampanan suamiku ya :")
icunggg! Aku sayang kamu T^T
episode 15 : finished
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro