―𝙱𝚁𝙴𝙰𝙺𝚄𝙿
+
+
"Kamu beneran mau putusin dia?" Tanya Renjun padaku setelah aku mencurahkan rasa kecemburuanku kepada Jane dan Jaemin.
"Entahlah, aku binggung."
"Kamu yakin? Coba mikir lagi deh, aku takutnya kamu malah nyesel diakhir putusin dia."
"Ya... Aku nggak mungkin nyesel kalo putusin dia. Aku tuh males rasanya dikekang mulu sama dia, masa ngobrol dikit sama kamu malah dikatain aku suka sama kamu? Aneh banget."
"Wajar dong... Dia pacar kamu. Dia cemburu artinya dia sayang sama kamu, bukan artinya dia kekang kamu.
"Ya tetep aja, gausah berlebihan. Sekarang giliran dia deket sama Jane, aku cemburu juga disalahin sama dia. Dan dia sekarang jadi cuek, ngabarin atau chat aku aja jarang."
"Hmm... Gimana ya? Aku rasa dia kayak mau bales dendam gituloh sama kamu, kayak dia mau buat kamu panas karena dia deket sama Jane."
"Ya gaperlu gitu juga kali."
"Udah intinya gini, kamu jangan pernah putusin dia. Kamu perjuangin selagi masih ada harapan."
Tuh kan, Renjun selalu dukung hubunganku dengan Jaemin.
Jaemin saja yang salah selama ini, Renjun cuman orang polos yang dukung hubungan aku dan Jaemin.
Tapi keputusanku sudah bulat, aku ingin memutuskan hubungan ini.
+
"Sampai kapan kamu mau begini? Kasian Y/N kan?" Tanya Jane kepada Jaemin.
"Haruskah aku kasian sama Y/N? Apa yang harus dikasihanin?"
"Denger ya, kesepakatan kita cuman cukup sampai bikin Y/N cemburu. Lebih dari itu, aku udah nggak mau lagi."
"Kenapa? Kenapa kamu nggak mau lagi?"
"Huft... Jaemin, aku sayang sama orang lain. Begitu juga kamu. Kalau kita saling membohongi juga buat apa? Aku masih perjuangin orang itu gimanapun juga, kamu harus bisa perjuangin Y/N."
"Emang kamu perjuangin siapa si? Si Haechan itu? Astaga Jane, masih banyak cowo diluar sana selain Haechan."
Jane mengangguk "Iya aku tau. Tapi Haechan beda. Aku perjuangin dia karena aku sayang sama dia, aku udah sayang sama dia bahkan sebelum aku jadi pacarnya. Bahkan aku rela nolak cowo-cowo populer di sekolah hanya karena dia. So, kita stop pura-pura, lo bisa kembali ke Y/N."
"Tapi aku yakin Y/N sayangnya sama Renjun, bukan sama aku."
"Y/N sayang sama kamu. Dia cinta sama kamu. Kamunya yang salah paham. Udah ya cukup pura-puranya, aku pamit. Hapus post twiter kamu yang kemarin." Jane bangkit berdiri untuk meninggalkan Jaemin.
Jaemin menahan tangannya, kemudian berkata
"Yah, Jane. Tapi aku udah terlanjur anggep hubungan kita serius."
+
"Jadi sekarang kita harus gimana? Aku cape okay?"
"Renjun, aku rasanya udah males banget ketemu sama Jaemin." Keluhku selagi aku dan Renjun berjalan di koridor sekolah dan hendak menuju kelas.
"Yah... Gimana sih? Dia kan pacar kamu, tetep biasa lah." Ucapnya.
"Iya tapi rasanya udah beda. Please, aku mau cari cara putusin dia. Dia juga pasti udah sayang sama Jane."
"Nggaklah, firasat aku Jaemin nggak bener-bener sayang sama Jane. Jangan berprasangka buruk deh."
"Aku bukannya berprasangka buruk, yang aku omongin ini fakta."
"Fakta apanya? Denger ya Y/N, jangan sok tau tentang cinta. Karena faktanya kamu sebenernya masih kekanak-kanakan."
"Kamu yang kekanak-kanakan." Bantahku karena kesal.
Tiba-tiba Jaemin dan Jane muncul di hadapanku, iya mereka muncul di hadapanku tapi jaraknya cukup jauh
Aku dan Renjun hanya memandang mereka yang mungkin tidak mengetahui keberadaan aku dan Renjun
Jaemin mendekatkan wajahnya dengan wajah Jane, dan tepat di depan mata kami mereka berciuman disana
Aku sudah maju, hendak memarahi si brengsek Jaemin itu. Tapi Renjun berusaha menghadang perbuatanku,
"Jangan, please jangan buat keributan di sekolah."
Aku tidak mendengar, hanya kuhempas tangan Renjun begitu saja. Aku berlari mendekati mereka sambil berteriak
"Hei Na bangsat Jaemin!" Teriakku sambil menarik kerah bajunya.
"Apa yang kamu lakuin sama Jane? Kenapa kalian bisa sampai begitu!?"
Jaemin hanya tersenyum licik kemudian menjauhkan tanganku dari kerah bajunya "Masih peduli?"
"Jaemin, kalo kamu suka sama Jane kamu bisa bilang baik-baik!" Teriakku karena tidak terima dengan perbuatan Jaemin.
"Hmm... Perlukah? Apa selama ini kamu pernah bilang kalau kamu suka sama Renjun? Terus aku harus jujur buat apa?"
"Aku nggak pernah suka sama Renjun."
"Bohong, aku tahu kamu suka sama dia. Sekarang lepasin aku, aku bebas nentuin jalan aku sendiri."
"Baiklah, kalau emang itu mau kamu... Ayo kita putus."
Perkataan itu keluar dari mulutku begitu saja, demikianlah Jaemin tersenyum dan langsung memeluk Jane di depanku
"Baguslah, terima kasih untuk tahun-tahun selama ini. Bahagia ya sama Renjun." Ucapnya dengan sangat bangga.
Rasanya aku ingin menangis sekencang-kencangnya, tapi tidak mungkin sekarang
Aku menatap Jane dengan intens "Denger ya, ini semua salah lo. Lo pho!" Teriakku sambil menenjuknya.
"Eh- maaf, bukan aku yang ngambil Jaemin dari kamu."
Aku hendak meninju muka mulus gadis itu, tapi Renjun datang dari arah belakang
"Y/N, ayo ke kelas. Jane nggak salah." Renjun menahan tanganku yang sudah melayang di udara.
"Kenapa kamu belain dia!? Jelas jelas dia udah ambil Jaemin."
"Udah ya, ini semua bukan urusan kamu. Kita pergi sekarang."
+
Episode 5: finished
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro