27
Karna mood gue yang nggak enak kemarin gue sama Yixing nggak jadi jalan. Yixing nggak masalah dengan hal itu dan malah nyuruh gue buat nenangin diri dan istirahat.
Untuk menghibur dia nemenin gue semaleman, dan kami pun ngobrol banyak. Topik pembicaraan yang paling gue ingat adalah soal Yixing yang minta punya panggilan khusus di antara kita.
"Kakak nggak pulang?" tanya gue saat jam udah menunjukan jam setengah sembilan malem. Gue kasian sama dia yang belum mandi sama makan.
"Nunggu kamu tidur aja,"
"Aku bukan bayi kali Kak yang tidur jam segini, sana pulang. Kita bisa ngobrol lagi lewat telepon."
Yixing tetep diem. Nggak merespon ataupun beranjak.
"Kak?"
"Aku pacar kamu, bukan senior kamu. Jangan panggil Kakak mulu kenapa sih?"
"Terus maunya dipanggil apa dong?"
Kak Yixing setelahnya diem bikin gue bingung.
"Yang? Ay? Say? Beb? Baby? Xingxing? Yiyi? Calon imam masa depan?"
Yixing malah senyum-senyum nggak jelas setelah gue sebut calon imam masa depan.
"Kamu jawab kek maunya dipanggil apa, katanya gamau dipanggil Kakak," kata gue gemes. Dia malah salah tingkah begitu.
"Kak?" tegur gue lagi.
"Kamu panggil aku Kakak lagi aku cium nih," balas Yixing.
"Lagian kamu nggak jawab," sungut gue kesel.
"Say boleh," kata Kak Yixing sambil garuk-garuk belakang kepalanya.
"Oke Ka-" kak Yixing udah majuin badannya karna gue hampir manggil dia kakak.
"eh iya Say! Ih jangan maju-maju kenapa sih!" Kata gue sambil dorong badan Yixing ngejauh. "Pulang gih sana!" usir gue, semakin lama dia di dalem kamar semakin nggak bagus buat hati gue.
"Goodnight babe," kata Yixing sambil nyium kening gue dan langsung kabur setelahnya.
Setelahnya gue cuma bisa guling-guling nggak karuan di kasur.
***
Pagi ini Yixing udah nongol di depan kosan gue pas gue mau jalan ke kampus. Rara sama Iim udah dijemput cowoknya masing-masing. Sementara Joana masih sarapan bareng Kris di dalem kostan.
"Kamu udah sarapan belum?" tanya Yixing.
"Belum, Kak Kris cuma bawain buat Joana tadi," timpal gue jujur. Sungguh keterlaluan memang pacar teman gue yang satu itu, udah tau ada tiga manusia lainnya yang tinggal di kostan ceweknya. Bawain sarapan cuma buat berdua aja.
"Yaudah yuk kita cari sarapan dulu sebelum kamu masuk," ajak Yixing sambil narik gue ke kostannya.
Dia akhirnya ngeluarin motornya dan kita sarapan di tukang bubur depan kampus. Kalo jalan emang lumayan jauh, jadi Yixing bawa motor deh.
"Kamu kuliah jam berapa?"
"Nanti jam sebelas," jawab Yixing.
"Abis ini mau balik ke kosan lagi?" Gue bertanya. Soalnya ini masih jam setengah sembilan. Kelas pertama gue jam sembilan. Masih ada dua jam lagi untuk Yixing masuk ke kelasnya.
"Iya, setelah nganter kamu sampe kelas tapi."
Setelah naruh motor di parkiran tangan Yixing gak lepas dari tangan gue. Kami bergandengan udah kayak orang takut kesasar. Pas sampe gedung fakultas, gue ngeliat gerombolan cewek kemaren. Tanpa aba-aba Yixing langsung berjalan ke arah sana.
"Kamu mau ngapain? Mereka perempuan. Aku nggak suka pacar aku ribut sama perempuan." Gue berusaha mencegah. Tapi Yixing nggak ngegubris, dia ngegenggem lengan gue lebih kenceng.
"Mereka harus tau kalo gak boleh berurusan sama orang yang salah." Yixing menegaskan.
Begitu kita sampe di depan gerombolan cewek itu, mereka langsung ketakutan. Muka Yixing sekarang gak ada ramah-ramahnya soalnya. Beda banget nggak kayak dia yang biasa selalu nebar senyum.
"Gue kasih peringatan terakhir sama kalian, kalo kalian sampe nyetuh cewek gue seujung kuku pun. Kalian pasti nyesel pernah dilahirin!" Kata Yixing dengan tajem.
Ngeliat dia yang serius gue antara serem sama mau ketawa. Serem karena ancamannya dan mau ketawa karena wajahnya yang menggemaskan sulit untuk terlihat benar-benar marah.
"Kita nggak akan ngulangin deh Kak," kata mereka kompak.
Gue tau itu cuma omongan di mulut aja, beberapa dari mereka masih ada yang kesel. Mereka masih ngeliat gue dengan pandangan sinis dan menggumamkan kata 'pengaduan' tanpa suara.
"Cepet minta maaf," titah Yixing ketus.
Satu persatu dari mereka akhirnya mulai berdiri dan minta maaf sama gue.
"Jangan pernah ganggu dia lagi, karna kalo kalian ngeganggu dia berarti kalian ngeganggu gue juga," tutup Yixing sambil menarik gue menjauh dari sana.
Untuk pertama kali gue merasa begitu dilindungi. Ternyata gue nggak salah untuk jatuh cinta sama dia.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro