Gue menarik Kak Yixing dari keramaian yang udah bikin heboh satu fakultas itu. Kalau bisa gue lakban gue lakban deh mulutnya biar kayak film home alone gitu. Tapi di sini gue bukan orang jahat, yang jahat itu Kak Yixing karena membiarkan gosip ini melebar luar ke mana-mana. "Kak! Lo tuh ya!"

"Kenapa?" tanya Yixing heran yang makin bikin gue kesel. Mukanya kayak nggak ada dosa.

"Kalau ngomong jangan ambigu kenapa sih! Lagian lo kayanya nggak bermasalah sama sekali sama gosip gue yang hamil karna lo," cerocos gue panjang lebar

"Gue gak masalah soal itu, tandanya gue laki-laki tulen kan," kata Yixing enteng.

What?? Apa katanya? Gosip itu sebagai tanda dia lelaki tulen?

Gue pun reflek memukul badan Yixing. "Lo gak pernah mikirin gue gimana?! Lo pikir enak dikatain cewek murahan yang ngegodain lo sampe bikin gue hamil hah?!" teriak gue dengan kesel. Gue bahkan udah nggak bisa nahan air mata gue lagi karena saking keselnya.

Muka Yixing mendadak pias saat ngeliat gue nangis. Tangannya terjulur untuk mengusap pundak gue. "Siapa yang ngomong begitu sama lo?" tanyanya.

Gue cuma diem nggak berniat jawab.

"Dek, bilang sama gue cepetan!" kata Yixing sambil goyangin bahu gue.

"Lo gak perlu tau siapa orangnya kak, lo mending nggak usah nyamper nyamperin gue lagi." 

"Tapi... tugasnya gimana?" Tanya Yixing.

"Udah selesai! Lo lupa?!" bales gue emosi.

Dia ngegaruk kupingnya bingung, "oh iya, tapi kan gue belom nraktir lo."

"Gak perlu kak," jawab gue sambil pergi berlalu.

"Git, tapi utang gue?!" tanya Yixing sedikit teriak.

"Anggep aja gue udah ikhlas!" bales gue teriak.

"Kalo anggep aja berarti lo belom ikhlas dong namanya!"

"Bodo amat suka-suka lo!"

Hhhhhhh ada ya orang begitu...