#13. Dating pt. 2
Kaget gk aku up tengah malem?
Atau udh pada tidur? Wkwk
Happy reading 💜
"Ekhm ... geunde oppa." Jungkook melotot saat mendengar Dahyun menganggil Jimin dengan sebutan oppa. Well, mereka sebelumnya memang sempat berbincang saat sarapan bersama tadi dan usia Jimin ternyata dua tahun lebih tua dari Dahyun. Jadi wajar saja jika Dahyun memanggil Jimin dengan sebutan itu—tapi Jungkook tidak suka.
"Apa ... kau masih mengingatku? Ah ... maksudku, dulu saat kau masih kecil, apa kau pernah bertemu dengan seorang anak perempuan yang sedang menangis? Well, ya ... ini mungkin terdengar agak konyol tapi ... apa kau masih mengingatnya?"
Jimin berpikir keras. "Tunggu ... kenapa kau menanyakan itu? apa mungkin kau adalah anak perempuan itu?"
Dahyun mengangguk semangat. "Iya! selama ini aku mencoba mencari keberadaanmu tapi aku tidak tahu namamu, untungnya Jungkook membuat lukisan yang persis seperti pemandangan malam itu dan mengatakan kalau kaulah orang yang kucari. Oppa, aku sangat ingin mengucapkan terimakasih karena berkatmu aku bisa melewati hari-hari terberat dalam hidupku."
"Aisshh ... aku jadi malu, lagipula itu sudah sangat lama sekali. Aku sangat kaget, ternyata kau masih mengingatnya."
"Oppa, apa aku boleh memintamu mengucapkan kalimat yang kau ucapkan dulu? Kau masih mengingatnya, kan?" Dahyun terlihat sangat antusias. Gadis itu bahkan sepertinya sudah melupakan keberadaan Jungkook. Sementara Jungkook hanya mendengkus jengah lalu menatap Jimin yang terlihat kebingungan.
"Eoh? I-itu sudah lama sekali. Mian, sepertinya aku tidak ingat—"
"Gwenchana, aku ada di sini." Dahyun menoleh pada Jungkook saat lelaki itu angkat bicara membuat pandangan mereka bertemu. "Kau tidak sendirian, jangan takut. Aku tidak akan pergi."
Dahyun terdiam, perkataan itu persis sekali dengan yang dikatakan Jimin dulu. Jungkook masih menatapnya tanpa ekspresi. "Apa aku perlu memelukmu juga seperti yang Jimin lakukan dulu?" tanyanya sarkas.
Jungkook kemudian beralih pada Jimin. "Hyung, kenapa kau tidak bisa mengingatnya? Bukankah itu sangat mudah?"
Jimin refleks terbatuk, merasa tertohok. Menyadari situasi yang mulai tak mengenakan, lelaki itu segera bangkit dari duduknya. "Teman-temanku sudah memanggilku, sepertinya aku harus segera pergi. Dahyun-ah, senang bertemu denganmu. Jungkook-ah, kita bicara lagi nanti ya, tagihannya biar aku saja yang bayar. Selamat bersenang-senang."
Jimin segera pergi dari tempat itu, meninggalkan Dahyun dan Jungkook ditengah rasa canggung yang sangat mencekam.
"Ba-bagaimana kau bisa mengingatnya?" Dahyun masih kaget. Kejadian itu sudah berlalu hampir belasan tahun yang lalu, Jimin saja yang mengatakannya lupa, lalu kenapa Jungkook masih bisa mengingatnya sampai sekarang?
Jungkook menghela napas pendek. "Aku sudah pernah mengatakannya bukan, kalau dulu aku hanya menjadi pengamat namun karena daya ingatku sangat kuat, jadi aku masih mengingat perkataannya sampai sekarang."
"Woah, kau terdengar seperti orang yang pintar. Kau seperti mata-mata profesional." Dahyun tertawa karena leluconnya sendiri. Ya, sebenarnya ia hanya mencoba untuk mencairkan suasana, tapi sepertinya Jungkook terlalu menganggap perkataannya serius.
"Bodoh. Kau percaya?"
"Eoh? Memangnya ada alasan lain?"
"Menurutmu?" Jungkook menatap Dahyun tanpa ekspresi. Mereka saling bertatapan. "Sepertinya kau juga tidak sadar kalau lelaki yang aku lukis di lukisan itu bukanlah Jimin, melainkan aku. Mungkin jika dikehidupan nyata, aku hanya menjadi pengamat tapi aku menciptakan duniaku sendiri lewat lukisan itu dan menantikan momen untuk mengatakan kalimat itu langsung kepadamu. Jika aku egois, mungkin aku bisa saja mengaku kalau akulah yang menemanimu malam itu tapi egoku menolaknya. Aku benar-benar-"
Manik Jungkook membola saat Dahyun mendekat dan mencium bibirnya tiba-tiba. Hanya menempel namun sukses membuat kedua telinganya memerah dengan maniknya yang mengerjap kaget.
Dahyun tak kalah kaget. Saat tersadar dari perbuatannya, gadis itu refleks menjauhkan diri dengan kedua pipi merona malu.
"Emm ... a-anggap saja aku sudah mengabulkan salah satu list yang kau buat," ujar Dahyun gugup tanpa melihat ke arah Jungkook. Sementara Jungkook tersenyum lebar hingga gigi kelincinya terlihat.
"Arrasseo, kita juga harus melakukan hal lain. Ayo, waktu kita tidak banyak." Jungkook menggenggam tangan Dahyun dengan erat. Rasa cemburu dan kesal yang sempat dirasakan Jungkook lenyap begitu saja karena justru, pikirannya saat ini hanya tertuju pada ciuman yang Dahyun berikan padanya tadi.
Itu ciuman pertama mereka, dan karena Dahyun yang melakukannya pertama kali, ia tidak akan pernah melupakannya.
Btw jk bucin bgt ya 😌
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro