◌22. Bagaimana Mereka Mengubah Kemalangan? (part 2)◌
"Let's protect our friendship (ship?) in the future."
-Novel Foracle
Ketika pulang, Novel mengikutinya hingga gerbang sekolah. Ia seperti bodyguard, memperhatikan sekitar siswa-siswa yang ada di sekitar Lucidna dengan teliti.
"Bagaimana kalau besok aku jemput kamu?"
Lucidna terkaget, lalu menggeleng-geleng cepat. Ia tidak berani membayangkan reaksi mamanya yang akan melihat Novel kalau itu terjadi.
"Bagaimana kalau besok aku tunggu di gerbang? Tidak, kalau perlu di luar gerbang. Jalan? Rumahmu di mana?"
Lucidna tetap menggeleng-geleng pelan. Ia mengalihkan perhatian ke jalan setapak di bawah kakinya. Sesekali menggerakkan tumit kaki agar tidak kaku karena mereka menunggu sambil berdiri.
"Apa mamamu lama?"
"Mamaku selalu cepat. Novel merasa lama mungkin karena sedang tegang dan merasa sensitif dengan tiap detik yang terlewati," jawab Lucidna, sedikit tidak senang. Ia menyalakan handphone sebentar hanya untuk mengetahui waktu. "Sekarang baru 5 menit sejak kita menunggu. Kalau nggak sabar, pergi saja. Di sini ramai, aman."
Novel mengetuk tangan kanannya dua kali. Itu berhasil menarik perhatian Lucidna, jadi dia mendongak, tidak lagi melihat daratan.
"Bagaimana kalau kita tukar nomor? Aku ketua kelas jadi aku harusnya tahu nomormu." Novel menjeda sebentar. "Maaf, maksudku, aku ingin tahu agar aku bisa tahu kabarmu, bukan karena aku ketua."
Cepat sekali dia menyadari kata-katanya harus diperbaiki, batin Lucidna. Sebenarnya, dia hampir merasa ucapan Novel yang sebelum diperbaiki itu sedikit menyebalkan walau ada benarnya.
Lucidna membuka aplikasi kontaknya yang sepi. Hanya ada kedua orangtua. Bahkan ia belum menyimpan nomor wali kelasnya saat ini.
Dulu, pernah ada nomor teman dari sekolah lamanya tersimpan di sini. Namun, setelah Lucidna lepas, ia tidak bisa melihat foto profil mereka. Bahkan saat ia memastikan dengan mengirim pesan, tidak pernah muncul tanda itu telah diterima.
Sama seperti saat ini, dulu yang meminta duluan adalah orang lain.
Ia mengembuskan napas panjang, lalu meminjamkan handphone ber-casing putih polos pada Novel. "Tulis sendiri. Nanti kalau mau hapus, hapus sendiri."
Ia harap kalau melakukan ini dia takkan merasa buruk dan terpuruk mengenai hal yang tak memiliki nilai, seandainya terulang lagi.
Novel tidak kunjung mengambil handphone itu. Sebaliknya, ia menawarkan handphone miliknya.
"Apa?" tanya Lucidna tidak mengerti.
"Karena aku yang minta, harus di hape-ku, kan? Kalau mau kamu bisa save kontak dengan nama yang spesial."
Lucidna tersipu.
"Teman-teman suka begitu, namanya ditambah stiker atau emotikon macam-macam. Aku jadi tidak mau menghapusnya karena unik, mungkin jadi koleksi nanti saat lulus." Novel menambahkan terburu-buru ketika melihat ekspresi Lucidna tidak santai. Ia mengira gadis itu tidak suka kata-katanya.
Sebenarnya, Lucidna suka.
Kata "spesial" itu membuat ia merasa angin ringan yang bertiup pada mereka seperti menggelitik jantungnya.
"Kalau begitu," Lucidna mengambil handphone Novel, lalu meletakkan miliknya di tangan lelaki yang membuatnya sedikit berdebar, "kita saling save." Ia tersenyum tipis.
Novel mengetik namanya dengan singkat di kontak handphone Lucidna. Nama panjangnya di belakang sebuah nomor, 01 Novel Foracle Putra. Ia mengaturnya begitu agar kontaknya secara otomatis muncul paling atas. Itu akan membantu saat darurat, meskipun ia tidak menginginkan ada sesuatu yang buruk terjadi.
Ia baru ingin mengatakan kalau sudah selesai, tapi tidak jadi. Ia hanya menunggu Lucidna sembari mengamatinya.
Wajah seriusnya cantik. Sorot mata yang fokus pada layar handphone membuat bola matanya seolah indah seperti cahaya di tengah kegelapan.
Padahal, ini siang hari. Ada banyak orang di sekitar mereka. Lucidna juga hanya memakai seragam biasa. Tapi entah mengapa, itu tidak menjadi hal yang mempengaruhi kehadiran Lucidna yang setiap helai rambut, sorot mata, gerakan tangan, dan hanya berdiri seperti memiliki kerlipan di bawah matahari.
Kenapa Novel melihatnya seperti itu sekarang?
Meihat Lucidna tersenyum, ia segera mengalihkan pandangannya.
"Sudah. Ini."
Tertulis nama kontak baru di handphone Novel.
0000ZZZZ.
Alis mata Novel naik sebelah. Itu singkat dan tidak ada nama Lucidna sama sekali.
"Kalau sudah lulus dan kamu lupa, kamu bisa menghapusnya tanpa merasa terbebani."
Baru saja Novel ingin menyela, Lucidna melanjutkan ucapannya.
"Kalau sudah lulus dan kamu tidak menghapusnya, berarti kamu tidak lupa padaku."
Lucidna tersenyum. Bagi Novel, itu senyuman yang janggal karena tidak terlihat sepenuhnya senang.
"Lucidna?"
"Iya, Novel?"
Novel memberikan handphone Lucidna ke tangannya. "Jangan hapus punyaku! Harus masih ada saat aku menghubungimu lagi setelah lulus."
03-02-2025 | 674 kata
My readers, sepertinya tidak usah berharap ada konflik eksternal yang duar, dari kemarin selalu mikir, oke konflik internalnya cukup, sekarang ditambah–
Nasib character driven😭
‧༓☾𝙼𝚊𝚢 𝚌𝚕𝚘𝚟𝚎𝚛 𝚋𝚎 𝚠𝚒𝚝𝚑 𝚢𝚘𝚞☽༓
Kepak kupu-kupu di atas daun semanggi,
Peluk hangat untuk semuanya dari Yemi
┈˚୨୧⋆。⛧˚ ⋆ 🦋
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro