Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

◌18. Siapa yang Lucidna Percaya?◌

"Trust your friend is your decision."

-Lucidna Jingga

Lucidna berpikir begini.

Ini bukan suka.

"Aku bawa tisu. Ini. Wajahmu masih agak basah," kata Novel menyerahkan sebungkus tisu. Sebungkus.

Lucidna menerimanya tanpa banyak bicara, melepas segel penutup tisu yang tampak masih baru itu, lalu mengambil selembar tisu untuk mengeringkan wajahnya.

"Terima kasih, Novel."

Sekarang, saat memanggil nama itu dengan suara biasa, menjadi tidak biasa. Ia mengembalikan sisa tisu yang masih tertinggal dalam bungkusnya ke Novel, lalu berjalan lebih dulu.

"Lucidna mau ke mana?" Tanpa kesulitan apa pun, Novel menyusulnya. "Kamu masih marah?"

"Iya," jawab Lucidna seadanya. Aku berdebar karena marah, pasti itu.

"Kalau nggak mau berteman denganku, berteman saja dengan Violet. Begitu-begitu dia itu anggota OSIS," bujuk Novel.

Dari belakang, Violet protes. Lucidna mempercepat langkahnya, hampir seperti berlari. Beberapa pasang mata orang tak dikenal memperhatikan mereka. Ia tahu ini kekanakan, tidak ada yang selesai.

Lucidna harus lari ke mana? Dia tidak tahu. Padahal sudah benar tadi dia menghindar ke kamar mandi, malah keluar dari sana dengan kakinya sendiri.

Namun, bagaimana ia tetap di sana saat mendengar Novel mencarinya sampai menggunakan kenalannya.

Violet pasti dipercaya Novel, apa karena mereka berteman lama?

Lucidna tidak tahu mengapa ada perasaan panas dalam dirinya. Ia berjalan tanpa menimbang-nimbang berbelok ke mana. Tanpa sadar, ia berjalan ke arah lapangan.

"Hei, Lucidna!"

Lucidna baru saja ingin menjawab, tapi tiba-tiba ada yang mengenggam tangannya. Orang itu menariknya dengan cepat. Lucidna didorong menabrak pagar besi pembatas lapangan.

Lucidna membelalakkan matanya.

Orang ini, sudah istirahat kenapa tidak juga pergi dari lapangan?

"Kak Badroy!" seru Violet, segera mendekati kakak kelasnya. "Apa, sih, tiba-tiba seperti ini ke cewek? Kakak mau apa?" Ia menyilangkan tangan di depan dada, menatap galak ke Badroy.

Lucidna menatap tangannya yang digenggam Badroy. Itu kuat, ia tidak yakin bisa memaksa lepas.

Ah aku tidak suka, padahal baru berapa waktu berlalu sejak aku cerita aku bisa menanganinya.

Tangan yang ia kira akan ditahan lama, terlepas dalam sekejap ketika tangan lain menghempaskan tangan Badroy. Lucidna mendongak, mendapati punggung ketua kelasnya menutupi jarak antara dia dan Badroy.

"Kak Badroy tidak ganti baju? Kelas Kakak sudah selesai. Jangan terlalu santai, setelah ini kelas yang gurunya tegas tentang kehadiran kan?" ucap Novel dengan santai.

"Hah, anggota osis dan adik kelas yang sok jagoan."

Lucidna berusaha melihat mereka mengobrol seperti apa, tapi Novel tetap menutupinya. Laki-laki bahkan tidak punya mata di punggung, tapi selalu tahu harus bergeser ke mana untuk menutupi pandangan Lucidna.

"Novel," bisik Lucidna, "berhenti, aku akan mencoba menghadapinya. Lagi pula dia nggak nggak melakukan apa-apa."

Belum sempat mendengar Novel menjawab, suara tawa keras Badroy mengalihkan perhatiannya.

"Kalian apa nggak salah paham? Kalian yang mengejarnya duluan, kan? Bukannya sama aja, ya, aku cuma mau bicara ke dia kok. Si Lucidna yang kalian panggil itu."

Lucidna mengembuskan napas panjang sebelum membalas lantang. "Memangnya apa yang mau dibicarakan?"

Badroy tertawa sinis. "Kamu cuma berani ngomong kalau ada Novel ya?"

Lucidna meniru tawa sinisnya dengan suara merendahkan. Ia merangkul tangan kanan Novel, lalu melangkah ke depan secepat mungkin sebelum lelaki di sampingnya bereaksi seperti dinding manusia lagi.

Ia sedikit menyipitkan mata seiring senyuman terukir di bibirnya. "Apa itu alasan Kakak?"

"Apa?"

"Kakak memancingku berbicara saat sedang sendirian, kan?." Lucidna menutup mulutnya. "Aw, adik kelas ini takut, dong. Jadi, bawa teman yang paling dipercaya, tapi kalau Kakak protes, berarti emang Kakak suspicious."

Kalau ada musuh yang mengganggunya, ia hanya perlu mengusik balik. Bagi Lucidna, ini bukan pernyataan perang pada si Badroy. Lelaki hama itu kuat, kasar, dan seperti menyimpan dendam padanya. Terbaca sekali olehnya.

Ini bukan tentang Badroy.

Lucidna hanya tidak mau mengatakannya di depan Novel secara terang-terangan. Jadi, ia membungkusnya dalam bentuk serangan balik pada kakak kelas yang nggak penting itu.

Teman yang dipercaya. Aku mengatakannya bukan untuk merendahkannya.

Novel, apa kamu dengar?

Kamu teman, paling dipercaya, paling diandalkan.

Aku kapan begitu untukmu?

"Lucidna?"

Gadis itu menoleh. Bola matanya membulat melihat ekspresi Novel.

Novel tersenyum penuh kelegaan.

Lalu, Lucidna berpikir begini.

Itu bukan suka kan? 


30-01-2025 | 656 kata

‧༓☾𝙼𝚊𝚢 𝚌𝚕𝚘𝚟𝚎𝚛 𝚋𝚎 𝚠𝚒𝚝𝚑 𝚢𝚘𝚞☽༓

Kepak kupu-kupu di atas daun semanggi,
Peluk hangat untuk semuanya dari Yemi
┈˚୨୧⋆。⛧˚ ⋆ 🦋

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro