Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

기적 (chapter 6)

"Hyung... hyung... hiksss... Yoongi hyung... Tae Tae hyung, hikksss... aku merindukan kalian. Hikksss... hikksss.... biarkan aku bersama kalian... aku ingin bersama kalian... hikksss... hikksss.... apakah aku harus menangis dan putus asa... menunggu kalian, hyung.... jangan biarkan aku lelah, lelah dengan harapan dan juga penantian...."

-Jungkook-

................

(Author *** POV)

(Flashback ON)

Malam semakin larut jam menunjukan pukul 12.00 malam, waktu dimana setiap orang terlelap dalam tidurnya, dengan mimpi indah mereka di malam hari yang tenang dan juga terlelap....

Sungguh indah dan nyaman bukan, saat kita dapat tidur dengan nyenyak tanpa adanya gangguan dan juga beban pikiran....

Namun, ada yang berbeda.... sangat berbeda saat sebuah teriakan menggelegar, menggema dalam sebuah ruangan penuh asap dan api yang membesar.... mencoba memakan habis bangunan tersebut saat si jago merah melakukan aksinya. Mencoba menghentikan api yang mulai merambat, membakar habis bangunan mewah tersebut. Hingga....

"Uhukk.... uhukkk... Taehyung.... Jungkook.... dimana kalian?"

Kepulan asap semakin tebal dan pekat, membuat sesak paru-paru namja tampan dengan mata sipitnya. Saat dengan susah payah, Yoongi berjalan menaiki tangga dengan hawa panas dari sebuah api yang kian menyebar. Mencoba membakar habis bahan yang terbuat dari kayu itu. ya... sangat berbahaya, bahkan pantas untuk dijauhi atau dipadamkan. Tapi....

Yoongi tak peduli, yang kini ia khawatirkan adalah keadaan kedua adiknya dan si kecil bungsu yang masih dalam bayi.

"Uhukk.... uhukk.... Jungkook... Taehyung, uhukk...uhukk..."

Dugh..

Dugh...

Dugh...

Yoongi menepuk dadanya yang sesak karena asap terhirup oleh indra penciumannya membuat oksigen kian menipis. Dan Yoongi kini berjalan memegang beberapa benda yang belum terbakar. Terlihat beberapa atap di atasnya terbakar, memakan habis kayu diatas.

Dengan tertatih dan menahan nafas dengan selembar kain putih Yoongi berjalan menaiki tangga, memaksakan tubuhnya untuk menuju ke kamar dimana kedua adiknya dengan si bayi terlelap. Yoongi harus bisa, ya... bisa menyelamatkan adiknya. dari maut yang kini merenggut mereka.

"JUNGKOOK, TAE...."

"HYUNG!!! YOONGI HYUNG.... HYUNG!!!"

"TAEHYUNG??!!"

Mendengar suara sang adik Yoongi segera berjalan menuju ke salah satu pintu di depannya, pintu kamar Jungkook adiknya. diputarnya engsel pintu yang yerbuat dari kayu itu mendorongnya beberapa kali, berharap pintu segera membuka.

TOK...TOK...TOK....

"Taehyung, Jungkook kalian tak apa??!"

Yoongi mengetuk pintu itu dengan keras, berteriak memanggil adiknya, menunggu jawaban sang adik...

"Kami tak apa hyung, tolong keluarkan kami..." Taehyung membuka suaranya, merespon apa yang dikatakan sang kakak dari luar.

Yoongi mengedarkan kedua matanya dengan panik saat ia belum bisa membuka pintu tersebut, bahkan dengan sekuat tenaga namja tampan dengan mata sipitnya itu memutar engsel, namun nihil.... tidak terbuka sedikitpun. Membuat perasaannya kian khawatir apalagi dengan api dan kepulan asap yang kian lama makin tebal, dan....

BRAKKK...

Yoongi menolehkan kepalanya saat melihat sebuah balok kayu yang kini gosong dengan api di bagiannya terbakar dan tergeletak di atas tanah, dirasakan tubuh Yoongi yang kian panas karena api yang membesar di sekitarnya.

"Taehyung, tolong jaga adikmu... hyung akan mencari jalan untuk pintu itu..."

Yoongi berteriak, berharap sang adik mendengarnya....

......

"Hyung, Kookie takut..."

Jungkook kecil duduk ketakutan memeluk kakaknya, bersembunyi di lengan sang kakak, memegang dengan erat kemeja kakaknya Taehyung yang kini memeluk tubuhnya dan juga menggendong si kecil di tengah guna melindungi si kecil dari panasnya api yang kini mengepung mereka di sudut dinding.

"Hiikkkssss... Tae... Tae hyung, Kookie takut hikksss..."

Jungkook makin erat memeluk kakaknya menjatuhkan air matanya. dan terisak... mata hitamnya kini mengintip sedikit sekitarnya, dan apa yang dilihat namja manis itu? hanya api dan asap... membuat ia ketakutan, sangat ketakutan meski sang kakak Taehyung memberikan pelukan penenang dan pelindung bagi adiknya. tapi... sepertinya tidak mempan bagi Jungkook kecil, karena dia telah terlanjur dengan rasa takutnya.

"Kookie... tenang ya, Yoongi hyung akan datang, Kookie jangan menangis..." Taehyung memeluk erat tubuh adik kesayangannya, menenangkan Jungkook sang adik beraharap sang adik tenang, tak lupa tangan kirinya menggendong si mungil dalam pelukannya.

"Hiksss... Kookie takut mati..." Jungkook bergumam dalam pelukan sang kakak, dan menangis dengan isakannya. Tubuhnya bergetar, dan Taehyung dapat merasakannya.... membuat namja tampan yang terkenal dengan senyum kotaknya itu merasa khawatir. Apalagi ia tahu benar kalau Jungkook....

"Tenang Kookie, jangan berkata seperti itu... kita akan selamat dan..."

Taehyung menjeda ucapannya, mengulas senyumnya saat Jungkook adiknya menatap manik matanya dengan mata berkaca-kaca dengan tangan mungilnya yang menggenggam erat lengan kemejanya.

"Tetap akan bersama, jadi Kookie jangan takut... lebih baik kita berdoa semoga Tuhan dapat membantu kita ya..." Taehyung mengeluarkan ucapannya dengan lembut dan sayang, seolah-olah menjadi mantra bagi namja tampan dengan wajah manisnya itu. membuat Jungkook kecil menganggukan kepalanya, menuruti apa yang dikatakan sang kakak. Karena baginya Taehyung adalah panutannya dan sebagai adik yang baik dia harus menuruti apa yang dikatakan sang kakak. Karena Jungkook tahu kalau apa yang dikatakan kakaknya pastilah benar, dan Jungkook mempercayainya....

Greeppp...

Dipeluknya erat tubuh Jungkook memberikan ketenangan pada adiknya itu, bahkan digendong sayang si mungil yang tengah tertidur dalam pelukan Taehyung. Kini mereka bertiga hanya bisa berada di sini, menunggu bantuan sang kakak.

Dalam hatinya Taehyung merasa cemas apalagi ketika dilihatnya manik netranya saat api kian membesar, dan mengepung mereka. Memberikan rasa panas di tubuhnya. Membuat Taehyung khawatir bagaimana keadaan adiknya, yang saat ini berada bersamanya dengan kepungan bahaya yang mengitarinya.

Taehyung juga tidak tahu kenapa kebakaran ini bisa terjadi, Taehyung menyadari saat ia terbangun karena kepulan asap yang ia hirup menimbulkan sesak, dan saat ia membuka matanya disadarinya bahwa api telah membakar beberapa benda di kamarnya membuat Taehyung panik dan....

Disinilah dia, duduk memeluk tubuh adiknya dan menggendong si mungil, bayi cantik dengan mata sipit yang terpejam, dengan pipi yang bersemu merah bagaikan tomat yang siap dipanen, dengan kulit putih bersih dan juga wajah cantik dan manis. Bayi yang baru saja bersamanya juga dengan kakak dan adiknya di dunia selama dua puluh empat jam ini. hingga...

Tes...

Tes...

Taehyung memeluk erat tubuh adiknya Jungkook menitikan air matanya, jujur ia takut... sangat takut dengan situasi saat ini, apalagi...

BRAKKK....

"Hikksss... hyung..."

"Kookie, tenang ne... hyung disini..."

"Hikksss... Tae... Tae hyung, Kookie takut..."

Jungkook memeluk erat tubuh sang kakak, bahkan ia menangis terisak. Saat melihat balok kayu dengan ukuran yang cukup besar jatuh di depan mereka.

Asap semakin tebal, api makin membesar dan kini....

BRAKKK....

"Hiikkksss... Tae... Tae...hyung, hikksss..."

"Kookie..."

Taehyung makin erat memeluk adiknya, menenangkan rasa panik sang adik. Dan juga melindungi si mungil dalam gendongannya.

Suasana makin mencengangkan keduanya hanya dapat duduk, berharap sang kakak Yoongi datang dan mengeluarkan mereka dalam situasi bahaya ini.

"Hyung... Kookie sayang hyung... Kookie-"

"Shttt... Kookie, hyung sayang padamu juga... dan Kookie jangan takut, percaya pada hyung.... kalau kita akan selamat. Sebentar lagi Yoongi hyung akan datang... ya, akan datang..."

Taehyung menyeka air matanya, saat ia melihat sang adik menangis. entahlah ia tidak suka melihat adiknya menangis, dan Taehyung.... akan melindungi adiknya dengan nyawanya. Karena ia menyayangi Jungkook adiknya, begitu juga si mungil tanpa nama yang kini berada di dalam gendongannya.

............

"Akh...shhh...."

Brukkk.....

Yoongi ambruk saat tiba-tiba saja sebuah balok jatuh mengenai bahu belakangnya, saat namja tampan itu menaiki tangga. Saat ia kembali membawa kunci yang akan membuka kamar di mana sang adik berada.

Tes...

Tes...

"Akh.... sialan... sakit sekali..."

Dengan susah payah, dan tubuh yang kembali ambruk di tangga. Namja tampan dengan mata sipitnya itu kembali bangun menahan sakit dan menggigit bibir bawahnya saat dirasakan bahunya yang sakit... dan panas...

Hingga tanpa ia sadari ia meneteskan air matanya, karena rasa sakit dan panas yang luar biasa...

"Jungkook, Taehyung..."

Yoongi berjalan, merangkak... menggapai pintu di depannya, saat tubuhnya berada di ujung tangga. Ditatapnya pintu berbahan kayu di depannya.

"Akh... adik-adikku... tunggulah hyu...hyung... uhukk...uhukk..."

Dan untuk kesekian kalinya Yoongi memaksakan tubuhnya, menahan sakit... dan juga mengorbankan nyawanya demi sang adik.... karena Yoongi adalah seorang kakak yang akan melindungi mereka... orang yang ia sayangi dan masih berada di sisinya di dunia ini. keluarga yang ia sayangi, adik-adiknya....

(Flashback **** OFF)

.............................................

"Bagaimana keadaanya dokter Lee?" tanya seorang suster dengan selembar kertas di tangannya, yang berisi catatan perkembangan pasien di tangannya.

Sementara sang dokter dengan telaten, memeriksa detak dan denyut nadi namja tampan dengan rambut hitamnya, namja yang telah lama enggan membuka kelopak matanya. tapi jantung dan oksigennya masih ada dan terasa. Membuat dirinya masih memiliki kehidupan. Dokter tampan dengan sikap wibawanya itu mengulas senyumnya, saat melihat perkembangan namja yang ia periksa.

"Luar biasa, sepertinya ada kemjuan dalam dirinya... kita hanya bisa berharap kalau perkembangan dirinya terus meningkat sus..."

Suster cantik itu mengulas senyumnya dan mencatat beberapa hasil yang dikatakan sang dokter, menatap wajah damai pasiennya, dan membuka suaranya....

"Syukurlah dok, tapi saya heran... bagaimana dia bisa mengalami kemajuan? Padahal beberapa hari ini... pasien mengalami koma dan tidak mengalami perubahan..."

"Ini keajaiban Tuhan sus, dan sepertinya namja ini masih di beri kesempatan.... semoga di cepat sadar..."

Suster cantik itu menganggukan kepalanya mengulas senyumnya. Ia juga marasa bahagia ketika melihat dokter di depannya senang, apalagi sang pasien mulai mengalami kemajuan dalam keadaannya.

"Oh iya dok, bukankah seharusnya dokter Jin yang mengurus pasien ini? kenapa harus dokter Lee? Bukankah dia..."

Dokter Lee menghela nafasnya, melepaskan kacamatanya dan memasukannya ke dalam saku menatap ramah ke arah suster di depannya.

" Dia mengundurkan diri, untuk menyelesaikan tugasnya. Karena...."

Dokter Lee menjeda ucapannya, menatap ke arah pasiennya yang kini terbaring lemah di sampingnya dengan kelopak mata yang masih terpejam.

"dokter Seokjin ingin menjaga adiknya, dia bahkan memberikan surat pengunduran dirinya dan akan mengulanginya tahun depan. Kau tahu suster dia adalah hyung yang hebat bagiku, dia berani merelakan hasil kerja kerasnya disini. Menghentikan impiannya, yang tinggal sedikit lagi untuk menjaga adiknya..."

Sang suster hanya mengangguk, ia tidak berani bertanya lebih pada dokter di depannya. karena jawaban sang dokter sudah cukup baginya.

Sebenaranya Seokjinlah yang harus menerima tugas untuk merawat namja tampan yang kini terbaring lemah dalam masa komanya. Hanya saja.... dia tidak bisa. Karena Jungkooklah alasannya, alasan baginya melepaskan semuanya....

Memutuskan semua ujian akhirnya untuk mendapatkan gelar kedokterannya, hanya untuk melindungi namja yang kini ia anggap layaknya adik sendiri. dan Seokjin merelakan semuanya, cita-citanya... baginya sudah cukup baginya kehilangan orang yang ia sayangi ayahnya... sudah cukup. Dan sekarang, ia tidak mau melihat dan juga kehilangan Jungkook, karena seorang Kim Seokjin menyayangi Jungkook. sangat menyayangi, dan dia rela melakukan apapun untuk adiknya, bahkan.... merelakan nyawanya....

.....................

PLAKKKK....

"Kenapa kau disini, anak sialan!!! Kau sialan, gara-gara kau anakku Seokjin dia..."

"IBU SUDAH CUKUP!!!"

"Hikksss... hikksss..." Jungkook terisak memegang pipinya yang memerah.

"Jungkook kau tak apa? hem... mana yang sakit..." dengan raut khawatir Seokjin memegang pipi yang memerah Jungkook, dan kini Seokjin menutup matanya. menahan emosinya saat....

Kedua netranya melihat pipi yang memerah Jungkook....

"Ibu, apa yang ibu lakukan kenapa ibu tega, Jungkook dia-"

"Kenapa kau masih membela anak itu Seokjin, dia bukan adik kandungmu... bahkan dia bukan anakku kenapa kau begitu peduli dengannya!! Apa kau tahu karena dia gelar doktermu hilang, dan karena dia-"

"Ibu sudah cukup, kau menyakiti hatinya..."

"Aku tidak peduli, apa peduliku... kau tahu Jungkook, kau sangat merepotkan. Kenapa kau tidak mati saja seperti ayah dan ibumu, oh... dan bahkan kedua kakakmu pergi meninggalkanmu. Dan sialnya, aku malah mau mengurusmu, dan kau lihat... anakku Seokjin. Karena kau dia tidak lulus dengan gelar dokter yang harusnya ia terima..."

"Ibu..."

Seokjin membuka suaranya, menghentikan penjelasan menyakitkan sang ibu terhadap Jungkook yang kini menangis dibelakangnya, dengan kepala menunduk dan tangan kanan yang masih menyentuh pipinya yang memerah.

"Terserah kau Seokjin, kau mau apakan dia.... ibu tidak peduli. Aku sudah muak melihat wajah sialannya!!!"

Dengan segera nyonya Hae Soo berjalan, meninggalkan Jungkook dan Seokjin yang masih terdiam dengan posisinya. Seokjin menatap punggung wanita yang ia hormati dengan seksama, mengikuti tatapan itu hingga ibunya tak nampak lagi di indra penglihatannya.

Seokjin tak akan menyangka kalau sang ibu, begitu tega mengatakan apalagi menampar Jungkook dengan keras. Membuat Seokjin kecewa dengan sikap sang ibu....

BRUKKKK...

"Jungkook..."

Seokjin berlari, menghampiri Jungkook yang jatuh tak sadarkan diri di atas lantai. Membuat namja tampan itu berteriak panik memanggil Jungkook, adiknya.

"JUNGKOOK, BANGUN!! JUNGKOOK... JANGAN BUAT HYUNGMU TAKUT..."

................................

"Kakak..."

"Omo, Sae Ron..."

Sohyun terkejut, hampir saja ia menjatuhkan bunga mawar di tangannya saat seorang gadis cantik dengan mata sipit, rambut coklat yang diikat rapi datang dan menggagetkannya. Membuat kakaknya Sohyun jantungan.

"Hehehe, kakak terlalu sibuk... makanya tidak menyadari kedatangan adikmu yang manis ini..." senyum manis ditunjukan gadis cantik dengan nama lengkap 'Kim Sae Ron'.

"Sae Ron, kau ini pulang dari luar negeri jadi adik yang usil ya..." Sohyun mengulas senyumnya, bahkan mencubit pelan sang adik yang justru hanya terasa geli bagi Sae Ron.

"kekeke... ayo kita jalan-jalan kak, sudah lama aku tidak.... melihat-lihat tanah kelahiranku..."

"Hahaha oke, oke... adikku yang manja, cha... kita pergi..."

"Yeee... asikkkk...."

.....................................

"Yaaak Suga, sudah kubilang jangan memberontak... kau ingin sembuh tidak???" seorang namja dengan pipi tembamnya berteriak, menyeret temannya dengan bantuan kedua temannya. Menyeret seorang namja tampan dengan mata sipitnya yang kini memberontak minta di lepaskan, saat dirinya menginjakan kakinya di lorong rumah sakit.

"Aisshhh... aku sudah bilang, jangan bawa aku kerumah sakit... aku tidak suka ke rumah sakit..."

"Suga, jangan memberontak apa kau tidak ingin sembuh... lihat demammu tambah tinggi sobat..." Hobi mengeluarkan pendapatnya, memberikan nasihat dengan cara lembut dan tenang. Berbeda dengan Jimin yang memberikan pendapatnya dengan cara kasar dan penuh paksaan.

"Kalian menyebalkan,aku tidak mau!!!" Suga memberontak, meski tubuh dan wajah pucatnya terasa lemas tapi, namja tampan itu masih bisa saja melepaskan genggaman kedua temannya, apaalgi namjoon yang sudah menarik jaketnya saat ia hendak melangkahkan kakinya. Melarikan diri dari gedung kesehatan yang ia benci.

"Kau ingin sembuh tidak??!!" akhirnya Namjoon membuka suaranya, sembari tangannya menarik jaket Suga, yang makin lama makin kuat memberontak.

"Aku tidak mau... kalian saja yang periksa, jangan aku!!!"

"Dasar bodoh, siapa yang sakit... siapa yang periksa. Ayo cepat masuk, jangan membantah..."

"Suga dengarkan apa yang mereka katakan..."

"Aku tidak peduli, kalian benar-benar menjengkelkan!!!"

"Ayolah, kenapa begitu sulit membawamu kesini.." Jimin kini menarik tangan Suga dengan bantuan kedua temannya tentunya, apalagi tenaga Suga yang bisa dikatakan kuat. Meski keadaannya sakit dan lemah karena demam.

"Lepaskan aku, hei kalian dasar sialan!!!"

"Jaga bicaramu Suga, kau ada dirumah sakit..."

"Aku tidak peduli, mau dirumah sakit, rumah sakit jiwa, apotik, rumahmu, atau di kebun binatang,... atau diamanapun itu, aku tidak peduli. Lepaskan aku, atau aku akan marah..." Suga memberikan protes, kedua tangan memberontak dengan tatapan tajam dari kelopak sipit yang ia tujukan kepada teman-temannya.

"Bukannya dari tadi kau sudah marah ya, Suga..." Hobi membuka suaranya membuat Jimin menepuk jidat, Namjoon yang menahan tawa, dan Suga yang memutar bola matanya malas. Dalam hatinya ia berkata 'kenapa aku mempunyai teman-teman seperti ini Tuhan, apa dosaku...'

Jujur Suga bingung kenapa dirinya bisa begitu betah dengan mereka, bertiga apalagi mereka mempunyai sifat aneh dan mengesalkan. Ya, meski begitu Suga tetap menyayangi mereka, karena hanya mereka yang Suga punya. Bahkan saat masih remaja Suga selalu bersama mereka, dan mereka hidup sebagai seorang anak berandal dan juga urakan.

"Ayo, jangan banyak protes, atau kami akan mengikatmu dan membawamu ke hadapan dokter..."

"Sialan kau Jimin kau berani mengikatku..."

"Sebenarnya aku tidak berani mengikatmu sendiri, tapi aku akan minta bantuan pada Namjoon dan Hobi..." mendengar apa yang dikatakan Jimin, membuat dua namja tampan yang tengah kerepotan itu mengannguk.

Dan Suga, hanya bisa pasrah... karena ia tidak mampu melawan ketiga temannya. Teman yang mengesalkan namun ia sayangi, bagi seorang Suga.

"HUAAAA... TURUNKAN AKU, DASAR KALIAN SIALAN... CEPAT TURUNKAN AKU PARK JIMIN SIALAN!!!"

"Diamlah Suga, kau bisa meruntuhkan rumah sakit dengan suaramu itu!!!"

"Turunkan aku bodoh, kau membawaku seperti karung beras, dasar sialan... teman macam apa kau!!!" maki Suga, berteriak mengeluarkan protes. Diarasakan tubuhnya yang digendong bagai karun beras oleh Jimin, dan diikuti kedua temannya.

Tatapan aneh dari para pengungjung dan beberapa pasien terfokuskan ke arah mereka.

"Tenanglah, Suga kau tidak akan sakit disuntik kok..." Hobi membuka suaranya, mengundang tawa bagi kedua temannya.

"Apa!! apa kau pikir aku takut disuntik... hei, aku adalah Suga.... aku tidak takut dengan jarum suntik... aku tidak takut siapapun..." Suga memberikan protesnya menatap Hobi yang kini berjalan di belakang Jimin yang menggendong namja dengan mata sipitnya itu

"HEI TURUNKAN AKU BANTET, APA KAU MAU CARI MATI DENGANKU??!!! TURUNKAN AKU SIALAN!!! KALIAN INI..."

"Demi kebaikanmu sobat, demi kebaikanmu..."

"TURUNKAN AKU BODOH, JANGAN PAKSA AKU!! HEI... KALIAN!!"

"Iya, Suga.... tenanglah dokternya tidak galak..."

"JUNG HOSEOK AKAN AKU LEMPAR SEPATUMU INI HINGGA MENGENAI WAJAHMU!!!"

"Hahaha..." Namjoon tertawa keras, ia tidak tahan melihat dan mendengar kejadian di depannya, apalagi pemainnya teman satu gengnya sendiri.

...........................

"Hyung..."

Tangan itu bergerak kembali, detak jantung kian meningkat dengan angka yang kian naik.

"Yoongi hyung..."

"HUAAAA... TURUNKAN AKU, DASAR KALIAN SIALAN... CEPAT TURUNKAN AKU PARK JIMIN SIALAN!!!"

suara teriakan penuh pemberontakan terdengar di gendang telinganya, dan benar-benar jelas ditelinganya. Membuat tangan itu kian begerak dengan bibir yang sedikit bergerak....

"Apa!! apa kau pikir aku takut disuntik... hei, aku adalah Suga.... aku tidak takut dengan jarum suntik... aku tidak takut siapapun..."

Lagi-lagi suara itu terdengar, membuat namja tampan dengan mata yang masih terpejam itu... bergerak pada jemari kanannya.... dan suara yang ia dengar makin lama, makin kuat...

"Suara ini... Yoongi hyung..."

.............................................

"Hikksss.... maafkan aku hyung, karena aku Seokjin hyung..."

"Shttt... tenang Jungkook, jangan salahkan dirimu... percayalah kau tidak salah... ini keputusan hyung, dan hyung akan mencobanya tahun depan..."

"Hikksss.... hyung, tetap saja ini salah Jungkook... hyung hikksss... aku pembawa sial..."

"Jungkook..." Seokjin menatap sendu wajah Jungkook yang penuh air mata itu.

"Hiksss.... Seokjin hyung... maafkan aku si pembawa sial ini..."

Grepp...

"Cukup!! Jangan berkata seperti itu, hyung tidak suka Kook..."

"Hiksss.... hikkssss...."

Seokjin memeluk erat tubuh Jungkook, dan Jungkook menenggelamkan wajah pucat dengan derai air mata di balik kaos sang kakak. Betapa hancur hatinya saat tahu kalau kakaknya Seokjin gagal dalam ujiannya. Gagal mencapai impiannya hanya karena dirinya. Jungkook tahu kalau Seokjin mengundurkan diri dari tugas yang diembannya, tugas yang akan membawanya mendapatkan gelar sebagai seorang dokter. Impian kakaknya Seokjin, yang begitu menyukai bidang kesehatan.

Dan Jungkook telah menhancurkannya, meski bukan salahnya. Karena Seokjinlah yang memilih.... memilih melepaskan cita-citanya. Demi Jungkook....

"Hyung, sayang padamu Jungkook... kau adalah adik bagi hyung, jangan menangis... shttt..."

Dengan sayang dan lembut Seokjin memeluk Jungkook, mengusap punggungnya seakan memberikan kekuatan pada Jungkook adiknya.

Jungkook yang rapuh...

Rapuh akan rasa rindu terhadap dua kakaknya...

Kakak yang ia sayangi....

Meski ada kenyataannya pahit yang ia dapatkan....

Dan Jungkook menangis....

Menjatuhkan air mata kesedihannya....

Di dalam pelukan, Seokjin kakaknya....

"Hikksss.... Yoongi hyung... Tae...Tae hyung..."

"Jungkook..." Seokjin mengeratkan pelukannya, saat bibir adiknya menggumamkan nama. Nama kedua namja yang Seokjin yakini sangat dirindukan Jungkook adiknya, dan Seokjin berharap semoga keajaiban datang. Datang pada adiknya Jungkook, untuk segera mengakhiri semua penderitaannya....

Ya, penderitaannya yang panjang....

............................

Tbc...

Hai semua author kembali, maafkan aku yang updete lama. Karena ide yang baru muncul juga dengan mood ngetik. Oh ya btw apakah ceritanya tambah gaje atau enggak?

Maaf kalau masih ada typo, maklum jari juga mulai lelah... hehehe...

Jangan lupa vommentnya sayangku, karena itu merupakan asupan semangatku buat lanjutin ffnya ;)

Oke, sekian ocehan singkat dari saya... gomawo and saranhae...

Sampai jumpa

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro