Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Still Alive (Chapter 58)

Katanya....

Seorang ayah tidak bisa menerima penolakan dari putrinya. Tidak mau mendengar jeritan sang anak yang tak inginkan sebuah keputusan dimana keputusan itu bagi sang ayah adalah kebaikan. Apakah ini yang dinamakan ketidakadilan dalam status seorang anak? Menginginkan pendapat mereka di dengar dan direalisasikan secara penuh juga perasaan.

Sohyun hanya sebatas bermimpi demikian ketika dia mendapati tamparan menyakitkan dari pria yang sudah merawat nya. Lebih menyebalkan lagi kalau sang adik menyaksikan apa yang dilakukan oleh sang ayah padanya. Ini jauh dari sebuah harapan, jauh dari apa yang dia inginkan saat dia membawa diri dalam sebuah novel cinta dia baca. Dia pikir, dia bisa menjadi salah satu tokoh dalam nyata sesuai fiksi novel tersebut. Rupanya tidak begitu baik baginya, selama ini dia berada dalam ambang kepastian dan selalu di uji coba dalam hal status.

"Kau tidak bisa mengkhianati ayahmu begini Sohyun! Anak macam apa kau? Menolak undangan makan malam, kemarin kau melarikan diri dan sekarang kau menolak lagi itikad baik seorang pria yang hendak menikah denganmu!" Lantang sekali suaranya, tak ragu lagi bahwa ayahnya bisa menghajarnya sekali lagi. Sohyun tahu kalau ayahnya terjebak hutang dengan seorang rentenir, melakukan kongsi menyakitkan bagi satu pihak dan mengharapkan kalau si wanita menerima pria itu. Pria yang tergila padanya saat tak sengaja bertemu di sebuah toko bunga.

Sohyun menganggap dia pelanggan kala itu, tetap saja pesonanya sudah membuat seorang menjadi penjahat demi mendapatkan dirinya. Tangisan pilu dalam hati tak mampu di ucap Sohyun, dia kecewa berat dengan ayahnya. Tak bisa dipungkiri jika pada akhirnya ayahnya akan menatap Sae Ron dengan api amarah. Dia sudah membuat ulah dengan membela anak pungut di depan dirinya, anggapan kalau dia menemukan bayi itu menjadi untung sudah termasuk salah besar. Jika saja bibir itu bisa mengatakan bahwa di masa lalu Sohyun bukan apa-apa selain seonggok anak manusia tak berdaya di atas keranjang apung di pinggiran sungai.

"Kakakmu pantas mendapatkannya, kau diam saja! Dia membuat malu keluarga kita, padahal ayah sudah melakukan segalanya untuk bisa membuat dia jadi lebih baik. Apa salahnya dengan menikah? Kau sendiri yang bilang ingin mendapatkan pria baik demi membahagiakan ayahmu ini," emosi meliputi seluruh jiwa raganya. Raksa kekesalan luar biasa, dia mendapati hal tak baik disana. Sohyun tertampar dengan kenyataan bahwa dia dianggap apa oleh ayahnya.

Sae Ron takut bicara sekarang, kalau dia berusaha menolong kakaknya sedikit saja mak ayahnya akan betul-betul membunuhnya. Itu bukan perkara baik jika dalam keluarga tapi saat seseorang marah mereka bagai setan kelaparan. Siap membunuh siapa saja yang dianggap sangat mengganggu.

Sohyun berharap kalau adiknya tidak terlalu membelanya, kondisi sekarang dirasa tidak membaik. Salah jika dia harus membuat adiknya juga kena getah dari masalah dia buat. Begitu benar ayahnya sebut dia pelanggar jahanam. "aku pergi karena aku ingin, aku tidak suka dengan pria itu. Mengertilah ayah, jika kau memaksaku, itu hanya akan membuat aku sedih." Pelan dalam bicara, tangan kanan itu masih menyentuh pipinya yang merah dan sakit.

"Kurasa aku mengerti kenapa ibuku dulu melarang aku memungut dirimu," rasanya berat mengatakan ini, dia sudah terlanjur emosi. Lupa bahwa kata memungut bagian paling tidak akan diperkirakan ucapannya. Sakit sekali memang jika dia harus begitu, dia tidak tahu jalan apa yang diambil pada masa lalu Sohyun. Gadis cantik itu akhirnya tahu sedikit kalau dia berasal dari keluarga yang berbeda. Lemah hatinya yang terbuang juga. Di saat dia tidak bisa bernafas, dia harusnya memahami salah satu bagian dari yang di ungkapkan olehnya.

Kenapa dan mengapa?

"Tidak mungkin jika ayah menganggap kakak anak dari orang lain, dia adalah kakakku. Anak ayah dan sejak kecil memang begitu!" Suara sang adik mendepak suasana terdiam di sekitar, "rasanya sangat jahat sekali aku. Tolong maafkan ayah, tapi kalau aku tidak mengatakan ini suatu hari nanti cepat atau lambat kalian juga akan tahu. Sohyun, ayah keras padamu kali ini demi kebaikanmu. Selama kau punya status anak dalam keluarga ini, kau memang harus menerima keputusan yang dibuat termasuk menikah," lanjutnya dengan suara majemuk.

Sohyun tahu bahwa ayahnya sangat baik sampai dia tidak tega mengatakannya. Bagaimana pun dia harus tertimpa fakta tak menyenangkan ini. Berjalan terus dan berjalan tiap langkah di langkah dalam sejengkal di atas tanah. Semua yang dia rasakan adalah sakit hati, tidak punya keluarga memang menyedihkan. Hanya saja, pilihan menjadi pungutan mereka memang bukan suatu hal yang bisa dikatakan menyenangkan.

"Eonni, kenapa kau tidak menjawab ku? Kenapa kau malah mengabaikan aku? Tolong katakan padaku, karena aku tidak suka kau sedih seperti ini," langsung berlari menapaki keadaan. Lalu lalang orang di sekitar bukanlah jalan pintas untuk Sohyun abai pada semua. Rasanya berat di pikiran juga semua, mengeluh dalam otak. Semua yang dia anggap ialah kebenaran malah ujungnya adalah kesalahan.

Sohyun berat, dasarnya dia sesak dalam hati. Bantu masalah ini, tempat ibadah menjadi tujuan gadis cantik ini untuk bisa menghilangkan masalah dan kesusahan dalam benak juga batinnya.

,

Suga menahan Namjoon juga Seokjin, dia tidak suka. Urusan dia lakukan malah ditambah rusuh oleh mereka yang baru saja datang. Mungkin ini namanya kesetiaan juga tanggung jawab, Suga tidak suka jika Taehyung berpikir kalau dia mendapatkan intimidasi dari mereka yang mencoba merusak pemikirannya lagi dan lagi. Suga berseru keras, bersyukur kalau Jungkook bisa mendengar nya. Jungkook keluar dari rumah ini maka semua akan membaik, paling tidak dia akan lega.

Seokjin membuat sekitar menjadi huru hara setelah dia menarik kerah baju Taehyung. Suara keras memanggil Jungkook di susul oleh suara keras menggertak. Gedoran keras Jungkook gunakan dengan dua tangannya, dia sukses membuat suara itu. Jimin peka, dia masuk ke dalam sana tanpa kata permisi. Penjara ini akan diam saja jika tidak ada yang mau mengatakannya. Jimin ajak Hoseok untuk membantunya,

"Aku penasaran disana, aku mendengar suara di dalam sana. Kira harus periksa, Suga akan semakin merusak tempat ini. Kurasa Taehyung pemuda yang kolot," jawaban itu mungkin disangkal oleh Taehyung sendiri. Pemuda Kim itu ingin sekali membogem wajah itu.

"Jungkook adikmu, sadarlah! Yang kau lakukan ini gila! Kau sudah tidak waras, aku sangat kecewa dengan apa yang kau lakukan Taehyung!"

Laknat memang, ambisi untuk menghabisi orang semakin kuat dalam diri Taehyung. Tangan itu fatal dalam kepalan tangannya, Seokjin baru saja dihajar bagian pipi kanannya. Sakit memang, hanya itu tidak seberapa. Suga menangkap tinju Taehyung yang kuat. Cepat dan tangkas, dalam dunia Suga selama ini dia sudah biasa untuk menjalankan setiap kekerasan yang terjadi.

Jungkook menangis, konflik dalam kehidupan saudara tersayangnya telah terjadi. Ini sangat tidak dia sukai, dia disini untuk membujuk kakaknya secara halus. Bekas luka di leher di depan cermin juga dibuat secara sengaja. Apakah Jungkook bisa marah? Tentu saja, dia tidak akan melarang kakaknya memberi hukuman pada Taehyung. Kemungkinan besar, jika dia terlalu manja pada kakaknya maka menimbulkan masalah baru bagi Suga juga Seokjin tentunya.

"Kau sudah mengambil Jungkook dari aku, lalu kau suruh dia datang kesini untuk menjadi pengkhianat. Apakah itu pantas dilakukan Seokjin Hyung? Aku rasa kau sudah tahu akan sopan santun," balasan yang dia dapat setelah bentakan hingga air liur hampir mengenai wajahnya.

"Aku tidak memintanya, kau jangan melakukan tuduhan tanpa dasar. Kelakuan yang kau lakukan ini membuat masalah baru, kau tidak sadar?"

Seokjin menduga, depresi adalah salah satu penyakit paling berbahaya. Ini terbukti dari sikap Taehyung, mundur selangkah bagi Taehyung. Tekanan dari dinding di belakang rumahnya membuat kedua mata Taehyung kehilangan atensinya. Bahagia dia buat dan dia maksud rupanya berujung kecewa. Kini, dia rusak pendirian, dia sudah takut akan kesadarannya. Koma adalah jawaban terakhir dari rasa putus asa. Dia sudah tahu apa yang membuat dia tidak bangun dalam waktu lama.

"Taehyung merasa lelah atas semua ini, jiwa dan raga. Semua ini menjadi jawaban atas semua rasa penasaranku. Tuhan membangunkan ku pada penderitaan adik kita," matanya merujuk pada Suga yang berada di sisinya. Kedua mata sipit Suga melihatnya sebagai balasan. Tidak adakah pertanyaan yang akan ditanyakan olehnya? Taehyung sangat mengharapkan jika Suga mengajak dia bicara. Membenarkan kalau dia lakukan agar Jungkook tidak menderita.

Terlanjur dongkol, Namjoon masih menahan tubuh Seokjin. Suga dia mendengarkan apa yang akan menjadi kekesalan Taehyung selanjutnya. Tidak dapat dia sangkal, kalau kebencian akan terciprat padanya juga.

"Orang tua kita memberikan warisan pada adik kita. Ibumu sudah membuat kesalahan, apakah aku bisa mengambil nyawa darinya? Jika itu adalah keputusan baik agar dia tidak membuat Jungkook menangis setiap hari itu tidak masalah bagiku."

Kata kejam macam apa ini?

Sekali lagi, pukulan keras itu mengenai bagian pipi satunya. Taehyung masih beruntung karena nyawanya masih menyangkut, "kau beraninya. Mengatakan itu di depanku, ibuku masih hidup, kau ingin membunuhnya?!" Ujar pelan dalam kedua mata melotot.

Suga kehilangan kewarasan saat melihat adiknya masih bisa tersenyum meski telah dipukul beberapa kali. Siapa yang ada di depannya ini?

Bukan Taehyung yang dia kenal sejak kecil, melainkan seorang psikopat yang lahir dari kehidupan berat juga tak sanggup untuk ditampung Taehyung seorang diri.

"Kembalilah seperti adik jangan lakukan kebodohan yang membuat kakak pelik untuk membenci dirimu selalu Taehyung!" Suga akhirnya bersuara atas dasar nurani.

Taehyung dengar kakaknya bicara, tak ada lagi senyuman miring seperti tadi. Hilang akal atau waras pergi, semua ini sangat konyol kedengarannya. Jungkook, Yoongi juga lainnya tidak setuju dengan apa yang akan dilakukan oleh dirinya ini.

"Oh, ini rasanya sangat menyakitkan." Ucapan menyentuh dadanya pelan.

"Kacau pikiranku melihat tingkah diri mu yang tak berguna itu. Apakah kau tidak ingin sadar! Jika selama ini kau dan orang tua kita kadang lakukan kesalahan, sama halnya dengan ku," Suga muak. Kehidupan dalam roda terus berputar.

Dia juga manusia punya dosa dan salah, tak tahu bagaimana bisa menyelesaikan setiap masalah tanpa menjalaninya. Jikalau Taehyung membunuh orang tua Seokjin karena kesalahan mereka menjadikan budak seorang. Maka, apa bedanya dengan dia juga Taehyung?

Sama-sama jahat, sama-sama tak berarti dan punya penyakit keji.

"Kau sama seperti ayah, tidak mau berpikir ke depan. Sebab-akibat yang kau dapat, apakah kau bisa paham?"

Tidak mungkin, Taehyung malah menatap kosong. Kemana takdir ini akan berakhir? Mungkin saja Tuhan menunjukkan kalau Taehyung sedang sakit di hadapan mereka. Keluarga juga orang sayang padanya.

Namjoon menginginkan tenang, Jimin datang membawa Jungkook sembari merangkulnya. Hoseok berada di sisi kanan dan Jimin di sisi kiri.

Keduanya melongo di tempat setelah menyaksikan tempat ini, sup yang tumpah dan tangan Suga yang terbakar karena lengan tak sengaja menyentuh air panas dalam kuali. Kepala anjing yang menggelinding setelah nya entah karena apa. Di dekat kaki Hoseok, jika saja Jimin tidak meminta Hoseok untuk tenang. Pemuda itu pasti berteriak dan membuat malu mereka. Kadang kala, lawakan di tengah hal serius ini tidak elit.

Jungkook terengah atas rasa sakit di pundak belakangnya. Seokjin langsung mendekat ke arah Jungkook dan ingin memeriksanya. Jiwa seorang dokter dalam dirinya muncul sekarang juga. Taehyung melihat lungkrah tubuh adik. Dia melihat akibat yang dia lakukan, Jungkook menjadi pucat dan sangat terlihat dari bibirnya. Kedua kelopak mata itu ada kantungnya di bawah, nafas yang bisa dikatakan lemah juga jeratan sesuatu di lehernya. Bekas telapak tangan dan berwarna merah juga.

Ini sakit-

Jungkook sakit, kakaknya merasa sakit melihatnya.

"Maafkan aku, hiks.... Apa yang sudah aku lakukan, maafkan aku hiks..."

Pada akhirnya Taehyung menangis dan jatuh turun bersandar di dinding belakangnya. Suga melihat, menjadi penopang atau melihat adiknya menangis demikian?

Kecewa hatinya, "Taehyung semua akan baik saja. Tenanglah, Seokjin bisa mengatasinya dan-"

,

Ada ledakan besar disana. Di sudut kota. Membuat Suga menghentikan bicaranya, Taehyung menangis tapi tak lama berhenti. Suara ledakan yang sangat besar itu, membuat mereka bungkam dan takut. Namjoon dan Jimin langsung keluar setelah mereka merasakan suasana di sekitar mereka tiba-tiba mencekam.

Hingga akhirnya, Taehyung tertawa keras sampai kepalanya mendongak ke belakang.

"HAHAHAHA!"

Tawa yang sumringah dan beberapa kali memukul lantai di bawah kakinya. Taehyung tak kenal ampun dan manusia gila.

"APA YANG KAU LAKUKAN KIM TAEHYUNG!"

Suara Suga menggelegar tanda ketakutan.

.....

TBC...

Harapanku kalian puas dengan tulisan ini🤭 aku akan fokus ini dulu agar selesai setelah itu book lainnya.

Moga kita berjumpa di dunia nyata. Gomawo and saranghae ♥️

#ell

31/07/2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro