Return (Chapter 3)
(Author **** POV)
(Flashback *** ON)
Jam menunjukan pukul 10.00 pagi waktu dimana kota dengan sebutan negeri Gingseng sibuk dengan aktifitas mereka. Entah itu bersepeda berjalan dengan teman, kekasih, berbelanja dan sebagainya. Mereka begitu sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Tak jauh berbeda dengan seorang namja dengan rambut hitamnya, yang sibuk menenteng dua kantung belanjaan yang terlihat berat.
Wajah namja tampan itu begitu pucat, bibinya kering dan kelopak juga wajahnya begitu sayu. Apalagi cuaca cukup terik meski waktu menunjukan pagi hari, namja tampan dengan jaket hitamnya itu bernama Jungkook. entah kenapa tubuhnya terasa dingin hingga ia menggigil kedinginan. Dirasakan panas di tubuhnya cukup tinggi, entahlah kenapa tubuh namja tampan itu begitu kuat. Saat tubuhnya membutuhkan istirahat karena sakit, tapi dia....
Melakukan tugasnya, tugas yang menjadi rutinitasnya... dan itu adalah sudah menjadi kewajiban menurutnya. Jungkook melangkahkan kakinya pelan, berkali-kali ia memgeng pohon ataupun tembok saat kepalanya merasakan pening luar biasa, tubuhnya yang lemas dan juga lemah membuat beban di kedua tangannya terasa berat, meski apa yang ia beli tidaklah banyak.
Nafas itu tidak teratur ketika langkah kakinya terus berjalan, tatapan dari dua bola mata itu makin memburam. Kini ia berjalan melewati beberapa toko, ingin sekali ia menaiki taksi agar ia cepat sampai di rumahnya, tapi apa daya. Uang yang ia bawa tidaklah cukup, karena Hae Soo ibu dari Seokjin hanya memberikan uang belanjaan tanpa transportasi.
Jika saja Seokjin ada di sampingnya, pastinya Jungkook akan diantarkan oleh namja tampan itu dengan motor atau naik taksi bersama. namun, Jungkook memakluminya kalau kakaknya begitu sibuk dengan tugasnya, tugas sebagai seorang dokter. Dan Jungkook bangga akan hal itu, karena sebentar lagi kakaknya akan menjadi seorang dokter. Dokter yang sanga diimpikan oleh Seokjin.
Matahari terus meninggi, dan awan pun tak nampak di langit membuat hawa panas yang makin lama mulai menyengat. Jungkook merasakan pening di kepalanya, bahkan tubuhnya terasa lemah. Ingin sekali ia sampai di rumahnya, dan beristirahat sejenak. Tapi, perjalanannya masih jauh... dan ia tidak tahu sampai kapan ia sampai dengan langkah gontai dan pelan.
Tak jauh disana....
Langkah kaki terdengar saat seorang namja dengan rambut coklat yang sedikit berantakan, berjalan dengan sebuah permen rasa coklat yang ada dimulutnya. Namja dengan jaket coklatnya dan juga celana jeans yang robek pada lututnya tak lupa sebuah slyer yang melekat di lehernya itu terus berjalan menuju ke suatu tempat, tempat yang menjadi favoritnya selama ini.
Dilihat dari penampilannya, ia adalah namja berandal yang hidup urakan dan tak beraturan. Banyak tatapan aneh yang mengarah padanya, bukan hanya itu ada juga beberapa orang yang menatap dengan tatapan ketakutan ke arah namja yang dengan santainya berjalan tanpa menghiraukannya. Ya... dia memang begitu, ia tidak peduli dengan orang lain, dia hanya peduli dengan dirinya sendiri dan juga teman satu gengnya.
Namja itu adalah 'Suga' ya itulah nama panggilan yang biasa ia dengar. Karena baginya dirinya tidak mempunyai nama, dan nama yang ia terima sekarang ini adalah nama yang menurutnya bagus di dengar.
Namja itu terus berjalan, dan dengan santainya ia menikmati lolipopnya hingga tak terasa permen yang ada di dalam mulutnya hampir habis.
Bersamaan dengan itu...
Jungkook berjalan dengan lemah dan gontai, tatapannya mulai memburam kepalanya mulai pusing. Kini ia berjalan melewati sebuah toko kue, saat beberapa langkah kakinya berjalan...
"Akh..."
Jungkook mengeluarkan rintihannya saat kepalanya terasa pusing, tanpa sadar ia menjatuhkan kantong belanjaan di tangan kanannya dan telapaknya menyentuh sebuah kaca dari pertokoan itu, bertumpu pada kaca itu. menopang tubuhnya yang mulai ambruk. hingga beberapa orang menatap heran ke arahnya, terlihat dengan jelas wajah Jungkook yang makin pucat.
Nafas Jungkook semakin sesak, rasanya pusingnya makin menjadi.
Suga terus berjalan hingga ia menuju sebuah toko kue, tatapannya terus ke arah depan. Ekspresi dingin dan datar terlihat di wajah namja tampan dengan mata sipitnya itu. ia berjalan dan jaraknya makin dekat dengan Jungkook yang kini berusaha menyeimbangkan dirinya.
Jungkook memegang kepalanya, berusaha menopang tubuhnya. Kantung belanja yang ada di tangan kirinya jatuh saat tangannya memegang kepalanya yang semakin pusing. Penglihatan Jungkook makin buram, bahkan air mata jatuh dari kelopaknya saat pusing semakin mendera dirinya.
Hingga samar-samar ia melihat, sebuah kaki yang kini berada di dekatnya. Tak lupa sebuah tangan halus dan putih yang memegang pundaknya.
"Kau tak apa?"
Suara seorang namja dengan wajah cantik juga rambut panjang diikat. Menatap khawatir ke arah namja yang kini sedang menopang tubuhnya di depan tokonya.
Jungkook menggeleng, dengan kepala menundukan kepalanya seulas senyum tipis muncul di wajahnya ia tidak bisa mendongakan kepalanya, lantaran rasa pusing itu mendominasi kepalanya.
Gadis cantik yang kini di sampingnya menatap semakin khawatir saat melihat namja itu dengan wajah pucatnya, berkali-kali gadis cantik itu menanyakan keadaan namja yang ia tak kenal. Tapi... beberapa detik kemudian.
Brukkkk....
"Tuan... Tuan kau tak apa? tuan??!!"
Gadis cantik dengan rambut panjang yang diikat rapi itu, mengguncang-guncangkan tubuh namja itu. dan menatap sekitarnya mencari seseorang yang sekiranya dapat membantunya menolong namja yang kini jatuh pingsan itu.
"Tuan, tolong bangunlah... tuan... tuan..."
Suga terus berjalan, hingga ia kini berjalan mendekati toko kue itu.
"Tuan... siapaun tolong..." gadis cantik itu beteriak panik, menatap sekitar yang tiba-tiba saja sepi.
Berkali-kali gadis cantik itu mengguncang-guncangkan tubuh Jungkook yang tak sadarkan diri. Rasa panik itu makin membuncah apalagi, saat tangan halus itu merasakan panas di kening namja tampan itu.
"Ya ampun, dia demam..." teriaknya panik.
Gadis cantik itu berdiri, dan menatap sekitar hingga kedua manik matanya melihat seorang namja tampan dengan mata sipitnya itu berjalan ke arahnya. Tanpa babibu, gadis cantik itu berjalan cepat dan....
Hap...
"Hei, apa yang kau lakukan nona? Hei..."
Namja yang dipanggil Suga itu mengeluarkan protesnya, saat tiba-tiba saja seorang gadis menarik tangannya dengan wajah paniknya.
"Hei, kau dengar tidak, hei!!!" Suga berteriak, bahkan ia mengeluarkan protes dengan sangat keras. Berharap gadis aneh menurutnya itu melepaskan tarikan tangannya.
Namun, gadis cantik itu tak mempedulikan sedikitpun protes dari namja tampan yang lebih tinggi darinya. Yang ia fokuskan saat ini adalah, menolong namja yang kini tak sadarkan diri itu di depan tokonya. Suga berdecak kesal, dalam pikirannya bertanya 'apakah yang akan dilakukan gadis aneh, di depannya....'
Kakinya terus melangkah mengikuti arah dimana gadis cantik itu terus menariknya, hingga beberapa detik kemudian kedua matanya melihat seorang namja tampan dengan wajah pucatnya yang kelopaknya menutup. Ia heran siapakah namja itu, dan kenapa gadis itu menariknya hingga kesini? Berdiri di depan namja yang tak ia kenal sama sekali.
"Tolonglah dia..." ucap gadis cantik itu.
"Kenapa aku?" protes Suga, tak lupa dengan raut kesalnya.
"Karena kau satu-satunya orang yang lewat disini.." jelas gadis cantik itu, tak kalah.
"Aku tidak mau..." ucap Suga dengan tegas.
Tak lama gadis cantik itu menatap tajam ke arah Suga, yang justru dibalas tatapan datar dari namja bermata sipit itu.
"Dasar kau tidak punya hati..." ucap gadis cantik itu dengan nada dingin dan ketusnya.
"Hei, kau ini..." protes Suga yang tak terima atas ucapan gadis cantik itu.
Tak lama gadis cantik, itu menarik tangan Suga dan menyuruhnya berjongkok di sampingnya.
"Cepat kau bawa dia ke rumah sakit, apa kau tidak kasihan dengan dia..."
"Hei, aku tidak mau.. memangnya apa hubunganku dengannya?" tanya Suga yang kini menatap kesal ke arah namja yang tak sadarkan diri itu.
Suga makin lekat menatap Jungkook, kedua bola matanya menatap namja yang tengah tertutup kelopaknya. Dan seketika....
Ia merasakan sesuatu, sesuatu yang entahlah....
Ia saja tidak tahu, perasaan sakit dan sesak. Juga ia melihat wajah yang begitu familiar menuruntnya. Suga terdiam, ketika tatapannya masih setia melihat wajah Jungkook yang tak sadarkan diri.
"Hei, kau... cepatlah tolong dia..."
Gadis cantik itu mendorong bahu Suga, membuat Suga tersadar dari lamunannya dan menatap kesal ke arah gadis cantik itu.
"Ayo tolong dia, dia sedang demam..." paksa gadis itu.
"Tapi, aku..."
"Sudah cepat, ayo..."
Gadis cantik itu memaksa Suga, membuat Suga merasa kesal dan juga menahan emosinya. Bagaimana tidak? Di saat ia ingin berjalan santai, tiba-tiba saja seorang gadis datang menariknya dan menyuruhnya membawa seorang namja asing yang kini pingsan. Oh mimpi apa dia semalam?
"Hei, kau cepat.. aiisssshhhhh...."
"Iya... iya dasar cerewet.."
Suga berucap kesal, dengan segera ia berdiri mengubah posisinya berjongkok membelakangi Jungkook yang kini pingsan, tak lama gadis cantik itu berdiri. Membantu tubuh lemah Jungkook untuk naik di punggung namja bermata sipit itu. hingga...
Terasa sebuah beban menempel dipunggungnya, dan gadis itu sudah memegang tubuh namja yang tak sadarkan diri itu.
"Sudah..." ucap gadis cantik itu, memberi kode pada Suga yang sudah siap dengan posisinya sedari tadi.
Tak lama, hanya beberapa detik....
Suga berdiri, mengangkat tubuh Jungkook di gendongannya. Namja yang ia gendong di punggungnya. Dengan raut wajah kesal dan setengah ikhlas Suga menatap gadis cantik itu, dan berkata....
"Apa yang harus aku lakukan?"
"bawa dia ke rumah sakit..."
"Apa kau tahu, siapa keluarganya?"
Gadis cantik itu menggeleng dengan polosnya.
"Apa? hei kau..."
"Sudahlah jangan protes, kau ini..."
"Aishhh...."
Tak lama Suga membalikan badannya menyangga tubuh Jungkook yang kini berada di gendongannya. Dan melangkah cepat, meninggalkan gadis pemilik toko kue itu, dan membawa namja asing baginya.
Kakinya terus melangkah, tak terasa beban berat di tubuhnya. Ia tahu kalau namja yang ia gendong memiliki tubuh yang kurus. Bahkan dapat ia rasakan tangan namja yang ada di gendongnya begitu panas. Sesekali mata sipitnya melirik Jungkook yang bertopang dagu di bahunya.
Saat kelopaknya melihat wajah Jungkook, seketika perasaan aneh itu muncul . timbul rasa kepedulian dan juga....
"Siapa kau? Kenapa aku pernah melihatmu?" gumam Suga, terus melangkahkan kakinya. Kakinya terus melangkah dan melangkah membawa Jungkook yang kini berada di gendongannya. Bukan di bawa ke rumah sakit seperti permintaan gadis cantik itu, melainkan...
Tempat dimana ia dan teman-temannya sering berkumpul.
"Ck... menyusahkan..." gumam Suga, tak lupa dengan decak kesal dan wajah kesalnya.
(Flashback *** OFF)
.........................................
"Nghhhh.... hyung... hyung..."
"Hei... hei dia sudah sadar..." ucap Jimin dengan heboh saat baru saja ia sadar dari menikmati hari santainya sambil menemani namja asing yang dibawa oleh temannya, Suga.
Seketika dua namja yang sedari tadi sibuk dengan aktivitasnya masing-masing menatap wajah pucat Jungkook yang masih menutup kelopaknya. Terlihat tubuhnya yang terbalut selimut tebal, dan keringat dingin yang keluar dari tubuhnya.
"Hiksss... hyung.... hyung.... jangan tinggalkan aku.." Jungkook menangis, memanggil nama kakaknya meski kedua kelopaknya masih menutup.
"Hei, sepertinya dia belum sadar..." ucap Namjoon.
"Ya, kau benar... pasti dia bermimpi..." lanjut Hobi kemudian.
Jungkook menggerakan kepalanya gelisah, bahkan tubuhnya bergerak gelisah. Air mata itu terus jatuh, bibirnya memanggil kakaknya...
"Hikss.... Yoongi hyung, Tae Tae hyung hikksss... "
Jimin semakin bingung, apalagi kedua temannya yang tak kalah bingung saat melihat Jungkook yang sedang bermimpi.
"Hikksss... hyung jangan tinggalkan Kookie..." Jungkook semakin terisak bahkan tangannya menggapai-gapai dalam selimutnya.
"Hei, apa yang harus kita lakukan?" Jimin semakin bingung, ia juga tidak tahu apa yang terjadi dengan namja asing itu.
"Aku juga bingung Jim, hei bos apa kau tahu?" tanya Hobi yang kini menatap ketuanya.
Dan bukan jawaban yang ia terima, justru Namjoon hanya menggeleng sambil mengedikan bahunya.
"Hikksss... Hyung... Hikksss...." Jungkook semakin terisak , bahkan kompres yang sedari tadi anteng bertengger di kepalanya jatuh saat kepalanya bergerak. Bahkan air mata itu terus keluar dari kelopaknya.
Semenatara Jimin, ia mencoba menggncang-guncang tubuh Jungkook yang masih setia dengan mimpi buruknya. Suasana menjadi gaduh seketika, ketiga namja tampan itu mencoba membangunkan Jungkook, tapi... kelopak itu enggan membuka, dan bibir Jungkook terus memanggil nama kakaknya, juga air mata yang jatuh dari pelupuknya.
Tak lama....
Sebuah tangan halus memgang tangan yang bersembunyi dalam balik selimut itu, membuat ketiga namja yang sedari tadi kebingungan mengankat alis mereka. Saat kedua netra mereka melihat namja dengan wajah manisnya itu menyentuh dahi dan memegang tangan Jungkook yang dari balik selimutnya. Dan namja itu adalah, Suga.
"Shhtttt.... tenanglah...." suara Suga yang terkesan dingin bagi siapapun yang mendengarnya membuat Jungkook sedikit tenang, bahkan tangan yang sedari tadi menggapai itu mulai turun.
Namjoon dan kedua temannya begitu serius menatap Suga, yang menenangkan Jungkook yang kini terlelap di atas sofanya. Dan Suga? Dia mengsap lembut pipi kurus namja dengan gigi kelincinya itu. jujur ia tidak tahu, kenapa ia bisa begini. Seakan-akan tubuhnya bergerak sendiri untuk mengusap dan menggenggam tangan namja yang menurutnya asing.
"Hiksss... Tae... Tae hyung..."
"Shhhtttt...." Suga mengusap lembut rambut Jungkook, mencoba menenangkannya. Tiba-tiba saja rasa peduli yang tak pernah ia munculkan pada siapapun, muncul begitu saja. Apalagi terhadap namja yang tak ia kenal sama sekali.
Tanpa ia sadari ketiga temannya sedari tadi menatap intens ke arah Suga yang begitu sibuk menenangkan namja dengan wajah manisnya.
1 menit...
2 menit....
3 menit...
Jungkook kembali tertidur dengan pulas, nafasnya kembali teratur, keringat dingin berhenti keluar. Dan juga tubuh gelisahnya kembali tenang, membuat Suga menghela nafas lega. karena ia berhasil menenangkan namja asing itu dari mimpi buruknya.
Tak lama mata sipitnya berpindah tatapan, menatap kedua temannya yang memasang wajah penasaran dan cengo mereka.
"Kenapa!?" ucap Suga dingin dan judes, membuat ketiganya sadar dari lamunan mereka.
"Eh... tidak, tidak..." ucap mereka menggelengkan kepala dan memperlihatkan cengiran gaje mereka.
Suga menatap dingin ke arah ketiga temannya, sudah menjadi ciri khasnya. Mempunyai sifat dingin dan super judes, apalagi ia terkenal galak dalam gengnya. Kini ketiganya melihat Suga yang sibuk membenarkan selimut dan bantal yang digunakan namja manis yang tengah terlelap itu, jujur ketiganya heran kenapa seorang Suga begitu peduli dan lembut pada namja aneh yang ia bawa siang tadi.
Kini keduanya menatap ke mana namja bermata sipit itu pergi sambil membawa baskom yang berisi air hangat dan juga handuk kompres di dalamnya, sepeninggalnya Suga ketiga berkumpul membentuk lingkaran. Dan membisikan sesuatu sesekali melirik ke belakang, tempat di mana namja dengan tampang manisnya terlelap dalam tidurnya.
"Hei, apa yang terjadi dengan Suga? Jarang sekali ia bersifat seperti itu... biasanya kan dia judes, dingin dan..."
Glekkk...
"Galak..."
Ucap Jimin yang berbisik dan menelan ludahnya susah payah, sementara Namjoon dan Hobi mereka mengangguk menyetujui apa yang dikatakan namja dengan rambut coklat di depannya.
Skip....
(Suga *** POV)
Apa yang terjadi denganku, aishhh... aneh. Kenapa aku begitu peduli dengan namja asing itu, dan sekarang?
Oh, ini bukan gayamu... Suga, ini bukan gayamu. Kau kan namja keren dan juga berandal, kenapa kau menjadi lembut di depan namja yang bahkan tak kau kenal baik nama atau statusnya.
Dengan segera kutaruh baskom berisikan air yang sudah mulai mendingin dan juga sebuah handuk di dalamnya di atas meja. Aku memegang meja, dan menatap ke arah cermin yang ada di depanku, ku pegang pinggiran meja itu dan menghembuskan nafasku kasar.
"Siapa kau? Kenapa aku merasa peduli denganmu, heh..."
Aku menunjukan smirk-ku, entahlah sepertinya perasaanku bermain-main denganku. Tapi, aku tidak tahu perasaan apa ini? jujur saat aku membawanya dalam gendonganku, aku merasa sangat dekat dan ada sebuah ikatan batin yang kuat. Ikatan yang tak pernah ku ketahui, dan rasa itu semakin kuat. Apalagi....
Saat aku lihat dia menangis dalam tidurnya memanggil nama seseorang dengan embel-embel hyung di belakangnya membuat aku sakit dan ngilu, dan rasa itu tiba-tiba saja datang....
Aku menutup mataku, mengingat-ingat siapakah namja itu. kenapa aku tidak asing dengannya.... wajah itu, kelopak saat ia terlelap dan juga wajah damainya membuatku ingat seseorang, tapi siapa? Aku tidak mengingatnya sama sekali....
...............
(Author *** POV)
"Baiklah dokter Jung semua bisa diatur, kita akan memberikan perawatan yang terbaik untuk pasien tersebut..." ucap dokter Lee pada rekan sekaligus teman kerjanya, saat di Korea dulu.
"Terima kasih dokter Lee, anda sangat membantu..."
Kedua dokter itu tersenyum tak lupa pandangan mereka berpindah menatap ke arah namja tampan yang sedang dalam masa komanya, terlihat namja tampan itu sedang diganti infus dan juga masker oksigen. Tubuh kurusnya juga sudah berganti menjadi pakaian pasien yang ada di rumah sakit itu.
"Oh ya, aku punya seorang dokter muda yang akan merawatnya..."
"Apakah dia bisa, di percaya? Kau tahu? aku ingin seorang dokter yang terbaik disini, dokter yang akan membuat putraku cepat pulih dari komanya.." ucap dokter Jung dengan tatapan sendunya menatap namja yang kini berbaring di atas ranjang itu.
"Kau tenanglah, dia adalah dokter muda yang cerdas... bahkan nilai dan juga keahliannya tidak kalah dengan dokter yang sudah senior di rumah sakit kita. Jika tidak percaya kau bisa lihat data-datanya..." tutur dokter Lee pada temannya, tak lupa dengan senyum ramahnya.
"Baik, aku percaya padamu dokter Lee, kuharap dengan membawanya kesini putraku akan sadar..."
"Tenanglah kami akan berusaha semampu kami, kau tahu dulu kau sudah sangat membantu rumah sakit dan pasienmu...kau adalah dokter yang terbaik..." puji dokter Lee memegang pundak dokter di depannya. mereka mengingat memori masa lalu ketika mereka masih bekerja di rumah sakit bersama.
Dokter Jung hanya mengulas senyumnya, dan menepuk pundak temannya. Tak lama...
Kini dokter Jung kembali menatap namja tampan itu, namja yang sudah ia anggap layaknya putra sendiri, namja yang sudah menjadi bagian dari keluarganya. Namja yang terbaring dalam komanya, menunggu keajaiban yang datang padanya, keajaiban yang mungkin akan tuhan berikan padanya....
...............
"Ibu, apa yang ibu katakan? Jungkook belum pulang?"
Seokjin membelalakan kedua bola mataku, saat pendengarannya yang masih normal mendengar bahawa Jungkook belum pulang hingga sekarang, padahal waktu menunjukan pukul 07.00 malam.
"Kenapa kau heboh seperti itu, biarkan saja! Mungkin anak itu sudah mati di jalan!!"
"Ibu.." Seokjin mulai geram dengan setiap ucapan ibunya, yang dengan santainya keluar dari bibir wanita yang telah melahirkannya.
"Kau benar ibu, mungkin si cupu mati.."
"Jiyeon, diam kau!!!" bentaknya, menatap adik sepupunya yang kini sedang menikmati apelnya.
"Seokjin jangan bentak adik saudarimu seperti itu.."
Ucap Hae Soo yang kini berucap tegas pada anak laki-lakinya. Seokjin menggelengkan kepalanya, menatap tidak percaya. Dalam benaknya ibu dan adik sepupunya benar-benar gila dan tak punya hati.
Sementara Jiyeon di tersenyum kemenangan dan menjulurkan lidahnya ke arah Seokjin, bermaksud meledek namja tampan yang tengah frustasi itu. menikmati apel merah yang ada ditangannya.
"Dasar gila..." dengan Segera Seokjin mengambil kunci motornya dan segera berlalu meninggalkan dua wanita itu dan tidak mempedulikan teriakan keras ibunya.
"SEOKJIN MAU KEMANA KAU!!" teriak Hae Soo memanggil putranya, dan tak lama....
BLAMMM....
Suara pintu yang dibanting keras terdengar bersamaan dengan mesin motor yang menyala, motor dari namja tampan yang kini sedang panik mencari Jungkook adiknya....
..................
Pukul 07.30 malam....
Kelopak mata itu bergerak, bersamaan dengan bibir pucat yang bergerak. Dirasakan tubuhnya yang hangat berbalut selimut tebal, dan bantal yang empuk di kepalanya. Berkali-kali kelopak itu mengerjap, dan mencoba untuk membuka.
Hingga...
Samar-samar ia melihat, sekitar... dan ia merasa asing dengan tempat ia berada saat ini. penglihatannya makin lama makin jelas, dan kini ia mencoba bangun. Duduk di atas sofa yang berukuran sederhana, tempat sedari tadi ia gunakan untuk tidur.
"Akhh..." Jungkook memegang kepalanya yang terasa pening, ia menggelengkan kepalanya. Mencoba menghilangkan rasa pusing itu, meski tidak berarti....
Jungkook mengedarkan pandangannya, menatap sebuah ruangan dengan dinding berwarna putih yang sudah memudar, bukan hanya itu saja Jungkook juga melihat ada beberapa botol alkohol kosong dan kulit kacang yang berserakan di atas meja dan lantai.
Jungkook memposisikan dirinya duduk, menopang tubuhnya dengan kedua telapak tangan yang ia taruh di atas tempat duduk sofa. Mengatur nafasnya dan tubuh lemah yang mulai membaik, dapat dirasakan suhu tubuhnya tidaklah sepanas tadi....
"Dimana ini?" gumamnya, melihat ruangan asing yang menurutnya. Bahkan kini ia menatap selimut dan bantal yang ia tadi gunakan, dalam otaknya ia berpikir 'Siapakah seseorang yang telah menolongnya?'
Jungkook terus berpikir, mencoba memahami situasi saat ini, hingga...
"Kau sudah baikan?"
Jungkook menoleh ke arah seseorang....
Seseorang yang membuka suaranya....
Dan...
Kedua bola mata namja manis itu membulat....
Melihat sosoknya....
Seorang namja yang kini berdiri di belakangnya....
Namja yang kini menatap datar ke arahnya....
Dan Jungkook....
Meneteskan air matanya....
...................
TBC
Hai semua.... author kembali dengan chap ini, semoga kalian gak bosan dengan kedatangan author...
Jangan lupa vommentnya ya, agar author tetap semangat...
Maaf kalau typo masih bertebaran, cerita tambah gaje atau apalah. Karena author hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan....
Semoga hasilnya memuaskan ya^^
Sekian dari saya, bye semua... sampai jumpa di next chap...
Salam cinta dan sayang untuk kalian semua....
#el
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro