Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lightless Window (Chapter 7)

Mian atas kesalahan saya untung saja tadi saya baca ulang wp saya, dan saya sadar  ada banyak kesalahan pada chap ini maklumi saja ya, author kurang fokus wkwkwk. Oke selamat membaca ne 😊😊😊😊

Chap ini sudah saya revisi 😂😂😂😂😂😂😂

💧💧💧💧💧💧💧

"Semakin aku berharap, kenapa semakin sulit harapan itu aku dapatkan. Banyak orang yang bilang kalau harapan itu akan tercapai jika kita berusaha dan berdoa, dan aku melakukannya. Dan selalu menyakininya. Tapi.... apa yang harus aku lakukan Tuhan, bagaimana semua penderitaan dan juga ujian ini berakhir? Aku hanya ingin bahagia, tolong... beri aku kesempatan untuk merasakan yang namanya bahagia, hanya sederhana.... sangat sederhana, yaitu aku ingin bertemu dengan hyungku, juga adikku.... kapan waktu itu datang Tuhan. Ijinkanlah aku bersama mereka, meski hanya sekali dalam hembusan setiap nafasku.. ya, hanya sekali. dan itu cukup bagiku..."

-Kim Jungkook-

..................................

(Author **** POV)

(Flashback **** ON)

BRAKKKK....

Sebuah bongkahan kayu jatuh dengan api yang membakar hingga berwarna hitam legam, jatuh dengan cepat membentur lantai berbahan dasar keramik, kepulan asap dan api yang semakin berkobar. Membuat namja tampan dengan mata sipitnya sedikit kesusahan, memasuki kamar mendiang kedua orang tuanya.

"Uhuk....uhukk..."

Yoongi merasa sesak di dadanya tapi tidak menyurutkan usahanya untuk mencaro sesuatu, sesuatu yang bisa menolong ketika adiknya, menyelamatkan nyawa mereka. Dengan segera Yoongi memaksakan kakinya berlari mendekati meja, dan membuka lacinya. Dengan tangan yang cekatan, Yoongi mengobrak-abrik isi laci tersebut, hingga indra perabanya merasakan sesuatu. Sesuatu yang ia cari selama ini, seulas senyum dan ucapan syukur ia gumamkan. Setetes air mata jatuh karena ia senang mendapatkan benda kecil yang ia genggam, sebuah kunci...

Untuk menyelamatkan adiknya, kunci cadangan yang disimpan mendiang orang tuanya.... namun, ia tidak boleh berlama-lama disini, ia harus segera kembali di depan pintu kamar adiknya, dan menyelamatkan mereka sebelum semuanya terlambat.

Yoongi berlari menaiki tangga, membiarkan tubuhnya merasakan hawa panas, dan juga tak mempedulikan dadanya yang sesak, yang ia pedulikan saat ini adalah keselamatan ketiga adiknya.

Brukkk.....

"Akh...shhh...."

Yoongi ambruk saat tiba-tiba saja sebuah balok jatuh mengenai bahu belakangnya, saat namja tampan itu menaiki tangga. Saat ia kembali membawa kunci yang akan membuka kamar di mana sang adik berada.

Tes...

Tes...

"Akh.... sialan... sakit sekali..."

Dengan susah payah, dan tubuh yang kembali ambruk di tangga. Namja tampan dengan mata sipitnya itu kembali bangun menahan sakit dan menggigit bibir bawahnya saat dirasakan bahunya yang sakit... dan panas...

Hingga tanpa ia sadari ia meneteskan air matanya, karena rasa sakit dan panas yang luar biasa...

"Jungkook, Taehyung..."

Yoongi berjalan, merangkak... menggapai pintu di depannya, saat tubuhnya berada di ujung tangga. Ditatapnya pintu berbahan kayu di depannya.

"Akh... adik-adikku... tunggulah hyu...hyung... uhukk...uhukk..."

Dan untuk kesekian kalinya Yoongi memaksakan tubuhnya, menahan sakit... dan juga mengorbankan nyawanya demi sang adik.... karena Yoongi adalah seorang kakak yang akan melindungi mereka... orang yang ia sayangi dan masih berada di sisinya di dunia ini. keluarga yang ia sayangi, adik-adiknya....

Jungkook semakin memeluk kakaknya Taehyung, setia dengan isakan yang masih terus keluar dari bibirnya, dan Taehyung memeluk erat kedua adiknya. dengan si mungil dalam dekapannya di antara Jungkook. berharap dan berdoa...

Pasrah....

Hanya itu yang bisa mereka lakukan, dan kini keduanya memejamkan mata. Saat secara bersamaan ada sebuah balok kayu besar yang terbakar tepat di atas mereka. Dan ketiganya tidak menyadarinya, menyadari kayu yang mungkin akan merenggang nyawa mereka. Karena mereka menutup mata dan saling memeluk menguatkan, dan menyembunyikan rasa takut mereka.

Sedikit lagi.... dan sedikit lagi....

Kayu itu akan jatuh, hanya beberapa detik lagi, hingga......

BRAKKKKK.....

Suara benturan yang keras, dan teriakan menggema di tengah kobaran api yang makin membesar....

"Yoongi Hyung?"

.................................

"Taehyung??!! Awas...!!"
BRAKKK....

Taehyung dan Jungkook menatap kayu yang baru saja jatuh hampir mengenai mereka. Dan Yoongi ia bernafas lega karena masih bisa menarik tangan adik keduanya, menghindar dari ancaman bagi keduanya.

"Hyung..." Taehyung menatap manik mata kakak pertamanya terdapat sirat ucapan terima kasih bagi namja sipit yang mengulas senyum tipis dan menganggukan kepalanya, seakan senyum itu penuh makna dengan 'semua baik-baik saja'. Dan Taehyung menganggukan kepalanya, dan....

"Hyung..." suara lirih dan pegangan erat pada bahu sang kakak, menandakan betapa takut dan gelisahnya namja dengan wajah manisnya itu. yang kini melirik di bahu sang kakak. Rambutnya yang sedikit berantakan dengan pinggang yang di topang erat oleh Taehyung, menahan beban tubuh adik manisnya yang kini berada di gendongannya.

Dan Taehyung mengulas senyumnya, saat menatap wajah sendu penuh kegelisahan Jungkook adiknya, dan mengucapkan kata penenang bagi adiknya Jungkook.

"Gwenchana Kookie, semua baik-baik saja...." Taehyung mengulas senyum kotaknya, senyum penuh dengan ketenangan dan juga....

Senyum kasih sayang yang ia tunjukan pada adiknya, dan Jungkook menganggukan kepalanya. Mempercayai apa yang dikatakan sang kakak untuknya.

Hingga....

"Taehyung!!"

BRAKKK...

"Yoongi hyung...!!!"
"Uhukkk....uhukkkk....uhuukkk... Tae, apa kalian baik-baik saja..." suara menggema, menandakan bahwa namja sipit itu berhasil selamat dan almari yang tiba-tiba ambruk dengan kobaran api dan juga kepulan asap.

"Uhukk.... uhukkk.... Ya, hyung..... Tae dan Kookie baik..."

Keduanya terpisah diantara api yang sibuk melahap sebuah almari itu, membuat Yoongi yang kini menggendong si mungil kebingungan. Begitu juga dengan Taehyung yang menggendong Jungkook dan memberikan kata penenang, bagi namja dengan gigi kelincinya. Yang hampir saja menangis dengan tubuh gemetarnya.

"TAE..."

Mendengar suara teriakan Yoongi, Taehyung menoleh melihat samar-samar kakaknya yang kini berdiri diantara kepulan asap yang menebal.

"BAWA KOOKIE PERGI, LEWATLAH PINTU DEPAN... HYUNG AKAN LEWAT PINTU BELAKANG..." Yoongi berteriak, menyuruh sang adik untuk segera menuruti perintahnya.

Mendengar penuturan sang kakak ada sedikit keraguan di hati Taehyung, entahlah hanya saja....

"Tapi hyung..." Taehyung mengeluarkan suaranya, saat keraguan datang padanya....

"Tae, tenanglah semua akan baik-baik saja.... bawa adikmu pergi... hyung..." Yoongi menjeda, menahan sesak, namun bukan sesak karena asap. Tapi sesak dan ngilu di hatinya, mengulas senyumnya... saat manik matanya. menatap si mungil yang terlelap dalam gendongannya, membelai pipi yang bersemu merah adiknya. Yoongi mengagumi betapa manisnya wajah sang adik, yang sangat mirip dengan mendiang sang ibu, dan juga wajah yang tak kalah cantik dengan mendiang sang ibu.

Dan...

Tes...

Tes....

Setetes air mata itu jatuh, saat mengusap sebuah liontin. Liontin berbentuk daun musim gugur. Kalung favoritnya yang sengaja ia berikan dan pasangkan pada leher sang adik....

Baginya adik yang kini ia gendong ini adalah karunia Tuhan baginya juga bagi kedua adiknya. dalam hatinya Yoongi berkata,'Kau kado musim gugur terindah bagiku, adikku...'

Hingga, air mata itu jatuh tepat di pipi gembul sang adik, dan Yoongi menyeka air mata itu... mengusap lembut dan kasih sayang, dan kini kelopak sipitnya yang sembab ia arahkan ke depan, menatap kedua adiknya yang masih menunggunya di antara api dan juga asap yang membatasi mereka.

Dan Yoongi menatap mata Taehyung, tatapan adiknya yang tersirat akan kekhawatiran dan....

"Pergilah Tae, hyung akan menyusul kalian.... selamatkan dirimu juga Kookie..."

Bersamaan dengan hal itu Yoongi meneteskan air matanya, menunjukan senyum manisnya bagaikan gula ke arah adiknya. entahlah hanya saja Yoongi ingin Taehyung tersenyum, berharap adiknya akan lega melihat senyum manis yang ia tunjukan. Dan Taehyung....

"Yoongi hyung...." Taehyung meneteskan air matanya, menatap senyum kakaknya yang samar-samar di antara kepulan asap.

"Pergilah..." gumaman lirih Yoongi, dikeluarkan dari bibirnya dan Taehyung. Menganggukan kepalanya, dan mengusap air matanya dengan lengganya kasar.

"Yoongi hyung.... hikksss.... berjanjilah jika kau dan adik akan selamat..." Taehyung berujar meninggikan suaranya, dengan air mata yang masih jatuh meski ia sudah mengusapnya dengan sedikit kasar, dan Yoongi menganggukan kepalanya. Mencoba yakin jika takdir baik masih berpihak padanya. Dan tetap mengulas senyumnya, meski air mata terus jatuh dari pelupuknya.

Hingga....

"Semoga kalian baik-baik saja Tae, Jungkook...."

Dan Yoongi memejamkan matanya, mendekap si mungil dalam pelukannya. Setelah dirasa indra pendengaranya dan juga manik netranya tak melihat keberadaan kedua adiknya. Dan Yoongi yakin jika kini Taehyung dan Jungkook adiknya pergi menyelamatkan diri.... sesuai dengan keinginannya.

Dan kini Yoongi mengedarkan pandangannya, mencari jalan keluar.... menuju pintu belakang, yang Yoongi kira akan sulit dijangkau mengingat api yang semakin besar dan juga....

BRAKKK....

Lagi, terdengar benda jatuh... kepulan asap semakin menebal membuat mata namja tampan dengan mata sipitnya itu perih, dan menahan sesak karena oksigen yang semakin menipis.menipis dan menipis....

.............................

............................

"Hyung.... apa kita..." Jungkook membuka suaranya, membuka matanya yang terpejam, dibalik jaket sang kakak yang sempat ia pakai saat Taehyung melangkahkan kakinya berlari menuju pintu depan. Karena Taehyung memastikan bahwa Jungkook adiknya tak lecek sedikitpun, tak akan membiarkan Jungkook terluka.... walau sehelai rambutpun.

Taehyung menghentikan langkahnya, menatap langit yang tanpa ia sadari....

'Hujan...' ditatapnya langit dengan wajah datar dari seorang namja bernama Kim Taehyung itu, menolehkan kepalanya, saat melihat tubuh adiknya terselimuti jaket coklat milik kakaknya Yoongi yang bertengger di tubuh sang adik.

Hingga...

Taehyung berjongkok, memnyuruh sang adik untuk turun.

"Kookie, turunlah..."

Jungkook menganggukan kepalanya, kaki bocah itu segera memijak pada tanah yang mulai basah. Diedarkan pandangan Taehyung hingga ia melihat, sebuah kardus berukuran besar. Bertengger di antara kayu dan juga dinding triplek.

"Kookie..." Taehyung mengulas senyumnya, mengacungkan tangannya dan menatap sang adik penuh kasih sayang... dan Jungkook menerimanya dengan senang hati....

Lalu, mereka berdua melangkah menuju ke arah dimana Taehyung melihat...

Ia yakin, dan sangat yakin akan keputusannya....

Meski dalam diri Taehyung bimbang....

Tapi....

........................

BRAKKKK.....

"OEKKK.... OEKKK.... OEKKK...."

Yoongi tersudut, benar-benar tersudut. Memeluk si mungil yang menangis, api semakin berkobar, dan gendang telinganya mendengar suara rintikan hujan yang mulai deras.

Dan kini....

"Sayang tenang ne... hyung akan membawamu pergi, jangan menangis cantik..." Yoongi mengecup kening bayi mungil nan cantik itu, meneteskan air matanya. duduk di sudut pintu yang gagal ia dobrak.... gagal? Ya, benar saja... dan apa yang dirancanakan Yoongi tidak sesuai dengan harapannya.

Ditatapnya langit rumahnya yang masih tersisa, yang belum sempat terbakar.

"OEKKK.... OEKKKK.... OEKKKK..." Semakin keras tangisan si mungil membuat Yoongi semakin memeluk bayi mungi itu erat, sangat erat.... bahkan Yoongi melapisi tubuh adiknya dengan handuk yang ia dapatkan, melilit di tubuh adiknya, agar sang adik tidak kepanasan.

Dan lagi-lagi...

"uhukkk... uhukkk...." Yoongi terbatuk saat, dadanya makin sesak... dan Yoongi menitikan air matanya. menyandarkan kepalanya pasrah, membiarkan api besar makin mendekati dirinya juga adiknya.

"Tuhan... tolong aku dan adikku.... atau setidaknya tolong adikku Tuhan, dia masih kecil... dia baru datang di dunia ini. kuharap kau mau memberi kehidupan pada adikku, meski aku harus mati.... Tuhan..." Yoongi mengadu, menatap pasrah dengan kepala yang ia sandarkan. Entahlah ia tidak punya rencana, ia benar-benar terpojok saat ini.

Dan hanya harapan yang ia miliki....

Semakin ia eratkan pelukan di tubuh sang adik.... sangat erat.... dan juga....

"Maafkan hyung, adikku...."

Yoongi menatap sendu wajah bayi mungil yang kini ada dalam pelukannya, dengan tangisan sang adik. Dan Yoongi yakin bayi mungil cantik yang kini dalam dekapannya merasakan ketakutannya. Ketakutan dalam dirinya dan Yoongi tak menyukainya....

Sangat tidak menyukainya.....

Dan saat mata itu terpejam, dengan bibir yang mencium lembut pipi gembul sang adik. Terdengar suara gebrakan, dan terdengar keras membuat Yoongi sadar dan....

"YOONGI HYUNG!!!"

"TAEHYUNG!!!"

.....................................

.....................................

"Hikksss... maafkan Tae... Tae ya dik..."

Taehyung menitikan air matanya, mengecup kening si mungil penuh sayang dan juga waktu cukup lama. Diresapinya kening lembut nan putih milik adiknya yang kini terpejam, kembali terlelap dalam tidurnya.

Sebenarnya Taehyung tidak ingin, ia tidak ingin berpisah dengan si mungil... karena Taehyung mulai menyayanginya, meski ia sempat mengklaim si mungil sebagai adik yang mengesalkan dan juga tak menyukai kehadiran bayi yang ia gendong saat ini. tapi, semua itu terganti dengan rasa sayang yang amat besar, setelah mendapat pencerahan dari sang kakak, Yoongi....

"Hiksss.... hikksss... tumbulah menjadi gadis yang cantik dan baik, ne... Tae Tae menyayangimu, cantik..." Taehyung mengulas senyumnya, membelai pipi semerah tomat milik adik perempuannya dan...

Chup...

Kecupan kini mendarat di pipi gembul sang adik, dengan air mata yang keluar dari kelopak namja itu. memeluk erat penuh sayang sampai isakan keluar....

"Hiksss... Yoongi hyung..." Taehyung menangis, memanggil nama kakaknya. begitu kentara dalam ingatannya saat dimana sang kakak....

Kim Yoongi, tenggelam....

Tenggelam dalam sungai, dan Taehyung tak tahu harus apa....

Bingung? Tentu saja....

Dan ini keputusannya.....

Setelah puas mengecup pipi gembul adiknya. Taehyung, meletakan si mungil keatas lantai dengan handuk juga selimut merah muda yang masih melekat di tubuh dang adik, menaruhnya di sini. Di depan pintu ini....

Dan menatap kalung itu, kalung yang ia ketahui.... pemberian Yoongi kakaknya. kalung dengan bentuk daun musim gugur, yang melingkar di leher sang adik. Dan Taehyung mengulas senyumnya....

"Kau mirip ibu cantik..."

Ditatapnya lekat sang adik, masih setia dengan posisi menjongkok. Menatap sayang adiknya....

"Aku menyayangimu, maafkan aku dik.... sebenarnya aku tidak ingin menaruhmu di panti ini. tapi..." Taehyung menjeda ucapannya, dan hanya gemericik hujan yang mulai mereda. Seketika senyum kotak dengan derai air mata itu jatuh, tepat di atas lantai....

"Aku berjanji akan mengambilmu segera, doakan oppa ya cantik.... doakan aku agar bisa menemukan Yoongi hyung dengan selamat, dan bisa melindungi Kookie..." Taehyung mengulas senyumnya menjatuhkan air mata. Juga sesak dan ngilu di hatinya....

Dan kini namja tampan yang terkenal dengan senyum kotaknya itu berdiri, mengulas senyumnya...

"Baik-baik cantik.... dan tunggulah kami, percayalah kita akan berkumpul kembali, kau adikku yang paling cantik...." Taehyung mengulas senyumnya, menyeka air matanya mencoba menegarkan hatinya.

"Khusus untukmu, Tae Tae oppa akan memanggilmu cantik... karena sesuai dengan wajahmu. Dan suatu hari nanti akan ada yang memberimu nama, dan kuharap, seseorang itu akan memberimu nama dengan marga 'Kim' di depannya..."

Sekali lagi air mata Taehyung jatuh, memandang wajah mungil sang adik.

"Akh... aku harus pergi cantik, baik-baik ya..." Taehyung mengulas senyumnya, setelah menyeka air matanya.

'Kookie tunggu Tae Tae hyung ne...'

Hingga....

Tap... tap.... tap....

Taehyung berlari, menerobos gerimis. Dengan linangan air mata meninggalkan si mungil yang kini menangis keras, seakan dirinya tahu, bahwa ia tidak mau ditinggal kakaknya. tangisannya keras, membuat Taehyung ingin menoleh melihat bayi cantik yang tak lain adalah adiknya. namun, ia tidak bisa... ia harus pergi. Menuruti kata hatinya, meminta untuk menaruh adiknya di tempat aman. Dan panti inilah yang menjadi pilihan hatinya...

"Hikksss... Yoongi hyung, maafkan aku.... aku terpaksa..."

Taehyung terus berlari dan berlari... pergi menjauh, berharap ia tak mendengar suara tangisan adik cantiknya. Karena hati Taehyung tak sanggup dan ia terpoaksa... benar-benar terpaksa....

Air mata itu terus ia seka, dirinya begitu jauh.... jauh dari tempat dimana ia meninggalkan sang adiknya di sana. Dan ia berharap akan ada orang baik hati yang sudi merawat adiknya hingga ia datang, datang menjemputnya....

Dan Taehyung, merasa kakak yang gagal.... tapi, ia harus menuruti kata hatinya. jujur, ia merasa sesuatu yang sangat buruk akan terjadi, hingga.... ia kini sampai di sebuah jalan besar. Tempat dimana....

Ia akan sampai...

Sampai, dimana adiknya Jungkook menunggu....

"Kookie... tunggu hyung, hyung akan datang.... tunggu hyung ne... dan kita akan mencari Yoongi hyung, ya... mencari Yoongi hyung..." dengan susah payah Taehyung berlari dan berlari menyeka air mata. Sepintas ia ingat akan bayang-bayang wajah kakaknya, Yoongi yang tersenyum. Jungkook yang tersenyum manis, dan si mungil yang baru saja hadir di kehidupan mereka, dan wajah terakhir kedua orang tuanya....

'Taehyung...' kedua orang tuanya memanggilnya.

'Hei anak nakal, aishhh kau ini...' diingatnya wajah senyum kakaknya, dan juga polesan sayang sang kakak, Kim Yoongi.

'Tae... Tae... hyung selamat ulang tahun... Kookie sayang Tae Tae Hyung...' bayang-bayang wajah sang adik, yang memeluk dan memberinya kado terngiang di kepalanya.

Dan terakhir ingatan akan dirinya mengecup pipi gembul si mungil cantiknya.

"Kookie...."

TIN.... TIN.... TIN...

Taehyung membeku seketika, saat dua bola matanya menatap lampu itu. dan sesuatu yang besar makin dekat dengannya hingga....

BRAKKKK....

Tubuh itu terpental, mengguling-guling hingga....

Brukkk....

Darah keluar, dari keningnya... sakit di tubuhnya terasa. Entahlah semua terjadi begitu cepat, bahkan rasanya kini tubuhnya terasa kaku dengan kepala yang pening. Hingga...

Tes...

Air mata itu jatuh dengan tubuh yang refleks bergetar, bersamaan gerimis air hujan yang jatuh menerpa wajahnya. Membuat ia....

"Yoongi hyuung... Kookie...."

Kelopak itu terpejam bersamaan dengan suara mesin mobil yang menjauh, lari dan pergi....

Dan satu kata yang diingat Taehyung adalah, kata terakhir kakaknya....

Sebelum tragedi itu datang, membuat kakaknya Yoongi jatuh dan tenggelam....

Membuat dada Taehyung semakin sesak dengan rasa sakit yang kini mendera tubuhnya....

'Taehyung, maafkan aku... jaga kedua adikmu... hyung menyayangi kalian...' seulas senyum Yoongi, tangan yang terlepas dari genggamannya, dan juga tubuh kakaknya yang terperosot jatuh dan terdengar suara air sungai yang ia yakini kakaknya tercebur. Membuat ingatan akan dirinya yang berlangsung lebih dari 10 menit itu berputar, bagaikan film dokumenter bernuansa sedih.

Ya, keempat saudara itu berpisah, dalam waktu 24 jam... dimana Yoongi yang tenggelam terbawa air sungai jatuh dan terlepas dari genggaman sang adik Taehyung, si mungil yang dengan terpaksa di taruh di depan pintu panti asuhan saat Taehyung merasakan perasaan tidak enak yang akan menimpanya. Taehyung yang kini sedang ditentukan takdirnya, saat tubuh remaja ini terhempas karena 'tabrak lari...' dan Jungkook hanya bisa menunggu kedua hyungnya dengan ketidak pastian dan janji yang masih di yakininya.

Dan kini hanya suara gerimis yang terdengar, dan juga cerita yang dimulai....

Dari masing-masing saudara itu...

Sepertinya takdir mulai mempermainkan mereka....

(Flashback **** OFF)

.....................................

Seoul, 2017

"Hikksss.... hikksss...."

Jungkook menitikan air matanya, memeluk jaket coklat itu. isakan pilu tak henti-henti ia keluarkan, memeluk... mendekap, bahkan aroma tubuh sang kakak masih tercium di indra pendegarannya...

"Hikksss.... Yoongi hyung..." satu kata, yang mewakili... apa yang membuat Jungkook menangis, dan kini....

Brakkk...

Entah sejak kapan Jungkook merasakan tubuhnya menghangat, bahkan kini ia tenggelam dalam pelukan hangat itu. dengan jaket yang masih ia peluk erat dan suara yang ia kenal terdengar di gendang telinganya.

"Jungkook..." Seokjin mengusap punggung Jungkook, memeluk erat tubuh Jungkook. hingga...

Kini Jungkook menatap wajah sang kakak, sekalgus namja yang menjadi sahabat karib bagi kedua kakaknya lekat dengan mata sembabnya.

"Jangan menangis.... dan..." Seokjin menjeda ucapannya, memegang pundak Jungkook. namja yang telah ia anggap sebagai adik kandungnya.

"Aku akan disini, bersemangatlah.... yakinlah, kau akan mendapatkan kebahagiaan dan kau bisa bertemu mereka Jungkook..."

"Jin hyung..." gymam Jungkook menatap wajah Seokjin yang mengulas senyumnya.

"Kita pergi, hyung sudah mendapatkan tempat baru.... dan kita mencari kedua kakakmu, setelah itu adikmu... mengerti..." Seokjin mengulas senyumnya, memegang kedua pundak Jungkook kuat, seakan memberikan kekuatan pada namja manis di depannya.

Dan Jungkook meneteskan air matanya, merasa terhari dengan perjuangan kakaknya Seokjin. Yang rela mempertaruhkan segalanya, gelarnya... pendidikannya.... masa depannya.... tempat tinggalnya. Hanya untuk dirinya, namja tanpa keluarga.... dan juga bukan adik atau pun darah daging dari ibu Seokjin.

Hingga...

Jungkook memejamkan matanya, saat dirasakan Seokjin menempelkan keningnya ke arah Jungkook, dan mengeluarkan ujaran, yang ia dengar dari hyungnya... Yoongi dan Taehyung....

"Jungkook, hyung menyayangimu..."

Dan lagi air mata itu jatuh dari dua namja yang kini berjuang, melawan takdir yang berat.... datang, dan hanya mampu mereka hadapi dengan kesabaran juga keputusan yang benar....

..............................

Hembusan angin menerpa wajah seorang gadis cantik yang kini duduk, di bangkunya. Menikmati semilir angin sekedar mengistirahtkan tubuhnya dari kegiatannya yang padat. Terlihat apron putih yang masih melekat di pinggan rampingnya. Memejamkan matanya, dan mengulas senyumnya. Rambut panjang yang ia ikat dan juga poni yang bergerak ke belakang karena terbawa angin. Membuat dirinya seakan berfoto bagaikan model di majalah terkenal.

Gadis cantik itu memejamkan matanya, bibir tipis merah mudanya mengulas senyumnya. Membiarkan wajah cantiknya merasakan hembusan angin dan merentangkan tangannya...

"Sohyun eonni..."

Merasa terpanggil gadis cantik itu menoleh, dan mengulas senyumnya ke arah gadis cantik yang ada disana...

"Sae Ron..."

Tak lama gadis cantik dengan rambut tergerai juga senyum manisnya itu berjalan mendekati kakak perempuannya dan merangkul pundak sang kakak.

"Eonni tebak apa yang aku temukan..."

Sohyun mengerutkan keningnya, penasaran dengan apa yang dikatakan sang adik. Hingga...

Cring....

Sohyun membulatkan matanya, menatap wajah sang adik tak percaya. Dan tangannya terangkat untuk sekedar memegang benda yang kini berada di depannya, dengan jemari sang adik yang masih menggenggamnya....

"Sae Ron dimana kau menemukannya, eonni hampir...."
Sae Ron menampilkan senyumnya, melihat bagaimana senangnya wajah Sohyun. yang kini terkejut tak percaya, saat melihat kalung....

"Hiksss... terima kasih Sae Ron.... terima kasih..." Kim Sohyung menjatuhkan pelukannya, memeluk sang adiknya dengan gembira dengan tangan yang masih memegang kalung, yang menurutnya sangat berharga. Ya.... sangat berharga, bagi si cantik Kim Sohyun.

Dan Sae Ron? Memeluk kakaknya membalas pelukan sang kakak.... mengulas senyumnya... ia senang, sangat senang.... akhirnya perjuangannya dalam melakukan pencarian benda hilang kakaknya sejak kemarin sore membuahkan hasil. Dan mengembalikan kelegaan juga senyum bagi kakaknya, siapa lagi kalau bukan gadis yang lebih tua darinya. Gadis yang kini terisak bahagia dengan ucapan terima kasih berkali-kali untuknya, dan gadis yang sangat menyayangi dirinya, Kim Sohyun.

Lalu....

"Sohyun eonni, berjanjilah jangan menghilangkan kalungmu.... kau tahu, kalungmu terlalu cantik untuk hilang eonni..." Sae Ron memberi nasihat setelah ia membantu memasangkan kalung itu ke leher kakaknya, dan langsung dibalas senyuman dan anggukan dari Sohyun.

"Ne, Sae Ron gomawo..."

Dan kini mereka kembali berpelukan, rasa sayang antara saudara memang kuat....

...................

Seoul, Rumah sakit....

BRUKKKK....

"SUGA!!!" Jimin berteriak, menghampiri namja yang jatuh pingsan di lorong rumah sakit. Begitu juga dengan Namjoon dan Hobi yang berlari, menyusul Jimin yang telah sampai pada Suga yang tak sadarkan diri.

"HEI SUGA KAU KENAPA? BANGUN !!! SUGA..."

"BUNG... KAU KENAPA, HEI!!!"

Ketiga namja itu merasa panik yang luar biasa, bahkan mereka meminta tolong pada perawat atau pun dokter untuk segera menolong sahabat mereka. Dan berkali-kali juga Jimin mengguncang-guncang pipi Suga yang memucat.

Tanpa aba-aba...

"CEPAT, KITA HARUS MENOLONGNYA!!!" Jimin berlari menggendong temannya yang tak sadarkan diri, berlari ke arah ruang perawat dan berteriak memanggil dokter.

"Apa yang terjadi dengannya, apa yang terkadi setelah ia mencoba melarikan diri?" Namjoon berujar mempercepat langkahnya menyusul Jimin yang sudah ada di depan dengan Suga yang ia gendong.

Dan Hobi ia hanya menggeleng dan menjawab ucapan ketua gengnya itu dengan raut khawatir.

"Entahlah, tapi kuharap dia baik-baik saja..."

Dan kini kekhawatiran yang ada pada diri mereka, entahlah.... tidak ada yang tahu kenapa Suga bisa pingsan setelah ia keluar dari ruangan dengan nomor 301. Ruang perawatan yang tak sengaja ia masuki saat mencoba melarikan diri....

.......................

"DOKTER, PASIEN..." Seorang perawat berteriak dengan ekspresi terkejut tak percaya saat melihat. Seorang namja yang kini duduk di atas ranjang, namja tampan dengan tatapan bingung juga penuh tanya dalam otaknya.

Dan seketika juga seorang dokter datang menghampiri, dengan seulas senyum muncul. Suster dan dokter itu tak menyangka mukjizat datang pada namja itu...

"Suster, ini sebuah keajaiban... dia akhirnya sadar dari komanya..."

Dan dia, namja yang sedari tadi bingung dengan keadaan juga tempat ia berada hanya menatap sang dokter penuh tanya. Bahkan dalam hatinya ia bertanya 'Dimana ini?'

Hingga...

"Nak, akhirnya kau sadar..." Dokter Lee, memegang pundak namja tampan dengan rambut hitamnya.

"Dokter Jung pasti senang, mendengar kau sadar dari komamu... kau tahu ini keajaiban untukmu..." dan namja tampan itu hanya diam, mencerna dan mencoba mengingat siapakah orang asing di depannya. yang masih mengulas senyum ke arahnya....

Hingga...

"Siapa namamun nak?" sebuah pertanyaan muncul dan dia....

"Kim Taehyung..." jawaban yang keluar dari bibirnya, juga tatapan bingungnya.

................................

TBC....

Hai semua adakah yang kangen dengan kedatangan saya? Adakah yang udah lama nunggu nih ff? siapa yang mau tau kelanjutannya unjuk gigi kalian eh... maaf angkat tangan kalian....

hehehe maaf ya makin banyak teka-teki disini... ada juga bagian rahasia yang mulai terungkap atau malah terungkap hehehe....

maaf typo and gaje, harap dimaklum....

harap vommentnya ya. biar author semangat....

salam cinta untuk kalian 😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘

gomawo semua 😄😄😄😄

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro