How Are You? (Chapter 19)
"Tuhan tak akan membuat masalah lebih rumit melebihi manusia, jika manusia itu sendiri tak membuat keonaran yang membuat masalah lebih dari yang diciptakan Tuhan. Ketika kau mengeluh dan kau putus asa, maka janganlah kau meminta pada Tuhan terlebih dahulu sebelum kau berusaha. Temuilah dia saat kau membutuhkan pertolongan dan menenangkan hatimu, dan bukannya disaat kau mengeluh dan menyalahkan takdir yang mungkin tak berpihak padamu. Jika tak ada ujian di dunia ini maka manusia tak akan merasakan manis dan duka."
.
(Author ***** POV)
Dia melihat disana, seseorang dengan garis wajah tampan dengan sebuah rambut depan layaknya sebuah poni yang menutupi kelopak atas matanya. manik mata yang menyimpan rasa rindu besar, dia yang terdiam dengan menatap ribuan bintang di saat dia sudah menghabiskan sup udon buatan sang ayah yang sedang ada di dapur untuk mengambilkan minuman untuknya. Demi apapun Taehyung dimanjakan disini, dia bukan anak kandung akan tetapi pria itu memenuhi fasilitas yang dia tak duga.
Bahkan sebuah ponsel itu pun jarang dia pakai hanya dia gunakan saat sang ayah menelfonnya saja. Taehyung bahkan belum lancar membaca, dan dia akan diajarkan oleh guru privat untuk kebutuhan ilmu pengetahuannya yang tertunda karena terlalu lama dengan komanya. Taehyung menyadari titik lemahnya yang masih bodoh dan hidup dalam dunia lebih modern daripada masa kecilnya yang dulu, ketika dia masih bersama kakaknya yang mengesalkan dan sang adik yang menggemaskan.
Terlalu merindukan mereka membuat Taehyung ingin mencari keduanya. Sekilas dia mengingat Jungkook sang adik yang dia temui di rumah sakit, memperhatikan sebuah kapas dengan hansaplast pada lengan atanya, dia memakai sebuah kaos putih yang memperhatikan bekas donor darah itu pada hawa dingin yang nyatanya bersahabat dengannya. Tanpa sadar pria kelahiran musim dingin itu tersenyum, dia bersyukur pada Tuhan karena telah dibangunkan di saat yang tepat saat sang adik membutuhkan dirinya.
Akan tetapi dia masih bingung apakah yang terjadi setelah kejadian mengerikan itu, melupakannya saja begitu sulit apalagi untuk mengutarakannya pada sang ayah mengenai jika dia bertemu dengan adiknya juga orang yang dia sangka sebagai kakaknya meskipun kebenaran itu belum ada. Nyatanya namja muda itu masih menyimpan rahasia mengenai keberadaan dua saudaranya bukannya dia jahat akan tetapi dia tak ingin kejadian sama terulang. Dia akan bertemu dengan kakak dan adiknya dengan caranya, akan tetapi dia juga harus memulihkan dirinya yang belum stabil. Dia masih merasa pusing dan juga mimisan jika terlalu lelah, dia juga tak ingin membuat raut wajah sang ayah menjadi sedih melihatnya sakit.
"Yoongi hyung, Jungkook..."
Dalam rindunya dia merindukan dua saudaranya, di bawah bintang matanya terpejam untuk melepaskan rasa rindunya dan dalam sandaran di bawah pohon yang menjadi tempat dia menopang dia mengadu pada Tuhan dalam hatinya untuk dipertemukan dengan saudaranya meskipun itu terlihat sulit.
"Taehyung kau tak apa?" sang ayah datang dengan langkah cepat sembari membawa nampan berisi dua minuman teh hangat juga camilan yang mungkin akan disukai sang anak. Dia menaruh dengan hati-hati dan menyentuh jidat sang anak guna memeriksa suhunya.
Suhunya normal akan tetapi bibir sang anak masih nampak sedikit pucat, mungkin karena rasa lelah itu belum hilang sepenuhnya dan Taehyung juga mengungkap bahwa kepalanya sedikit pening saat mereka makan malam. Mendengar sang ayah khawatir membuat namja dengan marga Kim itu menggelengkan kepalanya dan dia mengatakan tidak apa agar sang ayah tenang. Dia juga mengatakan bahwa dirinya hanya sedang ingin bersandar.
"Appa, aku tak apa tenanglah. Anakmu ini hanya sedang ingin menikmati malam yang indah ini, aku sudah lama tidak merasakan hal menyenangkan seperti ini. Oh iya apakah appa sudah meminum vitamin?" Taehyung sangat perhatian pada sang ayah, dia sendiri masih lupa untuk meminum obat akan tetapi dia tak lupa mengingatkan sang ayah padahal dia sudah genap dua hari menjadi anak dokter mulia di depannya.
"Kau ini sangat perhatian, seharusnya aku yang mengatakan seperti itu karena kau harus rajin meminum obatmu." Sang ayah mengusap kasar rambut sang anak hingga berantakan, dan itu membuat senyum manis Taehyung mengembang. Entahlah dia sudah sangat lama tak merasakan kehangatan seperti ini. bahkan saat dia bangun hatinya seperti sudah mati rasa akan tetapi perasaan itu tumbuh lagi berkat kasih sayang pria di depannya. Entah apa yang akan terjadi jika tak ada sang ayah dia pasti akan sudah menjadi gelandangan tanpa tujuan dan arah.
"Appa kenapa kau tidak mencari kekasih agar appaku ini mempunyai pujaan hati." Taehyung yang sudah akrab dengan sang ayah memberanikan diri mengatakan hal seperti ini. Dia berfikir jika sang ayah mempunyai istri dan seorang anak kandung pastinya sang ayah akan bahagia apalagi Taehyung sendiri juga tak masalah jika harus mempunyai saudara anak dari ayahnya ini.
"Aigu, aku hanya ingin fokus merawatmu. Menikah untuk kedua kali dengan pengalaman menyedihkan membuat ayah tak ingin memiliki minat meskipun sempat ingin. Akan tetapi sejak kau datang aku merasa sudah cukup, dan kau anakku. Aku hanya ingin mendapatkan kesempatan menjadi seorang ayah sesungguhnya dan kurasa kau anak yang cukup baik. Tuhan memang adil bukan?" sang ayah bahkan merangkul Taehyung dengan sayang dia juga ikut mengadahkan kepalanya ke atas langit sembari melihat bintang bersinar terang.
"Appa, apakah dua saudaraku baik saja. Tae sangat merindukan mereka, dan aku harap mereka lebih beruntung appa." namja dengan status anak kedua itu merosotkan kepalanya di pundak sang ayah. Dia suka bermanja sama seperti dulu tak peduli jika usianya sudah bukan anak kecil lagi. Dia tak suka berpura-pura menjadi orang lain, menjadi dirinya sendiri adalah jati dirinya. Beruntung yang disandar tak mengeluarkan protes sedikitpun, dia senang jika Taehyung sudah nyaman dengan dirinya.
"Kau yakinlah dimanapun kakak dan adikmu berada Tuhan menjaga mereka, tak akan kesepian dan sendiri. pasti akan ada orang yang menyayangi mereka, sama sepertiku yang menyayangimu anakku." Sang ayah mengatakannya dengan mantap dan membuat putra angkatnya itu mengangguk tenang dia juga berharap begitu. akan tetapi khawtirnya masih ada dan dia kepikiran Jungkook yang ada di rumah sakit.
"Oh iya ayah, bagaimana dengan orang yang aku donorkan darahnya. Apa dia baik?" Taehyung mengatakan hal itu dengan wajah polosnya kepalanya sudah tak bersandar dan dia mengucapkan hal itu dengan takut sekaligus berharap.
"Kau tenang saja, darahmu menyelamatkannya dia berhasil melewati operasi. Kau tahu kakaknya juga disana dia seorang dokter yang kompeten, ayah cukup heran kau mempunyai darah langka yang jarang di miliki oleh orang lain dan kau membuatku bangga akan kebaikan hatimu. Lihatlah orang tuamu tersenyum dari alam semesta disana."
Sang ayah kembali mengadahkan kepalanya dia mengetahui sedikit seluk beluk sang anak karena Taehyung sendiri menceritakannya meskipun tidak secara penuh lantaran namja di sampingnya ini masih menyimpan trauma.
"Kapan dia akan sadar appa?" lagi-lagi rasa penasaran itu membuat Taehyung bertanya kembali. Bahkan keinginan tahunya semakin membesar dengan harapan Jungkook akan selamat.
"Dia pasti sadar dan selamat butuh banyak istirahat bagi pasien operasi nak. Tenanglah aku akan mengajakmu untuk menjenguknya bagaimana?"
Taehyung kembali menoleh ke arah sang ayah, manik matanya berkaca dan dia merasa senang dengan ucapan sang ayah memberikan sebuah harapan untuk bertemu dengan sang adik semakin besar. Adik kesayangannya Kim Jungkook yang sudah sangat dia rindukan, dia akan sangat bahagia dan semakin tak sabar menunggu esok.
"Akan tetapi, besok sore bagaimana.. pagi appa akan mengajakmu ke suatu tempat dimana kau akan mendapatkan hal yang kau butuhkan. Lagipula besok libur dan appa hanya mempunyai waktu sangat banyak besok, hem."
Mendengar hal itu membuat Taehyung berfikir sejenak dia bahkan menimang ucapan sang ayah, di satu sisi dia sangat ingin bertemu dengan sang ayah tapi di sisi lain dia juga tak ingin membuat ayahnya menjadi kesal karena sikap egoisnya. Dengan suka rela Taehyung mengiyakan dia sudah patut bersyukur karena sang ayah sudah berbaik hati mengantarkannya di tengah ketidakmampuannya membawa kendaraan dan banyak hal yang harus dia pelajari.
Sang ayah kembali tersenyum dia senang sang anak mau mendengarkannya, sangat berbeda dengan sikap anak kandungnya yang dulu sangat kurang ajar dan lebih menjauhinya. entah karena hasutan sang istri yang tak pernah menerima pernikahan mereka membuat dokter itu memilih berpisah dan menyembunyikan rahasia statusnya di depan masyarakat dan rekan kerjanya. Karena dia sendiri dulu tidak tinggal disini, di Jepang tempat dimana dia bekerja sebagai dokter disana.
Dia kesini untuk menemui rumah masa kecilnya yang sudah dia benahi sekaligus, menemui Taehyung yang pada saat itu masih koma. Dirinya dan beberapa temannya berusaha hingga membuahkan hasil, menyelamatkan Taehyung adalah sebuah keajaiban apalagi koma yang dialaminya sudah lama hingga sepuluh tahun.
"Nak sekarang kau istirahat, cuaca sangat dingin kau tak ingin menjadi sakit dan membatalkan rencana besok bukan?" sang ayah meminta sang anak untuk segera tidur, dengan sopan Taehyung meminta waktu sepuluh menit untuk disini. Dia masih ingin menikmati angin malam dan dengan beruntung sang ayah mengiyakannya.
"Kalau begitu appa masuk dahulu dan segeralah tidur, oke. Oh iya... appa masuk dahulu, sepertinya aku mengantuk sendiri." dia berdiri dengan tawa khas yang dia miliki, meskipun wajahnya sudah mengeriput akan tetapi aura seperti semangat mudanya masih terlihat. Dengan semangat Taehyung menganggukan kepalanya dan mengacungkan jempolnya. Dia juga mengatakan ucapan selamat malam juga tidur untuk sang ayah dengan raut bahagianya dia bertingkah seperti anak kecil dan membuat pria itu terhibur.
Anaknya memang membawa kesan menyenangkan dan dia berharap di beri umur panjang untuk menikmati setiap momen yang disuguhkan oleh yang kuasa.
Kembali lagi sendiri, Taehyung mengambil secangkir teh hijau hangat itu dan melihat lagi bintang diatas. Memasukan beberapa camilan di mulutnya dan mengunyah pelan dia sangat suka dengan makanan ringan dan gurih seperti keripik kentang ini. mengadahkan kepalanya dan tersenyum, ketika dua bintang di arah sabuk sagitarius berkedip. Itu ayah dan ibunya yang sedang memperhatikannya, dan Taehyung juga menangis tanpa dia sadari. Air mata jatuh dia atas jemarinya yang memegang cangkir itu.
Bohong jika dia tak merindukan orang tuanya, dan bohong jika Taehyung tak berduka dengan kejadian kelam saat itu. Dia tak menyalahkan Tuhan akan tetapi dia menyalahkan api, api yang melahap kedua orang yang dia sayang dan juga memisahkan dirinya dengan kakak dan adiknya. jujur, bolehkah dia membenci api jika terkadang dia mengamati api di kompor sang ayah ada gejolak amarah yang berusaha keluar. sungguh Taehyung masih waras untuk menahan kemarahan yang sempat tak terarah.
Dan parahnya dia menyembunyikan masalah ini pada sang ayah, semoga itu bukan hal buruk dan hanya gangguan kecil yang akan hilang segera. Terkadang melupakan masa lalu yang buruk tak semudah membalikan telapak tangan.
.
.
BRAAAKKKK!!! BRUUUKKKK!! GUBRAAAAKKKK!!!
Baku hantam itu pasti ada dan suara kucing yang lari ketakutan juga anjing yang menggonggong di sudut gang itu belum ada apa-apanya ketimbang dengan adu baku hantam beberapa orang yang ada disana. di sebuah gedung kosong tempat untuk parkir itu terjadi adu jotos yang dimana kedua belah pihak sama-sama terluka dengan bekas membiru ada yang lebih parah dengan luka bonyok hampir seluruh sudut wajah. Beruntung luka bonyok parah itu tak dimilik temannya yang sedang membelanya sekarang.
Ya, mereka berselisih karena dorm tempat mereka hendak di rampas, Suga tak menerimanya begitu juga dengan Namjoon, Hoseok juga Jimin yang tak ingin enyah dari sana. Itu tempat mereka dan mereka juga tidak suka dijajah atau menjajah, sudah sejak lama orang yang disana mencari gara-gara. Sayang Jimin mengalami kaki terkilir karena pihak disana membantingnya dengan keras. Suga tentu saja sejak tadi menatap nyalang ke arah pimpinan mereka, dia bernama Woo Bin anak seorang mafia yang katanya penguasa daerah setempat akan tetapi dia juga tidak peduli dengan status yang disandang sang ayah dan malah mendirikan kelompok berandal sendiri.
"Bedebah sialan!" umpat Suga, jika saja dia tak ditahan oleh Namjoon dan Hoseok secara bersamaan. bagaimana tidak namja sipit itu hendak menghajar lagi ketua itu, Suga tak memiliki senjata sementara Woo Bin membawa tongkat bisbol. Ini bukan permainan adil yang dirasa, tapi nyatanya Suga puas melihat adik dari namja itu sudah terkapar tak sadarkan diri akibat tangannya yang menghajar dengan membabi buta.
"Kenapa kalian tahan bajingan itu, kemarilah kau kunyuk! Aku akan menghajarmu karena menyakiti dongsaengku!" Woo Bin mendekat ke arah Suga akan tetapi entah sejak kapan kaki itu terangkat dan tanpa ada yang tahu bahwa gerakan kaki milik namja berkulit pucat itu mengenai telak dagu namja berandal itu. membuatnya ambruk ke belakang dan tentu saja ada ringisan rasa sakit yang nampak darinya, jujur Suga pun merasa puas setelah melakukan hal itu dia bahkan meludah ke samping sebagai tanda dia memberontak. Baik Namjoon dan Hoseok seperti angkat tangan karena sahabatnya itu sudah murka dan memilih membantu Jimin berdiri untuk merangkulnya.
Dengan mudahnya dia menginjakan kaki itu dan menedang tongkat bisbol itu jauh, beberapa anak buah milik Woo Bin mundur karena aura menakutkan yang mereka rasakan darinya. Meski tak ada ketakutan di wajah ketua berandal tersebut akan tetapi ada sedikit gemetar pada tubuhnya yang berusaha ia sembunyikan saat beradu tatap dengan Suga yang menyeringai keji padanya.
"Harusnya aku yang bertanya, kenapa kau melakukan itu! kau juga menyakiti keluargaku!"
Kretek!
Seperti ada yang patah dan itu bukan ranting, akan tetapi tulang pada bagian lengan pria itu dan Woo Bin tentu saja berteriak kesakitan. Jimin yang notabene adalah sahabat terdekat Suga langsung mendekati namja tersebut dan memintanya untuk tidak termakan suasana terlebih kilatan mata Suga tak ada lagi pengampunan. Rasanya ini akan sangat berbahaya karena biar bagaimanapun Woo Bin adalah anak seorang mafia, dan mereka juga tak ingin berurusan dengan mafia.
"Hei bung sudah cukup, jangan membunuhnya atau nanti kita akan mendapatkan masalah karena ayahnya." Jimin dan juga kedua lainnya membawa Suga mundur, mereka bertiga berusaha menenangkannya meskipun masih ada mata elang yang menatap Woo Bin yang berdiri dengan bantuan anak buahnya. Dia sangat marah akan tetapi keahlian Suga dalam mematahkan lengannya begitu saja bukanlah hal yang harus disepelakan memang.
Akan tetapi dia juga tak ingin mati ditangan namja bermata sipit itu, jujur dia juga bukan lawan yang mudah untuk dikalahkan. Mungkin dari keempat orang kampung itu Sugalah yang memiliki kemampuan lebih kuat, dan mereka juga tak mampu memungkirinya.
"Hyung lebih baik kita mundur, kita harus melihat situasi anak-anak juga sudah terluka." Dong Shik yang merupakan adik dari Woo Bin meminta sang kakak mengalah demi kebaikan. Bukan tanpa alasan dia juga terluka parah dengan perut yang ngilu karena tendangan Jimin yang bukan main.
"Seharusnya kau lihat lawanmu, jika kau ingin menghajar kau seharusnya lihat kelemahanmu sialan! Pergi atau aku akan membunuhmu bahkan aku tak peduli kau anak siapa, tapi kau sudah kurang ajar mematahkan kaki sahabatku."
Namjoon, Hoseok dan Jimin melihat sahabatnya itu mereka juga terharu dengan keberanian Suga yang meningkat karena Jimin yang mengalami hal tersebut. Bahkan Jimin juga tersenyum bangga karena dia mendapatkan sebuah pembelaan dia tak akan pernah memutuskan persahabatan apapun terjadi.
"Kau akan menyesal brengsek!" dia kesusahan berbicara dengan menyentuh lengannya, bahkan dia juga berteriak setan ingin menghajar Suga akan tetapi pihak sang adik dan juga empat anak buahnya menahan Woo Bin untuk berbuat demikian dan memilih mundur untuk sementara.
Namjoon berdiri di tengah tadi secara spontan dia melakukan itu untuk menjadi benteng ketiganya. Hoseok mengedipkan matanya kaget karena Namjoon bisa saja mati diserang beruntung dewi fortuna berpihak pada mereka. sementara Jimin juga berada disisinya tengah di rangkul, Suga yang diam dengan mata nyalangnya hanya bisa mengepalkan tangannya dia juga ingin melampiaskan amarahnya. Tak ada bedanya dengan ketiga temannya yang menderita luka lebam.
Saat pasukan berandal itu pergi, Suga jatuh dengan tangan menahan tubuhnya dia hampir kehilangan kesadaran saat kedua matanya berkunang. Namjoon yang sangat peka langsung menopang tubuh itu, begitu juga dengan kedua sahabatnya lain yang menyusul memeriksa keadaannya. Hampir saja Suga kehilangan kesadaran disaat Woo Bin belum pergi, akan jadi apa saat nama dan citranya juga ikut buruk karena berandal itu. jika kalian tahu Suga juga masih mempertahankan harga dirinya.
"Hei Suga kau tak apa?" ketiganya bertanya dengan kompak sampai semua memandang dari satu sisi yang sama, terdiam sebentar dan pada akhirnya Suga merenges disusul ketiganya yang tertawa bersama. sungguh lucu, saking dekatnya mereka peka secara bersamaan.
"Kalian tenang saja aku tak apa." dengan sedikit susah payah Suga berdiri dengan bantuan para sahabatnya tentu saja. Dia juga tersenyum dengan bangga menyembunyikan sedikit rasa sakit di punggungnya karena hantaman benda keras yang mengenai dirinya.
Tak menceritakan rasa sakit itu tak apa, karena melihat Jimin yang lebih parah dan membutuhkan pertolongan. Sepertinya bentrok sudah usai dan membuat keempat namja itu memutuskan untuk pulang, mereka mempertahankan zona wilayah mereka dan tak pernah melakukan kekerasan jika tak ada yang memancing mereka. mungkin saja akan ada masalah akan tetapi mereka mencoba untuk menghadapinya suka maupun duka.
Dalam urutan Namjoon, Jimin, Suga dan Hoseok mereka saling merangkul satu sama lain. Berjalan keluar dari parkiran dan beruntung cuaca tak hujan seperti kala itu, Suga juga tersenyum meringis dia harus apik dalam menyembunyikan ngilu di setiap sendi tulangnya. Hanya saja Hoseok termasuk peka, dan dia memilih menyentuh daging membengkak itu. Suga menoleh dan meminta agar namja yang akrab disapa Hobi itu tak menceritakannya pada lain. Manik mata itu terbaca dan Hoseok mengangguk paham, dia akan menjaga rahasia ini dan akan mengobati sahabatnya itu saat mereka tertidur.
Meskipun dia ceroboh akan tetapi dia tak ceroboh untuk menyimpan rahasia.
Jujur saja Suga merasa tubuhnya remuk karena habis menghajar dan dihajar, hawa dingin tak cocok untuknya yang menyukai hawa musim gugur. Entah sejak dulu dia merasakan demikian, ketika yang lainnya demam atau flu saat musim gugur justru dia tidak. Musim dingin tak cocok untuknya dan dia selalu memilih tidur di selimut hangat.
Akan tetapi untuk sekarang dia merasa, bahwa dia seperti bolong. Hatinya seperti aneh dan dia merindukan seseorang.
Siapa entah....
Hanya saja dia ingin sekali bertemu dengan namja aneh itu.
"Jungkook..."
Lirih tak terdengar bibirnya bergerak tanpa suara, tak ada yang tahu dan hanya Tuhan yang mendengar.
Bahkan sampai sekarang dia juga bingung, untuk apa dia peduli dengan namja asing itu padahal dia tak memiliki hubungan darah sama sekali apalagi keluarga. Mungkin saja karena dia sudah menolong dan itu membuat Suga merasa bertanggung jawab.
Akan tetapi ini berbeda dan dia selalu berusaha menolak batin yang bergejolak. Ah, sudahlah... mungkin dia akan menengok besok dan mungkin rasa seperti itu akan hilang setelah mengunjunginya. Itu saja... sesimpel itu pemikirannya.
.
Seokjin terbangun dan dia mendengar Jungkook merintih. Tangannya bergerak tepat pada jemarinya, menitikan air matanya dan juga bergumam dengan lirih. Memanggil mereka yang menjadi kerinduannya.
"Yoongi hyung... Taetae hyung..."
Jungkook mendayu dengan suara menangis, membuat Seokjin juga ikut menumpahkan air mata. Dia merasa bahwa hatinya tubuh dan perasaannya hancur. Apa yang bisa dia lakukan? Menjaga... sepertinya tidak.
Berharap bahwa Tuhan menyatukan mereka, ketiga bersaudara itu untuk bersama seperti dulu sebelum bencana terjadi dan memporak-porandakan nasib ketiganya.
.......................
TBC...
Maafkan aku yang lama updete, bahkan ini updete lama yang sudah setahun belum aku sentuh. Tapi, author masih akan melanjutkannya kok kalian tenang saja.
Tolong hargai author dan author lainnya entah itu dari genre apapun agar populasi penulis wattpad tetap bertahan dan juga dapat membuat karya hebat lainnya. Salam cinta untuk kalian, kesehatan yang kalian jaga. Berpuasa sampai ramdhan dan semoga semua dosa kita dihapus.
Wish u all the best for you all...
Gomawo and saranghae....
#ell
11/06/2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro