Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Don't Go, Jungkook! (Chapter 12)

"Sempat terpikirkan, aku ingin menyerah.... sempat terpikirkan aku ingin pergi.... pergi dari dunia dan takdir yang menyakitkan ini. aku lelah dengan penantian yang tak berujung, setiap kali aku menangis.... mungkin hanya kesia-siaan yang aku dapat. Aku menyadari jika Tuhan sedang mengujiku dan aku menerimanya. Semakin aku mencoba bertahan justru aku semakin jatuh.... haruskah aku menyerah? Jujur aku hanya ingin semua berhenti, takdir yang mempermainkanku dan juga..... aku hanya ingin waktu berputar kembali, jika bisa. Karena..... aku merindukan masa dimana aku tidak mengalami tangis dan penderitaan..... kuharap...."

-Jungkook-

....................................................

(Author **** POV)

Suara monitor detak jantung masih berbunyi menandakan bahwa seseorang yang terbaring di sana dalam keadaan baik-baik saja. Selang infus juga masker oksigen melekat ditubuhnya. Terlihat juga perban yang menghiasi kepalanya, membuat luka bocor di kepala itu tertutup. Hembusan nafas yang pelan dan juga wajah pucatnya membuat seseorang yang masih setia dengan netra tertutupnya. Seokjin semakin menggenggam erat tangan namja tersebut.

Bagaikan seorang ibu yang menjaga anaknya.

Tak ada pikiran sedikitpun bahwa dirinya lelah hanya untuk menunggu Jungkook. menunggu Jungkook sadar, tapi....

Sampai kapan? Mengingat bahwa kini keadaannya yang tak memungkinkan.

"Jungkook.... kapan kau bangun, tak lelahkah dirimu... hem..."

Seokjin mengulas senyumnya, digenggamnya erat tangan sang adik. Melihat bagaimana wajah itu semakin pucat, bahkan ia merasakan bagaimana lemahnya denyut nadi adiknya.

Menunggu siapakah yang akan mendonorkan darah untuk adiknya membuat Seokjin tak bisa berpikir jernih.

"Mian, hyung tidak tahu harus apa..."

Suaranya serak.... dan semakin serak setiap dalam intonasi ucapannya. Menangis dan juga terisak.... tak mampu di bendungnya....

Tangan yang menggenggam semakin erat, memberikan kehangatan pada tangan adiknya yang terasa dingin dan juga menyalurkan kekuatan pada tubuh lemah yang tak berdaya itu. dan Seokjin takut.... sangat takut dengan namanya 'kritis'.

"Tuhan apakah ada keajaiban untuknya..."

Tes...

Namja tampan itu hanya dapat bergumam mengedipkan kelopak matanya pelan. Menatap iba pada adiknya, dan ia genggam tangan tersebut. berharap sang adik merasakan keberadaannya.

"Jungkook.... bertahanlah..." suara serak dan berat keluar dari bibirnya. Membuat namja dengan jurusan kedokterannya ini....

Terpuruk....

"Tae.... adikmu membutuhkanmu..."

Dan saat itulah, Seokjin menangis.... ia tidak tahan, melihat posisi Jungkook. bayangkan saja, bagaimana keadaan Jungkook saat ini. dengan leher yang dipasang gips, perban putih yang membalut kepalanya, tangan kanan yang terbalut akan perban dan juga kaki yang terbalut bagaikan mumi. Melihat hal itu, ingin sekali Seokjin menggantikan keadaan Jungkook saat ini.

Air mata semakin tak terbendung, begitu eratnya tangan Jungkook yang ia genggam seakan ia tidak ingin merelakan Jungkook pergi dan kalah dengan masa kritisnya. Otaknya selalu mencoba positive berpikir bahwa semua baik-baik saja dan masih ada keajaiban bagi adiknya.

Seokjin terus mengulas senyum tipisnya, membelai poni sang adik dan itu terlihat menyedihkan jika kalian tahu.

.

.

Kepala itu mendekat, setetes air mata itu jatuh di atas pipi Jungkook, apakah namja itu merasakannya? Ketika cairan bening itu membasahi pipinya walau setetes?

Entahlah.... karena sadar belum mendominasinya....

.

.

"Ingatlah mereka Kookie.... kedua hyungmu... bertahanlah, kau namja kuat... adikku yang kuat...hikkss... hikksss..." tangis pecah, dirinya tak mampu lagi membendung. Bahkan suara serak yang ia buat sebagai bisikan terdengar jelas di telinga namja dengan gigi kelincinya, meski Seokjin tahu jika Jungkook tak akan meresponnya. Tapi setidaknya otak adiknya mampu meresponnya, berharap setiap katanya mampu menjadi penyemangat bagi namja yang terbaring lemah tersebut.

Seokjin tahu dirinya bukan Tuhan yang bisa memberikan keajaiban untuk Jungkook dalam kedipan mata. Dirinya juga manusia, bahkan dia seorang dokter pun Seokjin juga tak sanggup menolong adiknya yang berjuang dalam masa kritisnya.

Mengetahui bahwa Jungkook memiliki golongan darah yang langka dan jarang orang memilikinya. Hanya satu... satu orang yang mampu menolong Jungkook. bahkan darahnya sangat berarti bagi namja dengan gigi kelincinya tersebut.

"Taehyung, kau kemana? Apakah... kau..."

Seokjin menundukan kepalanya, dirinya benar-benar putus asa. Pikiran positivenya mengenai keyakinan bahwa Tae hidup pupus sudah. Sudah lama Seokjin mencari....

Sudah cukup lama ia mencari keberadaannya dengan berbagai info yang tak sedikit ia punya. Namun...

Takdir justru tak mempertemukan dirinya dengan Taehyung, membuat dirinya harus lebih sabar termasuk adiknya Kim Jungkook.

"Hanya kau yang bisa menyelematkan adikmu Tae hikkkss... kau kemana hikksss... Jungkook membutuhkanmu hikksss... dia butuh dirimu, hikkksss... hikksss... Tuhan, hikksss... bantu aku..."

Isakan terdengar, suara tangisnya mampu menutupi suara monitor detak jantung. Betapa hancutnya Seokjin saat ini, memikirkan bagaimana nasib Jungkook yang terancam nyawanya. Ia tahu... sangat tahu bagaimana jadinya jika seorang pasien tak membutuhkan pendonor pasti akan sulit mengingat bahwa adiknya....

Kehilangan banyak darah....

"Hikkss.... Yoongi... Tae... Mian aku hikkksss tak bisa menjaga adik kalian hikkksss..."

Menyesal....

Itulah satu kata yang lolos dari bibirnya, membuat tubuhnya bergetar menahan isakan. Jujur....

Seokjin akan memberikan seluruh darahnya bahkan jiwanya, jika Tuhan mengijinkannya....

Karena apa?

Ikatannya dengan Jungkook sebagai seorang kakak dan adik begitu kuat, sama kuatnya dengan ikatan kedua kakak Jungkook. siapa lagi kalau bukan Yoongi dan Taehyung. Sudah bertahun-tahun lamanya, Seokjin menjaga dan memperlakukan Jungkook layaknya adik. Meski ia tahu bahwa selama ini Jungkook menderita di bawah asuhan ibunya, tapi...

Saat ada kesempatan Seokjin akan memeluknya, merangkulnya bahkan akan menjadi teman cerita adiknya. menenangkan sang adik dan akan selalu mengusap air matanya, menjadi wadah segala cerita kesedihan sang adik semampunya. Dan yang lebih mengharukan lagi....

Seokjin akan selalu menjadi kakak bagi namja itu. kakak yang akan selalu menyayangi dan melindunginya...

Bahkan dengan nyawanya jika perlu....

.

.

"Berjanjilah pada Kook, jika kau tidak akan pergi..."

Seokjin menelan ludahnya kesusahan, kelopaknya terpejam merenungkan kata-kata yang akan terlontar di bibir tebalnya.

Dengan kening yang menempel di kening tertutup perban dari sang adik, juga air matanya yang jatuh dengan deras membasahi pipi dan kelopak Jungkook. seakan Jungkook ikut menangis, meski kenyataannya air mata Seokjin yang menghiasi wajah pucatnya.

"Hyung akan selalu disisimu... percayalah...."

Tangan Jungkook semakin erat ia genggam, dan kening mereka masih lama menempel. Seokjin tak peduli jika Jungkook tak akan meresponnya, tapi... setidaknya ia bisa....

Menyalurkan harapan kecil untuk Jungkook adiknya.

"Karena kita...."

Tes...

Tes...

Tes...

"Hyung and Dongsaeng..."

.

.

Senyum.....

.

.

Air mata.....

.

.

Harapan....

.

.

Yang begitu tulus darinya....

..............................................

..............................................

Blam....

Suara mobil tertutup, disusul suara lain dari mobil berwarna hitam itu. kala keduanya telah keluar.... dan kini seorang pria paruh baya dengan tas hitam yang ia bawa mengulas senyumnya, menyapa beberapa temannya yang baru saja memakirkan mobil di dekatnya.

"Ayah..."

Pria dengan marga Jungnya itu menoleh, menatap sang anak yang kini ia anggap sebagai anak kandungnya itu dengan tatapan penuh sayang dan perhatian.

"Ne, Tae... ada apa?"

Begitu lembut tutur katanya, membuat ia pantas menyandang sebagai seorang ayah dan predikat dokter terbaik.

Taehyung dirinya, melihat sekitar. Melihat begitu luasnya halaman rumah sakit tempat dimana ayahnya bekerja, dan juga tempat dimana dirinya pernah dirawat saat dirinya mengalami koma.

"Ani... tidak jadi.."

Taehyung menundukan kepalanya, meremas pelan ujung kemejanya. Entahlah... ia sendiri bingung, kenapa dirinya begitu ingin ikut dengan sang ayah. Menuju rumah sakit ini.

"Ada apa Tae... apa kau tidak enak badan? Kalau begitu biar ayah antarkan kau pulang, hem.."

Dengan cepat Taehyung menggelengkan kepalanya, menolak permintaan baik sang ayah. Dirinya enggan untuk pergi, dia masih ingin disini. entah apa... tapi hatinya seakan memberitahu bahwa....

Ada seseorang yang membutuhkannya....

Tapi dirinya juga tidak tahu siapa itu...

"Kookie..."

Entah kenapa hatinya berbicara, memanggil sang adik. Nama yang paling ia rindukan, sang pemilik nama yang ia sayangi dan ingin ia temui, bahkan Taehyung pun tak lupa akan wajah masa kecil sang adik.

Ia berpikir....

Bagaimana rupa sang adik saat ini?

...............................................................................

................................................................................

"Sohyun eonni..."

Sae Ron menatap cemas sang kakak, melihat bagaimana wajah pucat sang kakak membuat gadis dengan wajah menggemaskannya itu. merasa khawatir...

"Kita ke rumah sakit ya, Eonn... kau terlihat tidak sehat hari ini..."

Lengan Sohyun justru di tarik oleh Sae Ron. Dapat ia lihat dengan jelas wajah sang adik yang begitu khawatir dengannya.

"Ani.... tidak usah, ini hanya flu biasa... nanti juga baikan..."

"Aishhhh.... eonni jangan menyepelekan begitu.... lihatlah dirimu kau begitu pucat dan tubuhmu sangat panas...."

Kening Sohyun tersentuh oleh tangan sang adik, dan dapat Sae Ron rasakan bagaimana panasnya kening sang kakak.

"Tidak usah.... Eonn hanya butuh istirahat..."

"Tapi..."

"Cha.... sebaiknya kita bereskan sebelah sana, kulihat debu ada banyak..."

Dengan semangat kaki gadis cantik itu melangkah dengan tangan kanan yang memegang kemoceng. Bahkan terlihat bajunya yang sedikit kotor karena debu dan hal lain. Melihat bagaimana semangatnya Sohyun bekerja mengatur toko kedua orang tuanya. Membuat dirinya terlihat cekatan dan juga gadis mandiri.

Ya... itulah dia, Kim Sohyun gadis cantik dengan marga Kim yang ia sandang di depannya. seorang anak yang memiliki jiwa muda penuh semangat di usianya yang masih muda membuktikan bahwa dirinya bukanlah yeoja namja seperti di luar sana.

Meski ia tak mengenyam bangku SMA tapi dirinya mampu membuktikan bahwa dia mampu mengoperasikan cafe peninggalan kedua orang tua angkatnya...

Tunggu...

Orang tua angkat?

.

.

Mungkinkah?

.

.

"Sohyun eonni, jika kau merasa sakitmu semakin buruk. Katakan padaku dan eonni tidak boleh menyembunyikannya..." Sae Ron memberikan nasihat, seakan nasihat seorang ibu pada anaknya.

Sohyun mengulas bibir pucat yang tertutupi oleh lisptick merah mudanya. Menganggukan kepalanya, dan berkata,

"Ne, Sae Ron.... Eonn akan mengatakannya..."

Sungguh beruntung dirinya, memiliki seorang saudara sekaligus adik yang begitu menyayanginya. Meski kenyataannya dirinya adalah seorang anak yang di buang di panti asuhan oleh orang tuanya.

Dirinya yang tak diinginkan dan dianggap....

Dan hanya kalung dengan bentuk daun musim gugur yang ia kenakan selama ini....

Membuktikan bahwa dia masih menyimpan identitas siapakah keluarganya sesungguhnya....

Identitas mengenai siapakah jati dirinya....

.......................................

......................................

Kaki itu terus melangkah, melewati lorong rumah sakit....

Tap....

Tap....

Tap....

Langkah kaki yang ia lakukan membuat suara ketukan lorong rumah sakit terdengar, dan dari kejauhan nampak dua namja yang berbeda usia berjalan beriringan. Terlihat seorang pria paruh baya yang merangkul namja dengan kemeja kotaknya. Menampilkan senyum malaikatnya, dan memberikan senyuman yang bermakna.

Bahwa...

'Inilah anakku..'

Dan Taehyung dirinya mengulas senyum, melihat celoteh pria yang merangkulnya. Pria yang menjadi ayahnya, dan juga pria yang telah menyelamatkannya.

"Nah Taehyung itulah cerita masa mudaku, kau tahu.... kejadian itu sangat membuatku malu dan kau tahu hahaha... itulah kenapa aku mendapat predikat sebagai si teledor..."

"Hahaha... aku jadi ingin melihat ayah, saat tak sengaja menumpahkan minuman rambut ibu kantin...."

"Aishhh... kau anak nakal Tae..." sang ayah, mengusak rambut kasar coklat sang anak.

Memperlihatkan adegan bagaimana dekatnya dirinya dengan Taehyung.

Ya... saat ini Taehyung menjalani harinya dengan awal kebahagiaan.

.

.

Taptaptaptaptaptap.....

Langkah tersebut sangat cepat....

Taptaptaptaptaptap.....

Begitu cepatnya, membuat beberapa orang terkejut dan menghindar....

Taptaptaptaptaptap.....

Dorongan ranjang rumah sakit tersebut menimbulkan decitan pada roda dan lantai, di tambah teriakan panik dari seseorang.

"CEPAT, TOLONG ADIKKU.... HIKKKSSS... KUMOHON BERTAHANLAH!!!"

Begitu keras, dan tegang.... bahkan lorong rumah sakit terlihat ricuh.

"CEPAT SIAPKAN CAIRAN INFUS, DAN JANGAN LUPA SUNTIKAN OBAT YANG AKU BERIKAN.... SUSTER SIAPKAN KEJUT JANTUNG CEPAT!!!"

Taptaptaptaptaptap.....

Sangat frustasi bukan....

"Hikkksss.... Kook, bertahanlah... ani... kau tidak boleh pergi... tidak boleh!!" Seokjin menggelengkan kepalanya kakinya terus berlari mendorong ranjang rumah sakit itu dengan sekuat tenaga di bantu beberapa perawat disana.

"CEPAT JANGAN SAMPAI TERLAMBAT HIKKSSS... APA KALIAN DENGAR!!?"

Lagi....

Seokjin berteriak, bahkan....

Jiwa dokter juga jiwanya sebagai sang kakak muncul secara bersamaan. Dimana dirinya menyuruh beberapa perawat juga....

Rasa paniknya sebagai seorang kakak. Dan di belakangnya ada dua orang dokter yang berlari mengejar Seokjin dan beberapa perawat yang sudah terlebih dahulu membawa ranjang dorong dengan Jungkook diatasnya.

"Hikksss.... tenang Kookie, kau akan selamat hikksss.... hyung berjanji..."

Ya, Seokjin panik setengah mati....

Bahkan ia tidak menyadari jika....

.

.

Taehyung berjalan, bahkan ia asik berbincang dengan sang ayah sesekali ia terkekeh kecil mendengar ocehan dari dokter profesional di sampingnya.

Taptaptaptaptaptap.....

Dekat dan semakin dekat....

Tap...

Tap....

Tap....

Seokjin terus mendorong dan mendorong, tatapannya hanya fokus yaitu ruang UGD.

Taptaptaptaptaptap.....

.

.

.

"Kookie... jangan menyerah..."

.

.

Taptaptaptaptaptap.....

.

Taehyung terus berjalan, tak menyadari jika di depannya dari jarak yang hampir dekat tengah....

.

.

Taptaptaptaptaptap.....

.

.

Tap....

Tap....

Tap...

.

.

"Bertahanlah Kookie hikkksss...."

Suara Seokjin begitu terasa menyesakan bahkan....

.

.

Tap....

'Kookie...'

.

.

Taptaptaptaptaptap.....

.

.

Ranjang rumah sakit itu melewatinya.....

.

.

"Taehyung kau kenapa?"

Taehyung dia....

"....."

"Tae, kau kenapa apa ada sesuatu?" namja paruh baya itu menepuk pundak sang anak yang mengalihkan perhatiannya menatap ke belakang. Tapi....

Taptaptaptaptaptap.....

"Taehyung???! Kau kemana nak??? Taehyung..."

Justru namja muda tersebut berlari, melangkahkan kakinya dengan cepat.

Membuat dokter dengan nama Jung di depannya, khawatir dengan perubahan sikap sang putranya.

"Kim Taehyung, apa yang terjadi... Taehyung..."

"....."

Taptaptaptaptaptap.....

Merasa tak mendapatkan respon dari sang anak, justru dokter tersebut melangkahkan kakinya. Ikut berlari menyusul langkah kaki cepat sang anak.

.

Apa yang Taehyung lakukan?

.

...............................................................

(Taehyung ***** POV)

Apa ini?

Kenapa dadaku terasa sesak?

Dan apa yang terjadi?

Tes...

Kenapa aku menangis?

Bahkan....

Aku bingung kenapa aku berlari....

"Kookie..."

Hatiku merasa sesak dan khawatir menyebut namanya.

Aku melangkahkan kakiku, berlari cepat menyusuri lorong rumah sakit yang begitu luas menurutku. Mengejar seseorang yang sudah mendahuluiku.

Taptaptaptaptaptap.....

"Kookie..."

Tes...

"Kookie..."

Tes....

Aneh... aku menangis... kenapa?

Apakah adikku, Jungkook ada disini....

Tap....

Kuhentikan langkah kakiku, mengedarkan pandanganku menatap dengan teliti melalui atensiku. Bahkan aku membiarkan pipiku basah akan air mataku sendiri....

"kemana perginya?"

Hilang....

Aku kehilangan jejak mereka.....

Dan kini....

Aku memegang dadaku, jujur rasanya sangat sesak. Bahkan gambaran wajah adikku yang masih bocah terlintas dalam otakku. Membuatku semakin deras menjatuhkan air mataku.

Perasaan apa ini?

Kenapa begitu menyesakan dan sakit....

Seperti akan ada yang pergi.....

"Kookie..."

Tes....

Aku mengkhawatirkan adikku....

.........................................................

(Author **** POV)

"Suga... kau sadar?"

Jimin berteriak, bahkan terlihat nada bahagia di bibirnya. Melihat sahabatnya telah siuman bahkan Namjoon dan juga Hobi pun menghampiri namja dengan pipi tembamnya itu.

Melihat bagaimana kedua mata sipit itu bergerak, membuat Jimin dan kedua teman di belakangnya merasa lega.

Namun, saat dirinya hendak mengatakan keadaan Suga tiba-tiba saja....

"Jungkook!!!!"

Taptaptaptaptaptap.....

.

"SUGA KAU MAU KEMANA???! HEI SUGA..."

"Jimin, apa yang terjadi...."

"Entahlah ayo kita kejar dia..."

Jimin sudah melakukan jurus kaki seribunya terlebih dahulu, mengejar si namja sipit yang sudah jauh dari jangkauan mereka. Diikuti oleh Namjoon yang juga berlari di belakang Jimin.

Sementara Hobi?

Dirinya mengusak rambutnya kasar dan sedikit berdecak....

Karena jujur, ia cukup lelah dengan aksi 'mari mengejar Suga' kembali.

"Hei kalian tunggu aku..."

Hingga akhirnya namja yang terkenal akan periang ini juga ikut melangkahkan kakinya, menyusul kedua temannya yang sepertinya tak menyerah untuk mengejar namja yang terkenal cuek dan galak itu.

............................................

(Suga **** POV)

"Jungkook!!!"

Taptaptaptaptaptap.....

Aku membiarkan kakiku berlari, bahkan aku membiarkan tubuhku melakukan tugasnya.

Meski aku bingung ada apa denganku....

Tes....

Tes....

Air mata jatuh tanpa aku minta....

Taptaptaptaptaptap.....

Aku terus berlari dan memegang dadaku yang entah kenapa terasa sesak....

"Jungkook...."

Dan yang kuingat adalah, namja itu....

Namja yang mengaku dirinya sebagai adikku...

"Tuhan... apa yang terjadi?"

.......................................

(Sohyun **** POV)

"Akh...."

"Eonni...."

Aku merasa tubuhku di topang, dan kepalaku terasa berdenyut.

"Gwenchana?"

"Ne, Sae Ron... Gwenchana..."

Aku mengulas senyumku, meski tanganku menyentuh kepalaku yang terasa pening.

"Eonn, jangan paksa dirimu... kajja kita kerumah sakit ne..."

"Ani... aku baik saja..."

Aku menolak dengan cara yang halus, aku tak mau merepotkan dirinya. Bahkan aku berusaha berjalan menuju bangku cafe. Hendak mendudukan pantatku dan beristirahat sejenak, dibantu adikku tentunya.

"Eonni..."

"Gwenchana Sae Ron, ak...aku-"

BRUUKKKKK....

"SOHYUN EONNI???!!!!"

Titik gelap menghampiriku, dengan tubuhku yang rasanya sakit karena terbentur dan juga....

Rasanya kelopakku terasa sangat berat.....

"Aku menyayangimu cantik..."

Suara ini? siapakah dia?

.................................................................

(Author **** POV)

"Hikksss.... Kumohon bertahanlah..."

Deg!!!
suara kejut jantung menggema dalam ruangan, bahkan beberapa perawat berusaha sekuat tenaga membantu dokter muda yang tengah kalap menangani sang adik yang berjuang dengan nyawa di ujung tanduk.

"Jungkook dengarkan hyungmu ini hikkksss.... aku tidak akan membiarkanmu pergi!!!"

Deg...

Lagi suara kejut jantung itu berbunyi, bahkan kedua dokter disana mengatur alat-alat medis dan membantu Seokjin menangani hal lainnya.

"1... 2.... 3... siap..."

Deg!!!

Tubuh Jungkook bergerak sesaat, saat dadanya tersentuh oleh alat medis itu. disusul suara monitor jantung yang berusara tak beraturan membuat Seokjin semakin panik, bahkan dirinya tak mampu berpikir jernih.

Jujur ia berusaha menyelamatkan nyawa adiknya saat ini....

Dan ia tidak akan mampu membiarkan Jungkook pergi.

"Hikkksss... Kim Jungkook dengarkan aku.... aku tidak akan membiarkanmu pergi!!!"

Sepertinya Seokjin tidak akan menyerah, bahkan dia tidak mengijinkan Tuhan mengambil adiknya.

"1...2..3.. ready!!!"

.

...............................................

Taptaptaptap....

.

.

"Jungkook... Tae... Tae... hyung disini!!!"

.

.

Taptaptaptap....

Kaki itu melangkah, dan Taehyung dia mengikuti kemana perasaannya

membawanya. Hingga....

"Hikkkss.... Kookie... kookie..."

Taehyung menangis tanpa sadar membuat pandangannya buram bahkan ia tidak tahu kenapa dadanya terasa semakin sesak dan dia semakin menangis.

"Hikkksss.... Tuhan, ada apa dengan Kookie... hikkksss..."

Taehyung menepuk dadanya yang semakin sesak, bahkan ia melihat wajah sang adik yang berputar dalam otaknya....

"Hikkksss... adikku Kookie... hikkksss...."

Entahlah, dirinya juga tidak tahu.... tapi....

Ia merasa Jungkook akan pergi....

Tapi kemana?

...........

"Jungkook...."

Gumaman keluar dari bibirnya, dengan cepat kakinya melangkah dengan lihat dirinya membelok dan berlari dengan cepat. Tak mempedulikan ketiga temannya yang sedang berusaha mengejar atau mencarinya.

Keringat keluar dari keningnya, bahkan tubuhnya yang lemah. Entah kenapa memiliki kekuatan yang besar untuk melangkahkan kakinya cepat.

Taptaptaptap....

"Hikkssss.... andweee...."

Entah kepada siapa, dan entah kenapa Suga menangis....

"Hiiikkksss.... Jungkook... hikkksss...."

Sadar atau tidak, namja sipit itu menangis.... bahkan mengusap kasar air matanya yang telah buram karena cairan bening yang keluar dari kelopaknya.

Tak jauh disana ada juga Jimin, Namjoon dan Hobi yang mengejar Suga. Terlihat sekali nafas mereka tersenggal dan keringat keluar dari kening dan leher mereka.

"Hikkksss.... andweeee...."

"Suga!!!"

"Aigooo... tolong berhenti!!!"

"Yaaakkkk sialan berhenti kau!!!"

Jimin sudah emosi dirinya heran, apa yang terjadi dengan temannya. Bahkan Suga menangis tanpa ada yang tahu sebabnya.

Suga berlari dan berlari....

Bahkan memegang dadanya yang terasa sesak....

"Hikkksss.... andweeee Jungkook hikksss..."

Gelengen kepala dan juga air mata, menjadi bukti bagaimana Suga. Dirinya yang juga bingung dengan sikapnya saat ini....

Meminta agar Jungkook tidak pergi....

Tapi kemana?

Entahlah, yang Suga rasakan adalah....

Hatinya tidak ingin Jungkook pergi....

"Hiiikkksss... ada apa denganku... hikkksss...."

..................................

Tbc...

Hai semua kembali dengan chap ini, siapa yang dah lama nunggunya. Mian up lama ide baru nongol dan ketikan baru jadi di tengah" kesibukan author. Btw pada bingung ya ama jalan cerita chap ini. maaf ide lagi buntu dan gaje...

Mian typo... harap dimaklum karna author manusia biasa kadang jari mulai lelah dan butuh asupan wkwkwk....

Jangan lupa vommentnya, dan semoga kalian suka ama jalan ceritanya....

Siapa yang bosan ama saya dan ff ini?

Tunggu kedatangan saya di chap selanjutnya ya...

Gomawo and saranghae....

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro