Destiny (Chapter 2)
"Dada ini sesak, air mata ini terus jatuh... kapan aku akan berhenti merasakan sesak ini? apakah aku harus berteriak, berteriak hingga suaraku hilang. Berteriak dan memanggil nama kalian karena... aku, begitu merindukan kalian, hyung... apakah kalian akan kembali, tolong tepati janji kalian, tepati bahwa kalian tidak akan meninggalkanku... disini aku merindukan kalian. Hyung... kapan aku harus berhenti menanti kedatangan kalian? Apakah sampai aku berhenti bernafas? Hyung... hyung... jangan tinggalkan aku... aku merindukan kalian, tolong datanglah agar aku bisa memeluk kalian...."
-Jungkook-
..........................
Author " POV
(Flashback **** ON)
Jam menunjukan pukul 12 malam, dimana waktu menghendaki setiap orang untuk menutup matanya, hingga pagi menjelang. Dan bangun menjalankan aktivitas mereka. Terdengar suara burung malam yang berbunyi mencari mangsa yang bersembunyi di antara pepohonan dan juga semak-semak. Semilir angin bergerak mendorong jendela, hingga membuat daun jendela berbunyi karena dorongan semilir angintersebut.
Bahkan korden jendela bergerak-gerak karena terpaan angin yang menembus jendela yang terbuka. Membuat hawa dingin masuk dan membuat kulit siapapun merasa hawa dingin. Begitu juga dengan seorang bocah tampan dengan wajah manisnya yang terlelap dalam mimpinya. Tidur tanpa selimut yang membungkus tubuhnya, tubuh yang tertutupi baju tidurnya. Sesekali bocah itu menggeliat mencari posisi yang nyaman untuknya. Untuk berpetualang dalam mimpinya.
Hingga...
Suara langkah kaki terdengar, mendekati namja yang terlelap itu. namja yang masih sibuk dengan mimpinya. Bayangan hitam seseorang menutupi wajah namja manis itu. bayangan seseorang yang dekat dengannya, bahkan menyayanginya. Seulas senyum muncul di wajah tampannya, wajah tampan dengan kulit putih pucat dan mata sipitnya. Menatap wajah damai adiknya yang terlelap.
"Jungkook..."
Satu kata lolos dari bibirnya, begitu juga dengan senyum tipisnya. Namun, entah kenapa ada sedikit raut khawatir di wajah tampannya. Perasaan khawatir yang ia sembunyikan sejak pesta ulang tahun sederhana adiknya seminggu dua minggu kemarin. Entah kenapa perasaannya begitu kuat, rasa khawatir itu makin nyata.
Berkali-kali Yoongi menolak perasaan tak enak itu, menganggap bahwa semua baik-baik saja. Tapi... perasaan tidak dapat dibohongi, khawatir itu tak dapat di tepis. Perasaan dimana ia khawatir dengan kedua adiknya. entahlah... ia merasa kalau ia akan berpisah dengan adiknya.
"Ah tidak... tidak... aishhh... Kim Yoongi, hilangkan pikiran burukmu itu. tetaplah positif kalau semua baik-baik saja..."
Yoongi bergumam lirih, menggelengkan kepalanya menolak pikiran buruk yang sempat terlintas dalam benaknya. Tak lama namja remaja dengan mata sipitnya itu melangkahkan kakinya, yang sudah membaik setelah kejadian kecil akibat ulahnya sendiri. tangan putihnya mengambil selimut tebal berwarna merah bergambar iron man. Yang jatuh ke lantai kamar minimalis namja manis itu dan....
Seeetttt....
Selimut tebal itu menutupi tubuh namja mungil yang terlelap dalam mimpinya. Membuat namja manis itu merubah posisinya bersembunyi dalam selimut itu. Yoongi mengulas senyumnya, melihat tingkah lucu adiknya yang terlelap.
"Tidurlah yang nyenyak dik... kuharap kau mimpi indah.." Yoongi mengulas senyumnya. Mengusap rambut hitam sang adik, merubah posisinya berjongkok dan terakhir....
Cup...
Ciuman sayang seorang kakak untuk sang adik tepat di dahi namja manis itu. Yoongi mengulas senyumnya, tapi....
Yoongi memegang dadanya yang terasa sesak, entah kenapa....
Perasaan khawatir itu muncul kembali.
'ada apa ini? kenapa aku merasa khawatir.... Tuhan, apa artinya semua ini? dan kenapa aku takut...'
Yoongi bermonolog dalam hatinya, menatap wajah sang adik yang terlelap. Dan tetap mengulas surai rambut adik kecilnya penuh sayang. Jujur bukan hanya Jungkook yang ia khawatirkan, bahkan Taehyung adiknya juga ia khawatirkan. Entah perasaan seorang kakak atau apa, tapi...
Hati Yoongi tidak tenang, apalagi....
Terhadap dua namja yang ia sayangi, dua namja yang brstatus sebagai adiknya. Bukan hanya itu setiap malam Yoongi juga tidak bisa tidur, pernah ia bermimpi buruk tentang kedua adiknya. namun... baik Jungkook maupun Taehyung tidak tahu mengenai apa yang menjadi beban pikiran kakaknya. Karena Yoongi memang namja yang tak suka terbuka tentang masalahnya terhadap adiknya.
Brakk.....
Yoongi menolehkan kepalanya menatap jendela sang adik, yang tiba-tiba terbuka karena terpaan angin yang cukup kuat hingga membuat bunyi yang cukup mengejutkan. Bahkan bunyinya membuat Jungkook bergeliat tak beraturan, bukan hanya itu saja. Kulit Yoongi merasa dingin saat angin masuk ke dalam kamar adiknya. dengan segera remaja tampan itu berdiri, menghampiri jendela kamar adiknya.
Yoongi menatap halaman rumahnya, halaman yang cukup gelap di malam hari. Halaman yang diterangi lampu jalanan membuat cahaya remang-remang di sana.merasa tidak ada sesuatu atau apapun, akhirnya namja dengan mata sipitnya itu menutup jendela tersebut dan menarik korden berwarna putih berbahan sutra itu.
Kini...
Senyuman itu terulas, dan kakinya melangkah dengan perlahan.
Saking pelannya langkah kaki itu, namja manis yang tengah asik dengan mimpinya tak menyadari jika sedari tadi seseorang berada di dalam kamarnya. Menemuinya, memberikan selimut padanya yang tengah terlelap, memberikan kecupan sayang seorang kakak untuknya, dan seseorang yang bersedia menutup jendela kamarnya berharap sang angin tak mengganggu toidurnya. Dan Jungkook tak menyadarinya, menyadari kedatangan kakak yang ia sayangi.
Yoongi mengulas senyumnya kembali, membuka celah pintu itu sedikit untuk melihat adik kecilnya tidur dengan nyenyak.
"Selamat malam Jungkook... kakak menyayangimu..." Yoongi mengulas senyumnya, mengintip tubuh mungil adiknya yang masih terbungkus selimut hangat itu.
Tap...
Tap...
Tap...
Yoongi terus melangkahkan kakinya, menuju kamarnya dengan sang adik Kim Taehyung. Ya... dia satu kamar dengan adiknya, di dalam kamar yang berukuran cukup luas dan terkesan sederhana untuk seusia mereka.
Tap...
Tap...
1 detik...
2 detik...
3 detik...
Taehyung membuka matanya ketika merasakan tubuhnya berguncang sedikit akibat seseorang tengah membaringkan tubuhnya di sampingnya, lebih tepatnya ranjang tidurnya dengan sang kakak.
'Hyung...' batin Taehyung dalam hatinya dengan posisi memunggungi kakaknya. Entah kenapa Taehyung merasa aneh dengan sikap sang kakak akhir-akhir ini, apalagi selama dua minggu ini. tak jarang Taehyung melihat sang kakak yang sedang melamun ataupun memikirkan sesuatu. Hingga membuat Taehyung bertanya sendiri 'ada apa dengan kakaknya Yoongi'.
Taehyung masih membuka matanya, dan masih setia dengan posisinya membelakangi sang kakak. Dan Yoongi tidak tahu jika sang adik masih terjaga dari tirdurnya.
1 menit...
2 menit...
Taehyung yakin kakaknya masih belum tidur karena ia masih mendengar suara helaan nafas kakaknya yang tak beraturan dan berat, bukan hanya itu Taehyung juga merasakan pergerakan tubuh sang kakak. Saat kakaknya merasakan kegelisahan yang makin menjadi-jadi membuat Taehyung merasa khawatir terhadap namja yang sering ia membuat kesal.
Taehyung ingin sekali membuka mulutnya mengajukan pertanyaan pada kakaknya mengenai apa yang terjadi pada kakaknya 'Yoongi.'
Namun...
Taehyung khawatir jika kakaknya tidak suka diganggu, apalagi jika Taehyung ikut campur dengan masalah yang dihadapi kakaknya. Meski dalam hati kecilnya Taehyung ingin membantu kakaknya, menyelesaikan masalah.
1 menit...
2 menit....
3 menit...
Taehyung masih terjaga dalam tidurnya begitu juga dengan Yoongi yang masih terjaga, kini posisi mereka saling memunggungi, enggan mengubah posisi mereka. Karena sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing, membuat rasa kantuk enggan menerpa mereka.
Tik...
Tik...
Tik....
Suara detak jam dinding terdengar nyaring di dalam kamar kakak beradik itu, hingga tak terasa jam menunjukan pukul 12.30 malam, dan rasa kantuk itu belum berhasil membuat dua namja itu terbuai dalam mimpi.
Hingga...
Yoongi merasakan ranjang itu bergerak, saat tubuh adiknya bergerak mengubah posisinya. Yoongi hanya tahu jika adiknya Taehyung sudah terlelap dalam mimpinya, namun.... tidak seperti pemikirannya, justru kedua bola mata sipit itu sedikit terkejut saat mendengar suara husky adiknya yang memanggil namanya.
"Yoongi Hyung..."
Yoongi terdiam, dia mencoba memejamkan matanya. lebih tepatnya berpura-pura tidur, ia tidak ingin Taehyung tahu kalau dia belum tidur sedari tadi. Tapi... Taehyung tidak bodoh, ia tahu... sangat tahu kalau kakaknya Yoongi pura-pura. Pura-pura tidur, seakan-akan dia sudah berpetualang dalam mimpi.
"Hyung... jangan pura-pura, aku tahu kau belum tidur..." ucap Taehyung, dengan wajah yang sedikit ia tekuk.
Yoongi membuka kelopak matanya pelan, saat mendegar ucapan Taehyung. Suddah ia duga, kalau adiknya cukup pintar untuk ia bohongi, meski ia berbohong... berpura-pura tidur.
Yoongi masih bungkam... sibuk dengan pikiran dan rasa khawatir yang mengganjal hatinya saat ini.
"Hyung.... ada apa denganmu?" tanya Taehyung yang kini menghadapi punggung kakaknya.
Dalam hati kecilnya Taehyung berharap sang kakak membalikan badannya dan menghadap ke arahnya. Dengan begitu kakaknya mau menceritakan tentang permasalah yang dihadapi kakaknya, meskipun mustahil jika kakaknya dengan mudah menceritakan masalahnya padanya. Apalagi Taehyung tahu betul bagaimana sikap kakaknya, karena dia adiknya....
"Kenapa kau belum tidur Tae..."
Yoongi membuka suaranya, namun ia masih setia dengan posisinya memunggungi sang adik. Taehyung hanya bisa menghela nafas pasrah melihat tingkah laku kakaknya yang menurutnya cukup keras kepala.
"Kenapa kau tanya balik hyung?" tanya Taehyung, yang sukses membuat Yoongi bungkam sebentar.
"Hyung belum ngantuk Tae..."
Suasana kembali hening, hanya suara jangkrik dan burung malam yang terdengar dari luar. Hingga menggema di dalam kamar mereka.
"Hyung, apa kau punya masalah?" Taehyung memberanikan dirinya bertanya langsung pada sang kakak. Pertanya yang sangai ia ingin ajukan kepada namja yang lebih tua darinya.
"Hyung baik saja Tae..."
Yoongi masih setia dengan posisinya, dan mencoba memejamkan matanya. meski begitu Yoongi masih bisa mendengar Taehyung, ia masih siap menunggu pertanya sang adik.
"Hyung bohong... hyung pasti punya masalah..."
Yoongi hanya diam, ia mencari alasan yang tepat untuk adiknya di otak buntunya. Sementara Taehyung masih menatap punggung sang kakak, berharap kakaknya berbalik dan mengatakan masalahnya.
Hingga...
Kini tatapan mereka bertemu, dengan posisi berhadapan satu sama lain. Yoongi yang menghadap ke arah kiri, dan adiknya Taehyung menghadap ke arah kanan. Keduanya saling diam, menatap kedua mata satu sama lain. Seakan-akan mencari makna tersirat di balik tatapan mereka.
1 menit...
Suasana hening....
"Taehyung..."
"Ya, hyung..."
Ada sedikit keraguan di hati Yoongi, saat ia ingin mengutarakan ucapan yang terlintas dipikirannya. Dan Taehyung, masih setia menanti pertanyaan yang akan diucapkan kakaknya.
Lalu, Yoongi menatap wajah sang adik. Entah kenapa Yoongi merasa ia tidak akan melihat wajah Taehyung lagi, wajah sang adik esoknya.... Yoongi merasa dia akan jauh dari kedua adiknya.
"Berjanjilah pada hyung, apa pun yang terjadi lindungi Jungkook..."
Taehyung mengangkat sebelah alisnya saat mendnegar apa yang dikatakan kakaknya. Apa dia tidak salah dengar? Apakah kakanya sedang bercanda? Dalam pikiran Taehyung, ia bertanya kenapa sikap kakaknya semakin aneh. Seakan-akan kakaknya akan meninggalkan dirinya dengan Jungkook.
"memangnya ada apa hyung? Apa semua baik-baik saja?" tanya Taehyung dengan raut kekhawatirnannya.
Yoongi mengulas senyumnya, seakan senyumannya mengatakan kalau semua baik-baik saja. Bukannya apa Taehyung malah merasa khawatir melihat senyuman kakaknya yang terkesan memaksa di matanya.
"Hyung...." ucap Taehyung lirih menatap manik mata kakaknya.
Yoongi mengulas senyumnya, dan...
"Berjanjilah, bawa Jungkook pergi jika suatu hari bahaya datang.... dan jika hal itu terjadi, jangan pernah pedulikan hyung... jangan menengok kebelakang untuk menyelamatkan hyung....dan hyung hanya ingin Jungkook aman disisimu..."
"Hyung..."
Yoongi tersenyum dan tak lama, tubuh namja tampan dengan mata sipitnya itu membalikan badannya dan segera memejamkan matanya. mencoba untuk tertidur meski itu sulit untuk dilakukan....
Taehyung menatap khawatir kakaknya yang kini berbaring memunggungi dirinya. Melihat kakaknya yang mencoba hanya untuk tidur.
"Tidurlah Tae, ini sudah tengah malam... kau tahu kan sebentar lagi sekolah akan masuk kembali. Sebaiknya kau juga tidur agar pikiranmu makin fresh..."
Taeyung hanya diam mendengar apa yang dikatakan kakaknya, ia tidak mempedulikan ucapan Taehyung. Bahkan rasa khawatir lebih mendominasi dirinya, hingga ia hanya bisa bungkam. Apalagi saat telinganya mendengar bahwa kakaknya, Yoongi. Meminta ia menjaga adiknya Jungkook. tapi dari apa? Taehyung terus berpikir, hingga membuat kepalanya sedikit pusing.
"Kim Taehyung, tidurlah... hyung baik saja..." Yoongi melanjutkan ucapannya. Menyuruh adiknya untuk tidak bergadang meskipun dirinya juga ikut bergadang saat ini.
Taehyung hanya diam, menatap punggung sang kakak. Dan Yoongi masih setia dengan posisi membelakangi adiknya Kim Taehyung.
Waktu terus berjalan, dan di antara mereka ada yang belum memejamkan matanya karena sibuk dengan pikiran dan hati masing-masing.
Hingga...
Tanpa sadar kedua kelopak mereka tertutup dan kini mereka mengarungi mimpi mereka.... di malam yang sebentar lagi akan usai tergantikan dengan raja siang yang akan segera terbit...
Sebentar lagi... dan waktu itu akan tiba, saat jam terus berdetak...
Waktu dimana, rasa kekhawatiran namja tampan dengan mata sipit, juga namja yang menyayangi kedua adiknya terjadi....
Dan itu benar kenyataannya....
(Flashback " OFF)
......................
2017
BRUKKKKKK.........
"dasar sialan, jam segini masih tidur? apa kau belum tahu, hah!! ayo bangun dan kerjakan semua pekerjaan rumah. termasuk menyiapkan makanan untuk jiyeon. karena sebentar lagi dia akan pulang...!!"
Jungkook seketika membuka kelopak matanya tiba-tiba saat dirasa, wajahnya terkena hantaman setumpuk pakaian yang kini berceceran di sekitarnya juga lantai dekat tempat tidur kecil dan usangnya.
"Jungkook, cepat bangun!!! Apa kau tuli hah!!" wanita itu semakin meledak emosinya saat melihat Jungkook yang enggan bernjak dari atas tempat tidurnya.
Jungkook menundukan kepalanya takut, ia pun segera menyentuh lantai dengan telapak kakinya, mencoba turun dari tempat tidurnya. Karena ia tidak mau membuat Hae Soo yang notabene adalah ibu dari namja yang telah menolong dan memberikannya tempat tinggal, juga namja yang menyayanginya meskipun mereka tidak mempunyai hubungan darah. Dan namja itu adalah Kim Seokjin, sahabat kedua kakaknya yang hilang entah kemana, juga namja yang ia anggap sebagai kakaknya sendiri.
"Ya bi..."
Namja tampan itu hanya menundukan kepalanya, mengangguk lemah, berucap dengan bibir dan wajah pucatnya. Jungkook merasa tubuhnya sangat lemah dan lemas, bahkan kepalanya terasa pening. Bukan hanya itu, suhu tubuhnya juga panas, ya... karena hawa begitu dingin membuat Jungkook menggigil kedinginan, meski tubuhnya sudah tertutupi selimut tipis yang diberikan oleh bibinya yang kejam dan kasar.
Jungkook mencoba berdiri meskipun kepalanya terasa pening, tapi ia tetap memaksakan tubuhnya untuk berdiri. Dan melangkahkan kakinya di lantai yang cukup dingin menurutnya. Sementara nyonya Hae Soo menatap Jungkook dengan tajam. Bukan hanya tatapan tajam yang ia berikan tapi juga tatapan kebencian kepada namja yang sudah dibawa anaknya.
Sebenarnya, Hae Soo tidak pernah mau sudi, mengurus apalagi menjaga dan merawat Jungkook ketika usianya masih bocah. Apalagi setelah Jungkook kehilangan kedua orang tua, kedua kakaknya juga seorang adik yang berada di kandungan ibunya. Tapi....
Karena mendiang sang suami yang menerima permintaan kedua orang tua Jungkook yang ditulis melalui surat dan dititipkan kepada Seokjin. Akhirnya ayahnya Seokjin mau merawat dan menjaga Jungkook layaknya anaknya sendiri.
Dulu saat beliau masih hidup, Jungkook selalu mendapatkan perhatian dari ayah Seokjin dan juga mendapatkan perhatian dari Hae Soo yang berstatus sebagai ibunya Seokjin. Meski Hae Soo hanya pura-pura menyayangi anak dari tetangganya, dan itu hanya agar sang suami senang. Ya... dari dulu Hae Soo hanya memberikan kasih sayang semu dan penuh kepura-puraan. Tidak ada rasa tulus dan juga sayang pada namja berwajah manis itu saat usianya masih bocah, dan sayang serta perhatian itu hanya sebuah topeng. Untuk menyembunyikan sifat sesungguhnya, sifat yang sangat berbeda dari mendiang sang suami, dan juga anaknya Kim Seokjin.
Namun...
Semua berubah,dan semakin buruk saat tuan Hang Kang meninggal, justru sifat tersembunyi sang istri nampak, dan itu jauh lebih menakutkan. Saat dimana Hae Soo menyuruh Jungkook untuk bekerja bagaikan pembantu tanpa di bayar, memarahinya dan juga membentaknya. Menimbulkan rasa sakit hati dan juga tangis...
Meskipun begitu namja tampan dengan wajah manisnya itu selalu sabar menghadapi perlakuan bibi yang sudah ia anggap sebagai seorang ibu dimatanya. Dan Jungkook berpikir dia pantas mendapatkannya karena dia hanyalah anak yatim piatu yang tidak mempunyai orang tua dan kakak. Jungkook mencoba bertahan, dan terus yakin jika kedua kakaknya akan datang menjemputnya dan membawanya pergi dari penderitaan yang telah lama ia dapatkan.
Setiap malam Jungkook selalu berdoa pada Tuhan agar dipertemukan oleh kedua kakaknya, dimanapun mereka berada. Karena Jungkook ingin mengulas senyum dan tertawa bahagia ketika berada disamping kedua kakaknya.
Namun...
Meski sakit yang sering ia terima, Jungkook masih dapat bersyukur karena masih ada orang yang begitu menyayanginya dengan tulus, dan dia adalah namja yang sudah sangat dekat dengannya dan juga kedua kakaknya, siapa lagi kalau bukan Seokjin. Namja yang akan menjadi seorang dokter dalam beberapa bulan lagi.
Jungkook melangkahkan kakinya pelan, tubunya sebenaranya merasa lemah dan juga pusing di kepalanya makin terasa. Tapi, ia tidak mau membuat bibinya kesal, maka dengan sebisanya ia memaksa tubuh lemasnya untuk bergerak, bergerak mengerjakan tugas yang sudah menjadi rutinitasnya, meski pekerjaan itu sebenarnya cocok untuk seorang pembantu.
Jungkook tetap menjalaninya, meski sebenarnya ia sudah lemah dan tak mampu....
.....................................
....................................
Bandara Incheon...
Terlihat seorang namja dengan jas putihnya, dan juga beberapa orang yang ada di belakangnya membawa beberapa koper besar dan juga sebuah tas. Tak jauh disana ada juga sebuah ranjang rumah sakit yang terbaring seorang namja tampan dengan rambut hitamnya. Selang infus dan juga masker oksigen terpampan nyata di tubuh dan wajahnya. Bahkan ada beberapa perawat pribadi yang mendorong dan membawa perlengkapan namja yang tak sadarkan diri itu.
Namja itu akan dibawa ke sebuah rumah sakit di Korea, setelah ia mendarat dari penerbangannya dari Jepang. Namja tampan itu tak bergerak sedikitpun, tidak ada bekas luka dan juga darah di tubuh kurus dan juga putihnya. Namja itu memakai baju tidur yang selalu dihanti oleh dokter berusia 50 tahunan itu, dokter yang terkenal ramah dan baik. Jung Seok, seorang dokter ahli saraf dan bedah.
"Tolong kalian bawa dia hati-hati... karena aku akan membawanya ke rumah sakit disini." Ucap dokter Jung dengan senyum ramahnya. Pria dengan wajah keriput di balik kacamata bundarnya menatap para perawat yang telah lama mengabdi padanya untuk menjaga namja tampan yang kini terbaring di atas ranjang berjalan itu, namja yang didiagnosa mengalami koma.
Dokter Jung sangat menyayangi namja itu, bahkan ia menganggap namja tampan itu sebagai anaknya sendiri . entahlah saat, ia menemukan namja itu terbaring tak sadarkan diri di jalan ia merasa kasihan dan iba, dan tiba-tiba saja hatinya merasa nyaman ketika berada dengan namja tersebut. Ia merasa dekat dengan seorang anak, lebih tepatnya seperti mempunyai seorang putra.
Meski sejak awal pertemuannya yang tak terduga dengan namja yang belum ia ketahui namanya itu, tapi dokter Jung merasa sangat menyayangi namja itu. bahkan ia akan mengangkat dia sebagai anaknya, hanya saja...
Namja tampan dengan rambut hitamnya itu enggan untuk bangun, bahkan masa komanya terbilang sangat lama. Meski dokter Jung sudah membawanya ke Jepang, dan membawa namja tak sadarkan diri itu berobat disana, tapi... hasilnya tetap nihil....
Hingga akhirnya, pria dengan sifat ramah dan juga dengan gelar dokternya itu, memutuskan...
Untuk membawa namja yang sedang dalam masa komanya itu kembali ke Korea, tempat dimana ia ditemukan tak sadarkan diri. Dokter Jung sudah merawat namja itu bertahun-tahun hingga sekarang, bahkan setiap perlengkapan medis selalu ia yang siapkan karena ia ingin namja itu cepat sadar dari komanya. Meski banyak teman yang seangkatan dokter mengatakan padanya bahwa namja itu tak akan mungkin bangun, dengan melihat kondisinya yang tak sadar selama bertahun-tahun..
Tapi, dokter Jung yakin...
Jika suatu hari namja yang ia belum tahu namanya itu akan sadar, membuka matanya dan juga mengatakan namanya padanya, karena dokter ramah itu percaya bahwa keajaiban datang pada siapapun....
Kini namja tampan yang sedang dalam masa komanya, itu memasuki mobil mewah berwarna hitam milik dokter tersebut, terlihat dengan jelas tubuh kurus dibalik baju tidur, juga wajah pucat dengan kulit purtihnya, ada juga rambut hitam yang baru saja dipotong, dengan poni yang menutupi kelopak matanya yang terpajam, beberapa alat medis menempel di tubuhnya, alat yang menjadi penunjang kehidupannya di saat ia taksadarkan diri selama bertahun-tahun, namja yang sudah mulai dewasa di masa komanya. Dan dia adalah seseorang yang mungkin pernah berarti bagi seseorang dan dinantikan kedatangannya oleh seseorang, seseorang yang merindukannya....
Kini mobil mewah itu berjalan, menuju rumah sakit yang cukup terkenal, rumah sakit yang diharapkan mampu membuat namja tampan itu bangun dari komanya....
1 menit...
2 menit...
Seorang gadis cantik dengan kaca mata hitam, juga topinya mendorong koper, tak lupa rambut coklat yang berterbangan ke arah belakang dengan terpaan angin membuat ia bak seorang model yang akan dijadikan cover majalah terkenal, mengulas senyumnya menatap tanah kelahirannya yang sudah ia tinggalkan lima tahun lamanya, di Amsterdam bersama dengan ayahnya.
"Akhirnya aku sampai..." ucapnya tak lupa mengulas senyumnya di wajah manisnya, membuat garis mata saat ia tersenyum.
"Pasti eonn Sohyun akan terkejut dengan kedatanganku.." ucap gadis cantik dengan rambut coklat dan wajah manisnya itu.
....................
Seoul, 12.00 siang...
Ceklek...
Suara kenop pintu terdengar dari sebuah dorm, tempat dimana sekumpulan anak geng berkumpul, mengetahu handle pintu yang bergerak dan terbuka membuat tiga namja yang sedari tadi duduk dan bersenda gurau, bungkam seketika..
Ketika melihat salah satu teman geng mereka membawa seorang namja tampan dengan wajah manisnya yang kini pingsan dan berada di gendongan namja tampan dengan rambut coklat berantakannya, dan jangan lupa dengan penampilannya layaknya preman jalanan. Dengan celana Jeans yang sobek-sobek di bagian lututnya, juga sebuah slayer yang mengikat di lehernya membuat penampilan kesan urakan di penampilannya.
Brukk....
Dengan sedikit kasar namja tampan dengan mata sipitnya itu menjatuhkan namja manis yang tengah pingsan itu di atas sofa, kini ketiga temannya menghampirinya dan menatap namja asing yang dibawa oleh temannya.
"Hei, Suga... dia siapa? Kenapa kau membawa namja asing kesini?" tanya namja tampan yang dipanggil Jimin itu, yang kini berjongkok menatap namja pingsan itu.
"Bung, kenapa kau bawa namja asing disini?" tanya salah satu sahabatnya lagi, yang terkenal sebagai ketua geng tersebut, siapa lagi kalau bukan Namjoon.
Sementara Hobi hanya diam melipat kedua lengannya menatap namja asing itu.
Namja bermata sipit itu kini menatap ke arah ketiga temannya, dan tak lama kedua bola matanya menatap Jungkook yang tak sadarkan diri, karena demamnya.
"Entahlah, aku juga tidak tahu... tadi aku menemukan dia pingsan di pertokoan..." ucap namja dengan mata sipit yang dipanggil Suga oleh teman satu gengnya.
"Hei, tubuhnya panas... sepertinya dia demam.." ucap Jimin yang kini memegang kening Jungkook, bahkan dengan jelas ia melihat keringat keluar dari keningnya.
"Kalau begitu kau kompres saja dia..." tak lama Suga melangkahkan kakinya, hendak pergi keluar. Menuju k suatu tempat, yang membuat ia tertunda langkahnya saat menemukan Jungkook pingsan hingga akhirnya ia membawa Jungkook ke tempat gengnya.
"Yaaakkk.... kau yang bawa kenapa kami harus repot, hei kau??!!"
Jimin berteriak memberikan protes kepada namja bermata sipit itu yang kini telah berjalan, hilang di balik pintu. namja yang telah membawa Jungkook dalam gendongannya, dan namja yang telah membawa adiknya sendiri... meski ia tak menyadarinya.
"Aishhh... dasar sialan, dia membuat kita repot..." decak Jimin kepada kedua temannya.
"Lalu kita apakan dia?" tanya Hobi kepada kedua temannya.
"Kita kompres saja dia, seperti yang dikatakan Suga tadi..." ucap Namjoon kemudian.
Kedua namja itu mengangguk menyetujui apa yang dikatakan ketua mereka, dengan segera Jimin mengambil air hangat dan juga handuk kecil untuk mengompres namja yang menurut mereka asing. Begitu juga dengan Namjoon dan Hobi yang mengambil selimut dan juga obat pereda demam.
......
Kini di atas atap seorang namja berambut coklat, menatap pemandangan negeri gingseng dengan kedua bola mata sipitnya. Menikmati loliponya, dan merasakan hembusan angin yang menerpa wajah dan rambutnya. Dia adalah seorang berandalan jalanan yang sering mabuk dan bermain di klub malam, bahkan sering berkelahi dengan anak geng lain. Namja yang tak kenal takut....
Kedua bola matanya masih setia menatap gedung-gedung dan perumahan dari atas gedung yang ia pijaki, meski begitu pikirannya masih melayang, dan....
"Siapa dia? Kenapa wajahnya begitu familiar?"
Suga bermonolog dalam dirinya, entahlah ketika melihat namja yang ia tolong tadi. Ia merasa ia sudah sangat dekat dengan namja asing itu.
"Aishhh... kenapa aku memikirkannya? Dia hanya orang asing... bahkan aku juga tak mengenalnya.."
Suga membuat lolipopnya saat mulutnya merasa bosan untuk menghabiskan benda manis yang ada di lidahnya tadi...
"Tapi, kenapa aku perna melihatnya, siapa dia?"
Namun, pertanyaan itu masih terngiang-ngiang dalam otaknya. Pertanyaan mengenai namja asing yang ia gendong tadi, karena jujur.... hatinya merasa aneh saat melihat namja asing itu tak sadarkan diri seperti tadi. Tiba-tiba saja hati Suga merasa sesak dan perih....
Dan itu yang ia rasakan....
...................................
TBC
Hai semua.... author kembali dengan chap ini, semoga kalian gak bosan dengan kedatangan author...
Disini author udah usaha yang terbaik buat bikin chap ini. dan author gak mau bikin kalian kecewa..
Jangan lupa vommentnya ya, ^^
maaf juga kalau up lama banget, karena author hanya bisa updete dua hari sekali.
Maaf kalau typo masih bertebaran, cerita tambah gaje atau apalah. Karena author hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan....
Semoga hasilnya memuaskan ya^^
Sekian dari saya, bye semua... sampai jumpa di next chap...
Salam cinta dan sayang untuk kalian semua....
#el
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro