Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Dancing with Problem (Chapter 50)

"Lama-lama sejarah hilang dalam peradaban dunia ini,"

(Author **** POV)

Suga tidak tahu kalau serangan ini akan membuat dia terplanting sampai kepala belakangnya terbentur, kesakitan dalam setiap nadi tangannya menapaki di atas lantai di bawahnya. Seokjin mencoba menolong malah ditendang dari samping dan membuat cangkir di tangannya pecah belah.

Beberapa pertolongan saja belum cukup saat pemuda itu menyerang membawa beberapa pemuda lainnya dalam pertarungan kuat. Suga biasanya bisa membalas tapi saat ini dia benar-benar terdesak dari belakang. Jungkook ada disana melihat kedua kakaknya terluka, tersungkur di atas lantai. Pemuda kelinci itu tidak terima sesuai deru nafas emosinya.

"Yoongi hyung! Seokjin Hyung! Jangan sakiti kedua kakakku!"

Jungkook tak ingin putus asa seperti biasanya. Jikalau kemarin dia bisa menjadi pemuda cengeng, untuk saat ini dan mungkin seterusnya dia tidak akan seperti itu. Kedua kakaknya dihajar terus dalam serangan dua orang yang notabene punya dendam kesumat, Namjoon juga Hoseok sedikit kepayahan kala Jimin yang biasa diandalkan tengah sakit.

"Jungkook lari jangan sampai kau ikut campur dengan masalah ini, mereka bukan lawan yang tepat untukmu!" Suga mengeluarkan perintahnya, berharap kalau pemuda kelinci itu tidak mengabaikannya. Setidaknya Jungkook bisa membantu dengan hal lain, mencari bantuan sekitar itu lebih bagus ketimbang dia ikut baku hantam dan akan membuat pemuda itu terluka. Kakak mana yang tega membiarkan adiknya demikian?

Tangan menggapai seutas harapan untuk mendapatkan Jungkook kala dia termenung di dalam tatapan gelapnya. Tatapan kesedihan juga mata penuh kesedihan kelabu. Jungkook tidak bisa menerima kenyataan kakaknya akan pergi dengan cara seperti kelakuan biadab mereka. Ingat kata orang tuanya untuk berani menimbulkan hasrat lain dari hari, dari sini juga dia langsung usap kedua tangannya.

"Lepaskan Yoongi hyung-ku!"

Jungkook sangat keras mengatakannya, membuat musuh di depannya tersenyum bakal menang kemudian.

"Bagaimana kalau aku tidak mau? Kau mau apa bocah!"

Daewon mulai mencari titik lemah Jungkook. Berpikir kalau dia mengatakan sedikit garang dan tatapan kian melucu. Baginya Jungkook bukan ancaman besar saat melihat tubuh pemuda itu yang dia anggap sebagai kelinci lemah.

"Sudah aku bilang pergi dari sini, kau tidak akan bisa bertarung dasar payah!" Suga tidak suka berdebat, tapi darah sudah keluar dari sudut bibirnya. Sial sekali baginya karena Daewoon duduk di atas punggungnya. Namjoon dan Hoseok, mereka sibuk mengalahkan dua berandal yang juga ahli dalam bertarung.

"Tidak, aku ingin membantumu!"

Seokjin mendengarnya, dia yakin selama ini Jungkook bertahan demi pemuda di bawah kakinya. Yoongi kembali hidup setelah sekian lama menghilang.

"Kau ini.... Kenapa kau tidak dengar apa kata kakakmu. Lihat dia sudah kalah karena aku menyimpan dendam besar padanya, menyerang dari titik buta tak terduga. Sangat mustahil bagi Suga untuk mampu mengalahkan aku seperti sebelumnya..." Dia berkata, dia juga mengakuinya.

Di bawah lampu ruangan ini, dia menyaksikan bagaimana wajah kesakitan tertahan Suga. Matanya berbinar dan bibirnya membentuk lengkungan kurva di sudut bibirnya. Hal itu bukan dari wajah Suga sendiri melainkan dari musuh yang ada di atas punggung Suga. Menahan juga mendorong muka itu di atas lantai. Kesekian kalinya kesakitan itu terus dirasakan oleh Suga sendiri manakala dia kalah tenaga. Begitu besar perjuangan dia lakukan untuk membebaskan diri dari penjahat tak diundang ini. Jungkook menatap kedua kakaknya dalam pandangan mata nanar, si muda berharap dia bisa membebaskan siksaan bagi mereka.

'setidaknya kau melakukan sesuatu yang berguna, menolong kakakmu,' batin Jungkook pada dirinya sendiri demi membuat hatinya yang lemah ini bangkit.

Singkat cerita kedua konflik terjadi. Adu jotos tak lepas dari kenyataan saat Jungkook berlari melesat dan memberikan tendangan kuat miliknya.

,

"Suga, kau tak apa? Seokjin Hyung?"

Namjoon mencoba untuk membantu keduanya berdiri. Jungkook di luar sana menghajar salah seorang yang hendak menusuk Suga. Mungkin amarahnya saja sudah membuat dia bukan main membuang tenaga untuk terus membogem, memukul serta menghajar wajah itu sampai si korban hampir pingsan dalam keadaan babak belur. Jungkook juga menangis saat dirinya sendiri masih belum bisa membalas segala rasa sakit yang dirasakan oleh kedua kakaknya. Dalam perasaan diam dia terus memukul dan memukul, saat kedua manik matanya saja selalu menjatuhkan air mata dan air mata itu terlalu banyak kesedihan.

Namjoon melihat bagaimana kepalan tangan diantara jarinya saja mengeluarkan darah. Benturan demi benturan di alas aspal yang kasar.

"Jungkook, cukup. Jangan lakukan itu lagi."

Suga menahan sakitnya sendiri. Melihat Jungkook brutal dalam ketidakbiasaan nya membuat dia khawatir. Kakak mana yang bisa melihat adiknya terluka. Jungkook tidak bisa berhenti dan rasanya cukup aneh jika dia tidak bisa menghentikan dirinya sendiri. "Kenapa kau lakukan itu pada kakakku? Kau ingin membunuhnya? Kenapa kau lakukan itu?!" Suara teriakan juga kebringasan Jungkook memang sangat menakutkan.

Daewon hanya tersenyum saja setelah menerima pukulan keras di pipi kanannya. Hantaman demi hantaman keras menimbulkan rasa sakit, timbul luka biru di pipi kanannya. Darah kental keluar dari sudut bibirnya, ini membuat adrenalin bahagia di hati seorang musuh menjadi lebih berani dalam menerima pukulan yang muda.

"Yang muda yang berkuasa! Hey, Suga adikmu boleh juga... Dia bisa menjadi petarung hebat melebihi dirimu kalau diasah," ucap Daewon masih menerima pukulan saat dia melihat kelebihan Jungkook.

"Berisik kau! Aku tidak akan ampuni dirimu, sialan arrrghhhh!"

1....

2....

3...

Tebak setelahnya, apa yang terjadi beberapa menit kemudian setelah hempasan emosi melepas sampai suara benturan keras mengenai mukanya. Daewon kehilangan kesadaran sampai akhirnya Jungkook bisa bangun dengan nafas terengah. Ada rasa puas, rasa sakit, rasa sedih kala dia sadari kalau tindakannya bisa membuat seseorang kehilangan nyawa. Tetapi, kesalahan demi kesalahan dia lakukan memang ada alasan. Sama seperti saat ini dan tak pandang bulu baginya untuk tidak melakukannya. Jungkook tak tahu. Dirinya memiliki hati lembut juga cengeng, saat dia menyadari kalau kepalan tangannya terluka akibat perbuatan dirinya sendiri dia langsung menangis.

Seokjin langsung bangun melupakan rasa sakitnya. Menahan ngilu di perutnya lalu berlari kuat menjumpai sang adik yang hampir roboh karena kelelahan. Seokjin sang kakak adalah penopang. Sama seperti biasanya, sekiranya dia hafal apa yang akan terjadi setelah ini semua hingga tubuh seorang adik ambruk. Jungkook terpejam kian perlahan saat dia merasa jantungnya nyeri sedikit karena pelampiasan tak terduga.

"Tenang Jungkook, jangan seperti ini lagi. Aku cukup trauma melihat dirimu begini, kumohon jangan lakukan apapun bahkan untuk memukulnya (orang tak berguna) itu."

Seokjin menitipkan tatapan tajam ke arah pria berandal disana. Terbaring lemah dengan batuk juga tawa anehnya. Merasakan sebuah kepuasan yang berarti dia ingin lebih.

"Suga, jangan gubris dia. Dia ingin permainkan dirimu juga kita. Kita panggil saja pihak berwajib, dia akan sadar diri mengenai posisi juga kesalahannya ini!" Seru Namjoon setelah memberikan tempelangan kuat pada adik berandal di tangannya itu. Jatuh tersungkur tanpa ampun, Daewon sang kakak melihat adik dalam tatapan mata sulit dijelaskan. Baginya semua kekerasan dia pancing pertama kali adalah sebuah keseruan tak terlupakan.

"Kau payah dan bodoh, memukul Kim Namjoon saja kau tidak bisa! Adik sialan, bedebah kau!" Kasar dan arogan, sangat pantas untuk wujud manusia berhati iblis dia punya.

Seorang adik mendengarnya, walau dalam keadaan perih. Hatinya tidak mampu menjawab apa yang dikatakan sang kakak dan jatuh dalam keadaan menahan sakit diantara tubuhnya. Bobrok sudah keluarga ini, tapi dia sadar kalau jalan setan dia pilih memang sudah ada efeknya. Daewon masih memaki adiknya tanpa ampun, pandangan beberapa orang disana menatap iba sekaligus marah pada mereka berdua.

"Lebih baik kalian pergi, aku memanggil polisi. Kalian sudah membuat kekacauan di tempat kami," suara Jimin terlihat sangat santai, tangan kanan membawa ponsel dan menggoyangkan benda canggih itu di tangannya. Sengaja menunjukkan angka di layar sebuah panggilan darurat.

"Aku tidak bisa kasih kesempatan lebih besar daripada membiarkan kalian lari."

Jimin anggap kalau mereka adalah pengecut sekaligus pecundang alay yang mencari perhatian. Jujur saja, dalam keadaan sakit saja dia masih terlihat oke. Membuat Namjoon mengacungkan jempol bangga atas tindakan Jimin yang begitu tepat, sebaiknya mereka sembunyikan Jungkook jika perlu karena bocah itu bisa menjadi korban salah paham. Berbuat sesuatu untuk menolong tapi takutnya dituduh sembarangan.

Yoongi bangkit karena dia mau, berlari mendekat ke arah adik. Menyeret masuk tanpa permisi lalu membentak duo pengganggu itu. "Bajingan, sebaiknya kalian menyingkir atau masalah besok tidak akan selesai!" Yoongi tipikal manusia pemberi ancaman secara halus. Giginya bergemeretak menimbulkan suara dalam emosi tertahan. Diantara dua buah bola mata penuh kekesalan luar biasa. Bisa dikatakan jika Yoongi, tak bakal memaafkan siapapun juga.

Daewon harus mengaku kalah hari ini, perkara menyesal memang sudah disiapkan oleh Yoongi untuknya. Kecuali Jungkook, dia benar-benar kehilangan kontrol sampai mau menghajar wajah itu lagi.

,

Taehyung bangga akan dirinya, bisa melakukan ini. Membakar salah satu depan rumah para manusia jahat yang memperburuk keadaan adiknya. Bisa tersenyum puas diantara dua bibir menangkap permen dalam emutan sederhana miliknya. Bayangkan saja, pemuda itu menikmati setiap manis vanilla bagai kesenangan dia rasa saat ini.

"Bagus, rasa jengkel ku hilang perlahan. Aku harap kebakaran ini bisa membuat mereka sadar!"

Taehyung bersandar pada sebuah mobil, seorang supir ketakutan melihat api melalap bagian depan dengan bau bensin menguat. Taehyung sengaja memberikan air berbahan bakar itu agar seru baginya. Menariknya, dia tidak harus susah payah mencari air, warga juga tidak akan menolong karena dia tipikal seseorang pandai mengancam orang lain. Kuku di tangannya terasa gatal. Tak bisa bahagia seperti senyuman dia selalu berikan untuk hari ini.

"Sebaiknya kita memadamkan api itu atau akan merambat lebih jauh lagi, tuan muda..."

Sedikit gemetar dalam tatapan was-was. Di satu sisi jika dokter Jung tahu maka dia akan kena masalah juga. Kata seolah kau di pecat berasa ada di depan mata. Telan ludah itu jika dia bisa? Bukti bahwa api di depan sana lebih menakutkan, menyentak hawa panas dari si pemilik rumah yang sebenarnya sibuk memainkan ponselnya langsung terkejut ketika melihat si jago api di depan jendela rumahnya.

Jiyeon antara mimpi atau tidak, dia spontan berseru sangat keras. "Ibu! Ada api, tolong! Ada api, ibu!" Langsung menggebrak seorang pria yang hendak tidur siang dan gagal sudah. Jiyeon meminta tolong dari luar sana membuat Taehyung bisa melepaskan tawa puas setelah menyaksikan wajah ketakutan itu. Sang supir berharap jika pemuda itu segera sadar dan mengubah keputusannya untuk diperbolehkan mematikan api disana. Para tetangga yang mendengar kian banyak keluar saat mendengar suara panik seorang wanita. "Kau tahu ini adegan yang aku suka, kepanikan juga suara air yang membuat kepulan asap api ini bagai musik." Kembali menatap ke atas langit dan memperhatikan awan yang cantik menurutnya.

Bayangkan jika ayah dan ibunya bangga atas tindakan dia lakukan. Kejahatan dia buat sepenuh hati dan penuh rasa perhatian seperti kado paling menyenangkan. Ingin tertawa keras tetapi dia ingat apa itu sebuah tata Krama.

"Tuan ada banyak orang disini, mereka akan tahu kalau kita membuat masalah ini. Sebaiknya kita padamkan apinya, tuan Jung bisa marah padaku nantinya."

Apa peduli Taehyung? Selama ini dia tidak dapatkan kepuasan juga jawaban. Pada dasarnya dia punya hati sedikit kejam, karena mereka telah membuat Taehyung menjadi anggota paling kejam di keluarganya. Tipikal ini juga membuat Taehyung membenci kenyataan, kalau kedua orang tuanya melakukan kesalahan. Entah kenapa Tuhan seolah inginkan dia ikuti jejaknya juga.

"Ayah, ibu... Kuharap kalian suka pertunjukkan nanti malam."

Taehyung berkata, dia tersenyum. Diantara rasa panik itu dia minta agar segera dibawa pergi setelah puas melihat semua. Api itu tidak seberapa, Taehyung merasa nanti malam akan lebih hebat lagi dari biasanya. Malahan, akan sangat menyenangkan karena Jungkook tidak ada disini. Tidak ada lagi pengganggu kecil.

Yoongi sekalipun, dia tidak ada.

......

TBC...

Akankah ada adegan berdarah di episode selanjutnya? Semoga kalian masih setia menunggu tulisan yang saya buat ini.

Gomawo and saranghae ♥️

#ell

27/03/2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro