Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Close Your Eyes (61)

Taehyung dianggap hasil hubungan gelap dari dua pasangan tak punya malu dan tak punya otak. Masyarakat memandangnya begitu, saat acara televisi menayangkan selama tiga hari lamanya setelah kejadian menggemparkan separuh kota. Acara televisi membahas salah satu pemuda yang kini telah ditahan oleh pihak kepolisian atas kasus pembunuhan berencana pada satu komplek warga dekat muara sungai Airin.

Semua, warga di sekitar yang melakukan aktifitas di sela obrolan mereka juga membahas masalah itu bagai roman yang tak akan mudah hilang dari mulut ke mulut.

Terlebih....

Acara live semalam memperlihatkan Taehyung menggunakan baju tahanan disana. Memandang dengan wajah tanpa penyesalan dan anehnya dia tidak mengatakan satu kata pun kala diminta media untuk minta maaf atau memberikan keterangan. Pihak polisi disana juga tidak bisa memaksa tahanan yang kenyataannya masih memiliki hak untuk diam. Di depan kamera juga, semua orang menganggap jika Taehyung penjahat muda yang bisa merusak generasi serta demokrasi negara ini.

Jimin resah kalau melihat seluruh hampir semua acara televisi memberitakannya.

Melihat Yoongi yang tidak keluar dari kamar sama sekali, jangankan keluar. Biasanya dia bicara saja kini hanya diam tanpa suara, seolah tidak diijinkan untuk mengganggu dirinya walau seutas dahan di jendela pun. Namjoon selalu mengatakan setiap harinya, biarkan Yoongi bicara lebih dulu dan bertanya padanya saat penting saja. Kala jiwanya terguncang dan tata Krama yang dilakukan adiknya membuat dia kecewa. Ini bagai kutukan sang kakak untuk diam seribu bahasa.

"Apakah menurutmu Suga, emm... Maksudku Yoongi, baik saja?" Tiba-tiba Hoseok datang membawa dua cangkir kopi instan yang baru saja dia beli. Rasanya dia kaku dan lidah membeku saat menyebut nama Yoongi yang bukan nama Suga sesungguhnya. Suga adalah nama pemberian mereka karena Yoongi kehilangan identitas..

"Aku taruhan kalau kau tidak suka memanggil nama Yoongi dari bibirmu. Benar bukan Hobi Hyung?"

Rasanya air akan menyembur keluar dari mulut Hoseok. Oh ya, kopi dalam cangkir ini panas. Mengepul dari permukaan dan panasnya bukan main, Jimin terpingkal tertawa dalam hati dan menganggap wajah lucu Hoseok adalah hiburan baru baginya. Pagi yang indah, juga pagi menyedihkan sebagiannya.

"Dasar benalu dan kau membuat aku tersandung dan sial."

Sengaja atau tidak, mereka membuat lelucon. Keduanya sampai melupakan acara menyebalkan yang membuat seseorang di dalam kamar sana memperhatikan kejadian. Mendengarkan bagaimana si pembawa acara dengan tegas juga lugas dalam tugasnya

Remuk redam hati ini. Tidak tahu masalah apa, tidak usah memberikan pendapat. Dia hati agar Namjoon tidak mengetuk pintu kamarnya sekarang.

Sekarang pria mata sipit itu telah menemukan identitas secara terang. Tidak ada yang bisa membuat dia keluar walau cahaya terik matahari dari jendela memaksanya. Selimut tebal akan selalu memberi kehangatan bagi tubuhnya, bagi dirinya yang bersembunyi dalam kubangan kesedihan mendalam.

"Syukurlah, semua akan membaik jika akhirnya pelaku itu ditangkap dan masuk dalam penjara. Mati saja dia! Sudah membuat kesalahan. Membunuh pula!" Suara tegas seorang wanita dalam acara televisi disana. Acara berita yang memberikan pertanyaan dan jawaban dari mereka cukup anarkis memang.

Yoongi di dalam sana mendengarnya, acara bodoh disana. Membuat dia panas. Membuat dia kecewa lalu duduk di atas tempat tidur sampai benda hangat itu jatuh ke lantai dalam perasaan kecamuk. Punya rencana apa dia?

Untuk saat ini dia masih di dalam kamar sedang memikirkan rencana. Bagaimana bisa dia membuat Taehyung jujur atas segala dari semua kejadian saat ini.

Tak terima juga dia. Antara sakit dan kecewa, mungkin beberapa hari ini Yoongi akan menghindar dari Taehyung. Seokjin masih dirundung duka, ingin kesana memberikan ucapan bela sungkawa. Tapi, malah kenyataannya dia merasa malu untuk bertemu langsung dengan Jungkook. Dia harus kuat, karena dia pondasi anak pertama.

Janji adalah janji, kesalahan seorang adik adalah kesalahan kakaknya juga. Ungkapan itu sudah ada sejak dia menjadi kakak dan melihat Taehyung lahir. Setelah beberapa tahun kemudian Jungkook lahir dan misinya telah hadir kembali menjadi lebih kuat.

Yoongi bagai menelan ludahnya sendiri untuk membenci masa lalunya. Dia tidak bisa melakukannya dan justru malah lebih terkesan pada peduli.

"Bisakah aku bertemu dengan kakakku?"

Suara disana terdengar Jungkook, tapi Yoongi masih tidak yakin. Karena dia sudah mengatakan pada adik bongsornya untuk tidak mengganggunya. Waktu dia gunakan hanya untuk menyendiri saja. Lagi pula, dia hanya butuh healing sejenak dari masalah Taehyung yang akan diumumkan keputusannya.

"Aku mohon ini sangat penting,"

Jungkook tampak gusar, Yoongi tidak salah. Dia duduk di atas tempat tidur untuk menenangkan peredaraan darah dalam tubuhnya. Suara Jungkook tampak bergetar, tidak karuan. Entah kenapa dia merasa misi untuk menyendiri nya harus digagalkan. Jungkook ke sini dengan nada sangat memohon, agar Namjoon mengijinkan adiknya sendiri bertemu dengan dirinya.

Alasan yang kejam kalau Yoongi tidak membuat keputusan untuk menemui Jungkook secara langsung. Terlebih, ada maksud mendadak mungkin. "Jangan lakukan itu pada adikmu sendiri Yoon, aku harus menemui Jungkook." Penuh emosional, dia akan tanya soal Taehyung tentunya.

Jungkook terdengar menangis disana. Membuat hamparan rasa was-was kian menjadi dalam diri Yoongi sampai Jimin hampir tertubruk olehnya yang hendak keluar dari kamar kesayangannya.

"Suga, adikmu dia..."

"Biarkan aku menemuinya, kau dan lainnya keluar. Aku akan bicara berdua dengan Jungkook," ini serius. Yoongi tidak suka pengganggu datang membawa dia dalam rasa penasaran lebih parah.

Jungkook senang saat tubuh kakaknya akhirnya menunjukkan diri. Langsung tanpa perintah, Jungkook menubruk tubuhnya dan membiarkan kepalanya berada di dada sang kakak. Degub jantung penuh rindu tanpa ada kata toxic seperti awal bertemu. Sekarang ini, Jungkook ingin bicata bersama kakaknya. Soal keputusan mengenai Taehyung, dimana masyarakat yang menjadi korban meminta kakaknya Taehyung untuk dihukum mati. Makanya Jungkook menangis, ingin bertemu dengan Yoongi.

Setidaknya dia bisa melampiaskan resah ini. Jika dia bicara dengan Seokjin rasanya sangat tidak pantas karena Seokjin sendiri adalah korban biadab kakaknya juga.

"Jungkook, apakah semua baik?"

Kenapa kakaknya harus mengatakan ini? Jikalau Jungkook bisa mengatakan hal baik sesuai fakta. Nyatanya semua tidak baik saja dan membuat dia sesak dan tak jauh dari kata menangis.

"Tidak, semua tidak membaik saat semua minta keadilan. Taehyung Hyung tidak salah sepenuhnya kan?"

Jungkook dan air mata. Kepalanya mendongak ke atas. Dia tidak bisa bicara lancar hingga dia gagap sendiri lantaran takut jika pidana eksekusi mati dengan tembak di dada kian terjadi. Kakaknya bukan teroris, lalu kenapa dia malah menjadikan semua orang dan korban adalah tanggung jawab kakaknya. Jungkook baru sadar kalau sebenarnya kakaknya hanya melakukan hal kecil. Jungkook curiga saja jika seseorang memanfaatkan nama kakaknya untuk melakukan tindakan keji tesebut.

Jika ada sidik jari kakaknya di salah satu pecahan bom itu. Jika ada sidik sang kakak, bukan berarti dia pelakunya.

Jungkook kehilangan semangat kala tahu tuntutan hukuman mati bisa dibesarkan pada pengadilan selanjutnya. Mereka menyalahkan Taehyung dan mengiring opini kalau anak muda sepertinya akan menjadi bencana negara terbesar suatu hari nanti. Suga tahu kalau adiknya bisa saja mengikuti suatu arahan. Sangat tidak masuk akal kalau Taehyung merakit benda ledakan besar itu hanya sekedar melihat di internet.

"Kurasa ini sangat tidak masuk akal, aku tahu bagaimana Taehyung Hyung, ya... Walaupun dia dulu pernah membunuh peliharaan kita. Tapi, aku tidak yakin kalau Taehyung Hyung memiliki ide gila jika seseorang tidak memberikan saran."

Taehyung bagai kertas polos, mudah dicoret saat orang meminta dia melakukannya. Bukan tanpa alasan. Kebenaran akan semua dilakukan begitu saja. Kiasan demi kiasan, tercipta selama ini memudahkan dirinya untuk menemukan petunjuk.

Jungkook saking jengkelnya memukul meja di samping Suga. Memperhatikan deretan kesedihan dirasakan adiknya, dulu Jungkook manja. Tapi, keadilan ditegakkan bagi kakaknya malah tidak lagi membuat demikian. Kehilangan akal adalah salah satu jawaban yang tepat bagus situasi ini.

Di satu sisi. Seokjin datang menyusul. Dia menjemput Jungkook dari tempat dia anggap sebagai kumpulan pembela kejahatan. Bagaimana tidak? Suga tidak mengatakan apapun dan pendapat soal kesalahan Taehyung. Dia marah dan sedikit berubah sejak kematian ibu dan saudara ipar nya. Mungkin mereka salah pada Jungkook, Taehyung kehilangan akal saat dia sukses membuat Seokjin kehilangan segalanya.

Tak peduli pada larangan Namjoon juga lainnya. Pria ini menerobos masuk dengan nafas marah tak beraturan. Ditambah kedua bola mata yang penuh amarah. Dongkol dirinya, pada suatu alasan di depan mata. Rasanya sangat menyenangkan jika Jungkook tidak seharusnya meminta tolong pada Yoongi untuk menemukan jalan keluar baru Taehyung di penjara.

"Aku tidak ingin membiarkan adikku membela penjahat itu!" Sentak Seokjin keras, dia tidak ingin disentuh pundaknya. Sangat tidak masuk akal kalau Jungkook masih empati pada nasib Taehyung di penjara.

Raut wajah tak memaafkan nama Taehyung disana. Semua terlambat saat Suga yang diharapkan menjadi pahlawan gagal menghalangi kelakuan adiknya. Seperti apa, pemahaman soal pengorbanan dan juga kerja keras. Semua yang dia lakukan pada Jungkook malah menjadi salah satu ambang kehancuran dia manjadi yatim-piatu. Sengsara membawa dia mendapatkan pikiran kalau keputusan ibunya melepaskan Jungkook setelah tujuh belas tahun terngiang di kepalanya.

Lalu....

Bisakah hal itu diputar kembali? Bahkan untuk saat ini, Seokjin tidak mau menjadi jahat seperti mendiang keduanya. Terpaksa saja, dirinya menerobos masuk menjemput Jungkook untuk tidak satu oksigen dengan si sulung.

Yoongi alias Suga. Melihat bahwa pemuda jauh dewasa dari tingkat nya itu kini memberikan tatapan kesal, luar biasanya. Hati seorang Seokjin ikut buncah tak karuan.

"Pulang, jangan katakan apapun soal kakakmu itu. Jungkook, aku tidak akan memaafkannya, jika kau tidak mau menuruti laranganku!"

Masalahnya semakin jelas. Seokjin gila karena kehilangan keluarganya, kini dia enggan jika Jungkook kembali pada keluarga kandungnya. Ketakutan akan kesendirian dan juga trauma mendasar, mengubah seseorang berubah menjadi jahat secara mendasar. "Biarkan dia disini, aku bisa menjaganya. Dia adikku," lanjut Suga seolah tidak mau kalau kuasa Seokjin melebihi batas ekspetasinya.

"Kau bilang apa huh? Masalahnya kau juga tidak mampu mengatasi Taehyung adikmu, kau mengatakan Jungkook aman? Sini, berikan padaku sebuah kiasan yang akan membuat aku memahami. Kau saja tidak bisa menjaganya, apalagi menjaga bungsu!"

Jimin berbisik gawat mendengar kata Seokjin yang kian berani. Membaca pikiran dan jalan emosional, bagi semua orang disana ini bukan situasi baik saja. Jungkook berharap akan ada keadilan bagi kakaknya, Suga harusnya merespon secara adil dan ini adalah keinginan Jungkook juga Seokjin.

"Suga sebaiknya biarkan dia bawa Jungkook, akan ada solusi untuk semua. Jungkook, pulanglah... Setidaknya kau bisa membuat kakakmu tenang sekarang ini."

Jimin membuat jawaban disaat keduanya bersitegang. Di belakang sana Hobi dan Namjoon memberikan jempol mereka sebagai tanda bangga akan sikap Jimin pada akhirnya. Jimin mengumpat dalam hati kalau dia sudah untuk mengatakan semua itu, lantaran dia salah bicara bisa-bisa dia kena semprot.

Suga memilih pergi mengabaikan semua, tatapannya seperti membenci situasi juga tidak nyaman dirinya. Jungkook mendayu saat dia melihat kakaknya keluar tanpa menggunakan mantel. Tanpa ada nasihat sebagai harapannya. Genggaman tangan seorang kakak dia harapkan di masa kecilnya menjauh dan hilang dari pandangannya. Tak sehelai rambut pun jatuh ke telapak tangan Jungkook.

"Suga, kau mau kemana?"

"Biarkan aku sendiri. Aku sedang tidak waras sekarang," lanjut Suga melihat kebelakang. Mata tertuju secara tajam dalam naungan kesedihan.

Pembangkangan yang dilakukan Taehyung telah membuat malu dirinya. Harga dirinya juga jatuh, kata untuk tidak meninggalkan yang dikatakan Taehyung padanya. Semua itu bagai kebohongan yang ditulis adiknya secara sempurna.

"Dinasti telah berubah, kau sudah melupakan bagaimana didikan ayah dan ibu. Taehyung, kakak akan membunuhmu dengan tangan kakak sendiri daripada aku yang menanggung dosa dan melihat keburukanmu!"

Persetan dengan manusiawi. Suga merasa malu akan makam kedua orang tuanya. Mana janji untuk menepati, mana janji untuk melindungi serta mendidik kedua adiknya agar tidak sesat. Justru dia tidak, bisa melakukan keinginan tersebut. Amnesia sialan!

Begitulah seluk beluk hati yang telah kacau.

Umpatan demi umpatan dia katakan hanya menjadi catatan kecil dari sosok malaikat di kanan juga kirinya.

,

Sudah ada videonya, dimana letak rasa sopan ketika Taehyung telah mendapatkannya secara telak. Sebuah pertunjukan gratis dari apa yang dia lihat penuh nestapa dan putus asa dari seorang korban. Tangisan juga pukulan kesedihan yang ada di dalam diri para korban peledakan oleh dirinya. Rasanya manja, manis karena Taehyung telah dikenal satu seantero tanah Korea.

Menggunakan seragam orange dan disana pula dia duduk sembari tersenyum angkuh pada seseorang. Seorang pria dengan tipu daya menggunakan seragam polisi, orang dalam disana. Memperhatikan sebuah kemenangan besar baru baginya, bagus seseorang yang akan merawat dan menggantikan jalur malaikat seseorang menjadi setan. Iblis baru muncul, kedok bagai manusia pencari pembela Tuhan telah lahir. Taehyung adalah salah satu anak didik baru baginya, bisa dibilang semua hal yang bersangkutan dengan aksi terorisme akan dia laksanakan bersamanya. Si muda yang akan dia selamatkan dari sel ini dengan cara membeli hukum secara instan.

Taehyung tidak tahu, akibat daya besar manusia di depannya yang sudah rakus juga kalap membuat pemuda pemilik senyum sumringah di depan ini tampak tidak malu lagi untuk sekedar bicara bersama.

"Aku senang kau makan dengan lahap masakan istriku, dia tampak semangat untuk membuatkannya."

Ayam dipanggang dengan cinta. Bumbu kecap membuat para polisi disana mencium aromanya. Sial sekali, kalau ini adalah salah satu tugas yang tak bisa diabaikan. Para penjahat punya hak menerima makanan dari keluarga mereka yang telah lolos dari pemeriksaan.

"Cukup menyenangkan, aku merasa ini masakan rumahan yang akan sangat aku rindukan selalu. Bagaimana kau mengajariku nanti setelah masa hukuman ini selesai, tuan...." Terdengar manis saat dia berkata. Berapa angkuh dia melakukannya sekalipun di dalam penjara. Penjahat di sana juga tidak berani mengganggu Taehyung yang bisa dikatakan anak kemarin sore menjadi salah satu pelaku dalam sel.

Padahal, jika dilihat dari lainnya. Mereka yang masuk disana akan mendapatkan tindakan kesengsaraan berdasarkan kejahatan yang mereka buat. Lucunya, kalau dia lakukan itu Taehyung menggunakan kartu as sebagai penyelamat dari perlindungan kecil dia punya.

Jungkook harusnya datang, tapi.... Semua yang dilihat Taehyung adalah kebohongan dari sebuah janji dari adik kandungnya. Sejak kapan penipuan kecil ini terjadi? Jungkook enggan melihatnya sekalipun kembali esoknya seperti katanya. Padahal jam jenguk bagi para tahanan ada batasnya. Pasrah dalam keadaan, membuat seseorang di depannya memanfaatkan semua secara manis.

"Jika kau menunggu seseorang, aku rasa sekarang tidak datang. Dia pastinya telah punya kesibukan, dimana semua bentuk kesinambungan juga terjadi secara terus menerus. Apakah kau tidak mau tinggal bersama ku jika telah bebas."

Itu adalah janji, apakah semua itu terjadi. Taehyung telah diangkat menjadi anak oleh seorang dokter baik hati. Tapi dia sudah menjadi pengkhianat baginya. Entah benar atau salah, Taehyung tidak tahu apakah dia dimaafkan atau tidak. Entah dia punya tempat atau tidak bagi pria yang kini mungkin di dalam kamar menyembunyikan semua rasa malu datang kepadanya.

"Bisakah aku melihat situasinya dulu, jika memabukkan aku akan tinggal." Ada senyuman manis disana. Percayalah, Taehyung berubah menjadi pria nakal' tak mudah ditebak jalan pikirannya. Akankah semua itu benar? Bisa jadi semua yang ada dalam setiap dialog dia katakan adalah sandiwara cakap miliknya.

"Kau mungkin bisa betah di rumahku. Kau akan seperti hidup bagai sebelumnya, apakah kau bisa percaya akan semua itu?"

Terkadang mendengarkan kata dari setiap nafas manusia biasa dianggap sebagai wajar atau sebuah keharusan. Ini adalah permainan cantik, dari segi nama juga keakraban.

"Lalu apakah aku harus mengatakan iya jika itu membuat kau senang untuk ke depannya?" Baju oranye dia gunakan dia permainkan ujungnya, ada rasa gugup aneh membludak di perutnya.

"Sepertinya akan sangat panjang ceritanya. Berikan aku waktu dan jawaban besok ya, aku akan beristirahat di balik sana. Semua menungguku dan pandangan mata mereka tampak tidak suka."

Ini adalah jalan dimana dia tidak bisa pulang kembali. Sekalipun Jungkook ajak dia kembali, lantaran hatinya menginginkan Yoongi dan adik bungsunya menjemput dirinya.

Surat dari seorang saudara. Harusnya telah sampai jika itu memang ada, tapi... Semua terasa tidak menyenangkan. Rasanya lagi lama telah hilang digantikan dengan mereka yang mulai abai padanya.

Sayangnya....

Pemikiran Taehyung atas semua itu adalah suatu kesalahan besar. Sangat besar sampai tak bisa dikatakan sebagai, halusinasi.

......

TBC....

Siapa pria itu, apakah dia akan mengakhiri segala cerita ini. Padahal masih ada harapan tak bisa digapai dengan mudah.

Sayang sekali ya,

Jangan lupa untuk membaca kisah selanjutnya. Terima kasih untuk penantiannya, tetap bahagia juga apapun yang terjadi semangatlah.

Gomawo and saranghae ♥️

#ell

5 Desember 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro