Break Out (59)
Aku kembali bukan untuk pulang, melainkan melindungi adik kesayangan yang terpaksa dan dipaksa oleh Tuhan untuk pergi sementara. Koma dan tak tahu apa kabar juga bagaimana dia.
Itulah isi pikiran Taehyung saat ini, setelah dia puas tertawa terbahak dalam arti seru. Jungkook melihatnya, mata tak percaya. Suga memperhatikannya dengan mata melotot walau tak nampak diantara kedua sipit miliknya. Ini tidak menyenangkan karena dia sendiri malah tak mendapatkan dukungan dari dua saudaranya.
Rasanya sepi, menyakitkan juga semua menjadi satu dalam titik disini. "Aku rasa aku harus tertawa di dalam kamar ketimbang menciptakan kesenangan bersama kalian," ini adalah sikap kalau dia ingin sendiri saja. Taehyung lelah, dia capek. Kamar adalah salah satu hal yang dia butuhkan untuk jiwa lemah juga raga mulai loyo.
Seokjin mencekik pemuda tampan itu tapi tak bisa sekuat kemarahannya. Entah karena yang dia cekik adalah adik atau seseorang yang dia anggap demikian. Dimana Taehyung sudah membuat dirinya menyesal sudah berbuat baik pada dirinya dulu, dia tidak salahkan ini pada Jungkook. Taehyung telah salah dalam keputusan juga rasa sayang pada Jungkook juga.
"Kau membunuh mereka, ibu dan adik sepupuku?! Kau gila Kim Taehyung!" Detak jantung itu dirasa sudah sangat kuat untuk meledak. Setiap usaha membuat semua seperti sekarang, Seokjin pria profesional, dia tidak lagi memaafkan Taehyung saat ini. Jungkook tak tahu kalau badannya kaku membeku disana di samping rangkulan Jimin, semua disana melihat psikopat muda kejam. Membunuh dalam ledakan bom besar tanpa memberi kesempatan pada yang salah untuk berubah.
Siapa yang jahat sekarang?
"Suga, apa yang akan kita lakukan? Pemuda itu sudah keterlaluan."
Suara sirine telah tiba melewati rumah ini. Taehyung bangga dan menantang Seokjin untuk mencekik dirinya di depan Jungkook. "Lakukan saja, aku sudah capek. Bunuh saja aku, yang penting nyawa kedua manusia biadab itu telah selesai di dunia ini." Sumringah tanpa sesal, Seokjin menangis dengan teriakan emosi lalu membogem wajah itu. Taehyung bisa saja kesempatan mengalami hidung patah, tak apa. Ini adalah hal sepele yang bisa dia terima. Jungkook telah bebas hidupnya dari dua belenggu yang selalu mengganggu dirinya.
Dia memandang semua orang tanpa rasa malu juga bersalah. Jungkook disana menatap dia dalam arti menangis. Air mata kesedihan yang dianggap Taehyung kebahagiaan. Hujan di sekitar kota dan datang ke bawah dalam suasana panas. Tak mampu menyurutkan api yang besar dan bangunan hancur diantara tetangga jadi korban. Suara polisi juga sirine pemadam kebakaran memberantas api juga puing ledakan yang kapanpun bisa jatuh dari sisanya. Tangan manusia yang putus dari badannya. Juga seorang anak yang meninggal dalam dekapan ibunya.
Histeria masa dari para warga terluka karena efek ledakan. Semua yang di sekitar sana menjadi korban walau bukan tersangka, apakah ini yang diharapkan oleh Kim Taehyung?
Membunuh mereka para korban, tak bersalah dan hanya bisa menangis. Para petugas masyarakat mencoba untuk membantu, Seokjin adalah putra yang ditinggalkan oleh keluarga dalam tragedi gila ini. Dia lari dari tempat itu setelah mendengar panggilan dari ponselnya, tanpa mau dia angkat karena itu akan membuat hancur hatinya. Perkara kalau dia tidak kuat dan tidak mampu untuk menerima semua itu benar.
"Kim Taehyung, sialan kau! Kau gila hah!!"
Lolos sudah, suara Yoongi menggemparkan mereka yang belum pernah mendengarnya. Kakak ini menjadi manusia paling sial lantaran menjadi saudara dari pemuda pembunuh.
"Apa yang salah? Aku hanya melakukan tugas ku sebagai seorang kakak, Jungkook... Kakak sudah membebaskan dirimu dari neraka penderitaan." Balasnya kemudian, tanpa mau melihat sorot mata menghantam milik putra pertama dalam saudara. Yoongi diabaikan, ini bukan pertama kali dalam ingatan Jungkook. Adiknya menyaksikan kedua kakak kesayangannya malah nestapa. Keduanya saling ribut dan adu jotos, jika Namjoon tidak menahan tangan Yoongi yang hampir menyentuh ujung hidung Taehyung.
Keduanya adu emosi diantara manik mata. Tercium juga bau dari nafas Taehyung, Yoongi sudah menduga kalau pemuda yang dulunya cengeng ini adalah pemabuk. Karena Taehyung bertingkah aneh juga kurang ajar beberapa menit, semua yang diakibatkan oleh alkohol memang tidaklah baik.
Yoongi melepaskan Bogeman keras di belakang dinding dekat adiknya. Dia melesatkan secara sengaja, tidak tepat lalu membuang nafas dalam keadaan kepala menunduk tidak terima. Tuhan menciptakan manusia untuk menjadi manusia baik di masa depan. Kenyataannya, keadaan dari dunia membuat adiknya kejam. Pengaruh dari kota ini sudah mengotori otak polos adiknya yang sesungguhnya tidak mensyukuri keadaanya.
"Kau bajingan!" Lirih di depan adiknya, Yoongi berusaha mengulas senyum demi hilangkan wajah marahnya. Gagal lantaran dia sudah kepalang basah. Kalau dia maafkan adiknya, dia menjadi salah juga.
"Aku tidak akan membiarkan kau hidup bebas, kau harus tanggung jawab Taehyung."
Jimin, Namjoon, Hoseok terkejut, Jungkook seolah tidak ingin mendengarkan hal ini. Apakah dia sudah gila? Kakaknya ingin menjebloskan Taehyung dalam penjara. Ketakutan yang tidak dia duga, untuk ini saja Jungkook langsung mendekat ke arah Yoongi. Mendorong Yoongi menatap dirinya secara langsung, meminta jawaban jelas.
"Sudah, jangan lakukan itu. Apakah Hyung ingin membuat kakak menderita di sana? Aku tahu maksud kakak-"
"Diam dan jangan ikut campur, kau tidak mengerti. Aku melakukan ini untuk dirimu. Taehyung harus memahami mana yang salah dan benar, ini fatal Jungkook!" Yoongi tidak ingin dengar pembelaan. "Ya, aku tahu kalau kakak ku juga melakukan kesalahan. Aku sedih lalu aku harus mengatakan pada diriku sendiri, apa yang aku lakukan?" Jungkook mulai sesak, dia ingin menangis tapi sebagai pria dia pantang menerima air mata dari konflik ini.
"Kalau aku bajingan, kau lebih bajingan! Lihat hidupmu juga? Kalau kau tidak amnesia, kau sudah menjaga adik kita. Kalau aku tidak kecelakaan aku tidak akan koma, aku akan menjaga Jungkook lebih baik dari apa yang dilakukan oleh Seokjin juga keluarganya!"
PLAAAAAKKK!
Mampus juga! Taehyung di tempat itu juga, diberikan balasan langsung oleh kakaknya. Luka yang dilakukan oleh dia, pria yang biasa tumbuh dengannya saat dia menjadi bagian keluarga kedua.
"Diam kau! Sudah cukup perbuatan yang kau lakukan ini! Sangat keras kepala, keterlaluan dan kau tidak punya otak!" Ada banyak kata tak mengenakkan darinya, Yoongi membuang muka. Ingin meludah dan memohon ampun pada Tuhan karena dia sudah menyaksikan aksi menjijikan ini.
"Jimin, lihat keadaan Seokjin. Kurasa kau bisa mengontrol emosinya dibandingkan aku, Jungkook kau kesana ditemani lainnya. Biar aku saja yang berhadapan berdua dengan si bodoh ini," ujarnya kemudian.
Inginnya Taehyung agar pemuda sang kakak di depannya memeluk dirinya. Tapi, semua itu hanya gurauan saja. Sangat tidak mungkin dan tidak ada hal itu. Di depan matanya dia hanya melihat sosok berdiri penuh kemarahan dan tatapan tegas. Taehyung lebih baik menyusul kedua orang tuanya jika akhirnya dia tahu, kedua saudaranya pergi dan tak senang.
Jungkook pergi tanpa kata apapun padanya, dia hanya memberikan tatapan kecewa saja. Tangan diusap setelah hilang dari balik pintu rumahnya. Rumah yang dia dapatkan dari belas kasih seorang dokter yang kini duduk lemas disana. Ya, ayah....
Sudah beberapa menit disana menyaksikan putra angkatnya. Taehyung yang mendapatkan tatapan maut kakaknya. Dia melihat bagaimana anak angkat yang bisa dia harapkan penuh bangga, kini kembali bangun menjadi penjahat besar.
Suga tak akan bisa membantu lagi, jikalau pria ini melakukan tindakan yang menurutnya benar. Penjara dan borgol polisi seolah di depan mata, Taehyung diberikan kasih sayang namun dengan cara berbeda pula.
"Taehyung, ayah tidak percaya dengan ini semua. Kau anak yang baik dan polos, kenapa kau malah begini nak...."
Suara serak sang ayah, sakit sekali hingga dia merasa jika suatu hari nanti dia mati dalam keadaan sedih. Bunga layu dalam rumah ini, kesedihan terpancar dari dua air mata kemurnian seorang ayah yang sangat menyesal.
"Maafkan ayah, sebaiknya kau harus ikut ayah mengakui perbuatan mu Taehyung,"
Suga tidak akan bisa melarang ini lagi. Jungkook juga lainnya pasti berusaha melakukan hal lain, menenangkannya. Seorang pemuda yang berduka karena kehilangan tiba-tiba.
,
Sohyun baru saja memeluk si gadis kecil yang menangis. Sekarang ini, dia meringkuk dalam keadaan tidak baik dimana hati dan jiwanya kehilangan ibunya. Seorang wanita dalam keadaan tak sadarkan diri telungkup. Kedua matanya terpejam bersimbah darah dan luka di punggungnya. Sohyun juga terluka di bagian kakinya karena serpihan bangunan terlempar ke arahnya saat lewat.
Semua disana panik juga mencari bantuan, manakala macet di jalanan membuat para petugas negara kesulitan menolong. Salah satu pemadam kebakaran melihat api yang besar dari salah satu bangunan langsung bertindak, Sohyun sedikit memaksa si kecil yang menangis dengan tenaganya. "Ada banyak retakan disini nak, ayo kita segera pergi dari sini. Ibumu tidak akan apa, ada petugas yang akan menolongnya." Apa yang bisa dia katakan? Dia tidak ingin memberikan harapan tapi tak ada cara menghentikan tangisannya. Sohyun juga terluka, meringis menahan sakit dalam keadaan memaksa kedua kakinya untuk terus bergerak.
Ada bantuan dari lainnya dan ucapan terima kasih dia katakan. Masyarakat di sekitar memang memilih mundur tapi sebagian kemanusiaan mereka membuat mereka langsung mencoba menolong. Sohyun, sesak nafas karena banyak sekali debu, ada Sae Ron yang panik sekali mencari kakaknya.
"Eonni! Kau tak apa?! Ah, k-kakimu! Apa yang terjadi padamu, tolong kakakku! Siapapun disini tolong aku! Tolong kakakku!"
Begitu semua panik, semrawut dan dokter hanya beberapa disana. Semua tidak bisa dikendalikan dan beberapa mayat tak mampu dikenali karena luka ledakan ini.
Seokjin yang baru saja menghentikan mobilnya saja hampir terjungkal ke depan kalau Jungkook tidak menopangnya.
"EOMMMAAAAA!"
suara teriakan begitu kuat darinya, kiat-kiat dia lakukan untuk menerobos mereka. Para polisi juga petugas lainnya telah sampai, mereka yang terpilih untuk masih hidup bersyukur karena bantuan. Seokjin hampir mau masuk disana, di depan rumahnya yang rusak parah dengan cekungan di tanah.
Ledakan dari bawah tanah tepat di depan rumah ini, menghancurkan bangunan dan sekitarnya dalam skala besar. Yang dipasang dalam satu malam dengan Taehyung yang punya bantuan juga. Ini adalah tindakan komplotan dan kemungkinan ada bagian teroris di dalamnya. Walau begitu, Jungkook menduga kakaknya merakit sendiri. Bau bensin juga eksplosif di dalamnya membuat Jungkook yakin, kakaknya hanya menyalin cara dari internet.
Jungkook kenal kakaknya, Taehyung pintar dan bisa licik kadang waktu.
"Kakak, kenapa kau lakukan ini?"
Masih tidak percaya bahwa semua orang jadi korban dalam serangan ini.
......
TBC....
Maaf agak singkat, aku akan berusaha membuat akhir cerita ini, tinggal 7 part lagi insyaallah...
Semangat untuk semua, gomawo and saranghae ♥️
#ell
21/08/2022
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro