Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Epilog

     Dear My Honey ….

Gue bukan tipe cowok yang bisa ngerangkai ungkapan cinta melalui kata-kata. Apalagi harus nulis sejenis surat cinta, nggak banget. Sumpah! Dan sialnya, gue lagi ngelakuin hal yang menurut gue alay itu sekarang.

Tawa lirih Aruni terdengar saat baru membaca kalimat pembuka surat yang sehari pasca pemakaman Edvard diserahkan oleh Helen. Gadis itu bilang, Edvard yang menitipkan padanya sebelum laki-laki itu kembali masuk ruang ICU.

Ar …  mungkin lo bosen denger kata cinta keluar dari mulut gue. Tapi, gue nggak bisa bohong kalau gue emang udah cinta mati sama lo. Cinta yang mungkin nggak bakal terganti sampai hembusan napas terakhir gue.

"Gue nggak bosan kok, Ed. Nggak akan pernah bosan." Setetes cairan bening lolos tanpa bisa ia cegah. Aruni menghapusnya lebih dulu sebelum lanjut membaca isi lain dalam surat.

Nggak tau sejak kapan gue jatuh cinta sama lo. Yang jelas, gue nyaman berada di dekat lo. Lo itu udah kayak obat buat gue. Obat rindu, maksudnya. Hahaha. Ketawa, please.

 "Bego! Mana bisa gue ketawa di saat begini?!" Meski demikian, tawa kecil tetap keluar dari mulutnya walau bersamaan dengan air mata.

Mungkin, saat lo baca surat ini … gue udah nggak ada di dunia. Eits, jangan nangis, lho! Awas aja lo nangis!

 "Telat Ed! Gue udah nangis duluan!" ketus Aruni sembari menghapus kembali air matanya.

Gue minta maaf karena udah nggak jujur sama lo dari awal tentang penyakit yang gue derita. Malah, gue menyembunyikannya dari lo dan menghidari lo. Semua itu gue lakuin semata-mata supaya nggak nambahin beban lo dan gue juga nggak mau bikin lo sedih. Gue emang sesayang itu sama lo, sampai nggak tega ngelihat ekspresi sedih lo. I'm so sorry, Hon.

Segaris senyum terbit meski samar.

Gue seneng banget waktu tau kalo fobia lo udah hilang. Congrats, Hon. Gue emang yakin sejak awal, kalo lo pasti bisa sembuh. Nggak sia-sia, 'kan usaha gue ngebujuk lo supaya mau konsultasi sama abang gue?

 "Thanks, Ed …."

Sorry juga buat apa yang Bokap gue lakuin di masa lalu. Meski lo sepertinya udah maafin dia. Tapi tetep aja, gue masih ngerasa bersalah sama lo.

Honey ….

Setelah ini lo harus janji buat jadi wanita yang lebih kuat lagi! Lo nggak boleh lemah, ngerti? Dan lo harus hati-hati dalam milih pasangan hidup. Jangan sampai lo masuk lubang buaya. Kalo sampai lo masuk, gue sih … ketawa aja kenceng-kenceng. Hahaha. Just kidding, Hon;)

Lagi-lagi Aruni tersenyum membaca surat pemberian Edvard. Meski ini bukan kali pertama ia membacanya, tetap saja. Ada rasa baru tiap kali ia membaca surat tersebut. Rasa yang terus berulang dengan aroma baru. Entahlah, Aruni sendiri bingung bagaimana mengungkapkannya.

Ah, sayang banget tubuh gue udah lemes banget, nih. Padahal, masih banyak hal yang pengen gue tulis buat lo. Hah! Kayaknya gue udah kena virus alay, deh!

Intinya, gue sayang sama lo. Banget. Bahagia terus ya, Hon. I love you so much. Today, tomorrow, and forever. Only you, Hon.

Salam cinta dan kecup rindu dari gue, si cowok terkeren sejagat raya.

Menarik napas panjang, didekapnya erat dan lama surat yang mulai kusut akibat sering dibawanya tidur tersebut. Seolah tengah memeluk si penulisnya.

Tok! Tok! Tok!

Ketukan di pintu menarik perhatian Aruni. Menoleh, ia melihat Fely menyembulkan kepalanya di sela pintu yang sedikit terbuka. "Ada Dokter Surya tuh, di depan. Mau ketemu sama lo, katanya."

Aruni menunduk. Menatap lama surat yang berada di genggamannya. Perasaannya sungguh berkecamuk. Lagi-lagi, perasaan tak karuan ini yang ia rasakan setiap kali ada seseorang yang berusaha mendekatinya. Mengenalnya lebih dari sekadar kenal. Dan ini bukan kali pertama Surya bertamu ke rumah Fely dengan niat khusus.

 "Come on, Ar. Lo nggak bisa terus-terusan stuck di tempat dan ngebiarin masa lalu membelenggu lo!" Fely masuk dan duduk di samping Aruni. Menasihati sang sahabat.

 "Gue hanya … bel--"

 "Belum siap? Terus kapan lo siapnya?" sela Fely yang gemas sendiri Aruni buat.

Mengedikkan bahu, Aruni beranjak menuju meja belajarnya. Memasukkan surat pemberian Edvard ke dalam sebuah kotak yang berisi foto kenangannya bersama Edvard serta barang-barang pemberian laki-laki itu.

Bagaimanapun, Surya cukup berjasa dalam keberhasilan Aruni bebas dari belenggu masa lalu. Setidaknya, ia akan menyambut tamunya selayaknya tuan rumah yang baik.

Langkah Aruni terhenti tepat ketika tangannya ingin menarik handle pintu, karena suara Fely yang kembali terdengar. "Gue jadi curiga. Jangan-jangan sekarang lo malah kena fobia takut jatuh cinta lagi!"

^^^^^

END

Hi!!!😄

Alhamdulillah ….
Akhirnyaaa kelar juga ni cerita satu😁
Huahhhh! Nggak kerasa, udah selesai aja. Kayak baru kemarin deh, author nulis nih cerita😆

Thanks a lot for your support, guys!😉
Apresiasi dari kalian bakal tetep jadi penyemangat tersendiri buat Author😊

So, jangan pernah mau jadi silent reader😋

Babayyyy👋

And …

See you soon in my new story😘

Kalimantan Barat, Selasa, 6 Oktober 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro