Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ENAM

     "Gimana keadaan nenek lo?" Aruni bertanya pada Fely seraya tangannya menari di atas meja kompor. Menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.

Fely yang baru pulang subuh tadi kembali menutup mulutnya. Menguap. "Udah mendingan, sih. Tapi, yaaa … namanya juga penyakit tua. Suka kumat-kumatan," jawab Fely seraya menarik salah satu kursi meja makan.

 "Lo kuliah pagi?" tanya Aruni sembari ikut duduk di seberang Fely. Dua piring nasi goreng sudah tersaji di hadapan keduanya.

Kepala Fely mengangguk. "Hm. Jam sembilan entar. Gila! Gue ngantuk banget padahal." Wajah Fely menampilkan raut seolah sedang dianiaya.

Melihatnya, Aruni tak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. "Syukurin aja. Masih banyak orang di luar sana yang pengen kuliah, tapi nggak kesampaian. Entah itu karena finansial, atau hambatan lainnya." Nasihat bijaksana pun mengalir dari bibir ranum Aruni. Gadis itu mengangkat kepalan tangannya ke atas. Menyemangati sang sahabat.

Fely tersenyum. Ia bersyukur, Aruni tidak kehilangan semangatnya setelah apa yang sudah gadis itu lalui selama ini. Aruni … dia gadis yang hebat di mata Fely.

^^^

      Terlihat Aruni yang berlari tergopoh menghampiri meja kasir. "Sorry ya, Mbak. Tadi jalanan dari kampus macet banget," ujarnya setelah sampai di kasir. Menatap Mbak Fuji, rekan sesama kasirnya menyesal.

Mbak Fuji tersenyum dan mengangguk. "Santai aja kali, Ar." Tangannya menepuk bahu Aruni dua kali. "Ya udah, Mbak pulang dulu, ya," pamitnya kemudian.

Sepeninggal Mbak Fuji, Aruni menjalankan tugasnya seperti biasa. Melayani para raja maupun ratu dengan hati ikhlas dan senyuman yang tak pernah luntur dari bibir ranumnya.

 "Kalau ada yang diabetes habis lihat senyum lo, mau tanggung jawab?" Celetukan barusan, membuat kepala Aruni mendongak seketika. Edvard.

 "Paling juga lo yang diabetes," sahut Fely bercanda. Jemarinya dengan lincah menghitung belanjaan Edvard yang lagi-lagi didominasi oleh cemilan. "Lo hobi ngemil, ya?" tanyanya setelah menyebutkan nominal yang harus Edvard bayar.

Kekehan Edvard langsung keluar. Tangannya mengeluarkan beberapa lembar uang kertas berwarna merah dari dompet yang kemudian diserahkan kepada Aruni. "Kelihatan, ya?" tanyanya.

 "Orang bego yang nggak bisa menyadarinya," jawab Aruni seraya menyerahkan kembalian kepada Edvard. "Terima kasih dan selamat datang kembali," katanya dengan nada ceria juga ramah.

 "Sejak tau di supermarket ini ada kasir cantik, gue udah netapin nih supermarket sebagai tempat langganan buat belanja." Edvard menyahut seraya sebelah matanya mengedip. Menggoda Aruni.

Aruni tidak menyahuti apa-apa. Dia hanya menggelengkan kepala sebagai tanggapan atas ucapan Edvard.

Sejak kejadian di gang tempo lalu, keduanya entah bagaimana bisa menjadi dekat. Terlebih, Edvard sering menemuinya secara terang-terangan di kampus. Entah itu menunggu Aruni keluar kelas, atau menghampiri Aruni yang sedang istirahat di kantin.

Aruni sendiri tidak mempermasalahkan sikap Edvard tersebut. Selama apa yang laki-laki itu lakukan tidak berlebihan dan mengganggu waktu keduanya, Aruni rasa tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Selain itu, Aruni juga merasa nyaman. Pada perhatian Edvard, tepatnya. Seperti saat ini.

 "Kayak anak kecil, deh." Tangan Edvard bergerak menghapus bekas es krim di sudut bibir Aruni. Sontak saja, rona merah memenuhi wajah Aruni. Netranya bergerak liar. Asal jangan sampai menatap manik laki-laki di depannya.

 "Gue bisa sendiri, Ed!" Bukannya menarik tangan kembali, Edvard malah mencubit gemas pipi Aruni.

 "Kamu tuh kalau lagi blushing imut tau, nggak?" Senyum Edvard merekah. Setiap berada di dekat Aruni, perasaannya selalu saja merasa senang. Dan entah sejak kapan, di mata Edvard Aruni bukan sekadar teman biasa. Gadis itu memiliki tahta lebih dari sebatas teman di hati Edvard.

Mungkin, virus merah jambu sudah menyebar di seluruh anggota tubuhnya. Hingga menyebabkan kelemahan pada organ hatinya, setiap berdekatan dengan gadis cantik bernama Aruni.

^^^^^

Up!!!

Di sini rindu, eh hujan maksudnya😄
Di tempat klean hujan juga, nggak?

See you soon

Kalimantan Barat, Rabu, 16 September 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro