Adelia Bertemu Ayahnya
Hari sudah larut malam, tetapi Adelia tak bangun juga. Selain itu, Erik juga tak sampai hati untuk membangunkannya.
"Mas, pacarnya bisa dibangunkan? Soalnya sebentar lagi mau tutup." Mendengar hal itu dari satpam, Erik mengangguk 'iya' sambil tersenyum kecil.
"Hmmm." Adelia nampak bangun. Entah apa yang membuatnya terjaga dari tidurnya. Dia mengangkat tinggi kedua tangannya dan menguap cukup lebar.
"Kamu sudah bangun?" Adelia menoleh. Sangat jelas kalau jasadnya ini belum 100% bangun. Matanya yang buka-tutup dan sesegera dia sadar kembali saat tubuhnya mulai bergetar sedikit.
"Ayo pulang." Adelia hanya mengangguk ditengah kantuknya. Kemudian Erik langsung memasang punggungnya didepan Adelia.
"Ayo, naik." Dalam pandangannya yang berada didepannya sekarang ini adalah Ayahnya. Dengan enteng, dia menaiki punggung Erik. Erik kemudian membuat satu tangan dan tangan lainnya bertemu di dadanya.
"Ayah, antar Adelia ke kamar, ya, Adelia ngantuk." Erik melihat keadaan sekitar, tetapi tak ada orang yang seumuran dengan ayahnya.
"Ngehayal nih orang." Erik tersenyum kecil, kemudian melanjutkan perjalanan mereka menuju tempat parkir motornya. Tak lama, dia meletakkan Adelia di motornya. Kemudian bergegas ke rumah Adelia.
***
Erik akhirnya sampai di depan rumah Adelia. Di sana, nampak seorang pria yang sudah berumur kepala lima, berumur sekitar 50 tahunan maksudnya.
"Adelia, bangun. Kita udah sampai." Adelia yang masih tertidur dibelakang Erik hanya mengelus lembut bahu Erik lembut.
"Ayah antar aja sampai kamar." Mendengar hal itu, orang yang berdiri di rumah itu langsung bergegas maju menuju motor Erik.
"Ini Adelia kamu ajak kemana? Mabuk-mabuk ya?" tebak orang itu. Nadanya seperti orang Jawa.
"Eh, gak, Pak! Dia tadi tertidur pas kita lagi main di pasar malam," jawab Erik santun.
"Elahdalah. Kok Non, diajak ke tempat gituan, Den?" tanya orang itu.
"Maaf, ya, Pak. Gak ijin-ijin dulu."
"Ya, pak De takut aja kalo bos besar tau, bisa marah dia." Orang itu hanya membuat pikiran Erik semakin kacau. Benar-benar kacau. Khayalan Erik tentang Ayah Adelia berubah menjadi seseorang yang akan membunuh siapapun bila mengganggu anaknya.
"Kalo gitu, aku permisi dulu, Pak." Erik menyalahkan motornya kembali, lalu langsung menancap gas pergi begitu saja.
"Kok buruh-buruh, ya? Elahdalah. Anak zaman sekarang." Pak De langsung menuntun Adelia ke kamarnya.
***
Pagi yang cerah, Adelia baru saja bangun karena sinar mentari menembus tabir rumahnya. Dia kembali menguap, dan mengangkat tinggi-tinggi tangannya. Emang itu kebiasaannya saat baru bangun dari tidur. Adelia mengamati sekitar, karena hal yang dia ingat adalah pasar malam. Setelah itu tak ingat apapun lagi.
"Bukannya terakhir aku lagi di pasar malam ya? Kok bisa tiba-tiba pindah ke kamar aku? Ih...." Adelia mengusap halus bulu kuduknya yang sedikit berdiri.
Tanpa pikir panjang, dia langsung membuka tabir kamarnya yang tertutup. Begitu dia membukanya, matanya sedikit silau dengan cahaya mentari yang begitu terang.
"Ah... padahal, gue gak minum alkohol apapun tadi malam. Kenapa bisa mata gue sampai sesakit ini ketika melihat matahari?" Adelia berdecak.
Tok... Tok... Tok...
Suara ketukan pintu dari luar. Adelia sudah tau siapa itu. Itu pasti pak De. Pak De memang sudah lama bekerja di rumah itu.
"Iya, sebentar pak De. Aku mau siap-siap." Adelia membuka lemarinya dan berniat mencari baju putihnya kemaren.
"Non, bajunya di sini, udah pak De cuci kan tadi malam. Kemaren kotor gara-gara Non main sampai larut malam."
Main sampai malam? Jadi kemaren dia main sampai malam? Kok bisa gak ingat? Ah... dasar Adelia pelupa.
"Oh iya, pak De. Tunggu ya." Adelia bergegas menuju pintu dan membukanya. Saat pintu terbuka, di sana pak De sedang memegang baju Adelia yang sudah bersih dan sekaligus wangi bunga Melati yang sangat harum.
"Hmmm." Adelia mencium bajunya yang begitu wangi. "Makasih ya, pak De. Maaf, kalo ngerepotin pak De," lanjut Adelia.
"Ah, gak apa-apa, Non. Ini bajunya, pak De mau kebawah sebentar." Adelia menerima bajunya. Pak De yang tadi sudah pergi beberapa langkah kembali lagi ke depan kamar Adelia.
"Oh iya, Non. Pak bos baru pulang tadi pagi. Dia nunggu Non dimeja makan." Mata Adelia membulat, dia seakan menunggu waktu ini selama bertahun-tahun.
"Ayah? Oke, oke. Aku siap-siap dulu." Adelia menutup pintunya kasar. Dia bergegas mandi, dan melakukan kegiatan lain, seperti menyikat gigi, memasang skincare nya yang sangat luar biasa itu. Tak lupa, dia memasang wewangian hampir di seluruh tubuhnya.
***
Adelia bergegas turun setelah semuanya rapih. Dia turun perlahan bagai sang Putri yang turun dari tangga emas yang berputar. Sayangnya, itu hanya khayalan.
"Ayah!!" panggil Adelia yang bergegas memeluk Ayahnya dari belakang.
"Iya, sayang?" Sang Ayah mengelus lembut tangan putrinya.
"Kapan Ayah pulang? Kok gak ngasih aku." Nada Adelia bagai anak kecil yang ngambek.
"Kalo Ayah kasih tau, berarti gak suprise dong." Ayahnya tersenyum kecil.
Kamal Adijaya adalah seorang pengusaha sukses. Bahkan perusahaannya adalah salah satu perusahaan terbesar di Indonesia. Jadi, tidak diragukan lagi kalau dia ini akan kaya sampai tujuh turunan.
Pria yang berpenampilan menawan meskipun umurnya sudah setua ini. Bahkan para gadis masih meliriknya. Bukan karena hartanya saja, tetapi tingkahnya yang tak kalah kerennya dengan anak remaja saat ini. Hal itu benar-benar meluluhkan hati wanita yang melihatnya.
"Ayah mau ngasih surprise? Apa itu?" Adelia nampak sangat penasaran. Sudah lama, Ayahnya ini tak memberinya kejutan.
"Pelayan!" Kamal menepuk tangan sebagai suatu kode. Dengan cepat, pelayan membawa sebuah kotak besar yang dibungkus kertas kado, dengan pita kupu-kupu diatasnya.
"Ayo buka!" Entah sejak kapan Adelia sudah berdiri didepan kado itu. Pelayan itu menggunting pita tersebut, dan perlahan kado besar itu terbuka. Didalam kado, tiba-tiba muncul orang yang berkata, "Suprise!!!" Dengan senyum indah diwajahnya.
Adelia terkejut? Iya. Dia sangat terkejut, terlebih lagi dia harus melihat orang yang selama ini tidak ingin dia lihat. Dia adalah Nathan Newman.
Anak dari partner bisnis Ayah Adelia. Sejujurnya, dia memang manis. Namun sikap 'fakboy' nya yang buat dia jadi pahit. Dia juga mantannya Adelia. Terakhir dia muncul saat Adelia kelas dua. Mungkin bertepatan dengan pindahnya Erik? Entah, tak ada yang tahu.
"Mau apa lagi lo kesini?" tanya Adelia kasar. Bahkan, wajahnya yang dari tadi manis bagaikan bidadari, berubah menjadi nenek sihir yang menyeramkan.
"Wah, sabar dong. Gak usah cemberut kek gitu, ah. Aku dah susah-susah loh, lama-lama di sana cuma buat ngasih surprise ke kamu."
"Gue gak butuh suprise dari lo." Adelia mengambil tasnya kemudian bergegas pergi dari ruangan itu. Di depan rumah, terlihat Erik yang dari tadi menunggunya untuk keluar.
"Kenapa?" Erik bertanya bingung. Tak biasanya wajah Adelia jadi cemberut seperti itu.
"Ayo, berangkat!" Adelia menuju motor Erik, kemudian memasang helm, dan duduk menyamping di jok belakang motor.
"Ah, iya." Erik juga menuju motornya, memasang helm, kemudian langsung menancap gas menuju sekolah.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro