Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Takdir

Hari itu hujan, hari dimana untuk pertama kalinya Yuto bertemu Yan an. Kondisi namja itu sangat menyedihkan. Dia terlihat berjongkok didekat tempat sampah, dan memakan daging sisa yang dibuang orang disana.

"Hey...itu kotor" tangan Yuto menahan pergelangan tangan Yan an yang bersiap menyuapkan sekerat daging kedalam mulutnya

Dengan tatapan polosnya, Yan an memandang Yuto. Kemudian segera menarik tangannya cepat dari namja itu.

"Jangan menyentuhku" ucapnya dengan suara bergetar

Yuto mengerutkan keningnya, tanda tak mengerti

"Kau akan sial, jika menyentuhku" jelasnya seraya bangkit

Namja yang beberapa senti lebih tinggi darinya itu nampak berbalik. Dan berjalan gontai menjauhi Yuto. Dengan tatapan bingung Yuto, Yan an terus menjauh. Hingga kemudian diapun jatuh terjerembab tak jauh dari tempat Yuto berdiri.

"Hey...." itu kata terakhir yang Yan an dengar dari Yuto, sebelum kesadarannya menghilang.

*

"Kau baik-baik saja?" Suara hangat itu menyapa telinga Yan an saat dia sadar

Sesaat Yan an mengerjapkan matanya, sebelum akhirnya menangkap penuh raut khawatir Yuto.

Segera setelah separuh kesadarannya hadir, Yan an menarik tubuhnya bangkit. Kemudian beringsut kebelakang menjauhi Yuto.

"Whae?" Yuto memandang bingung Yan an

"Dimana ini? Kenapa aku disini? Dan...apa yang kau lakukan didekatku?" Tiga pertanyaan beruntun Yan an berhasil membuat alis Yuto bertaut

"Aku harus menjawab yang mana?" Yuto balik bertanya

"Dimana? Kenapa? Atau apa?" Lanjutnya saat menyadari sang lawan bicara nampak tak mengerti

Yan an membisu, rasa pusing bersama kesadaran yang belum sepenuhnya kembali membuat namja itu hanya bisa terdiam.

"Aahhh....sebaiknya mulai dari ini saja" Yuto mengarahkan semangkuk bubur kedekat Yan an

"Kupikir kau pingsan karena kelaparan. Karena itulah aku membawamu ketempat ini, tempatku menginap" Yuto menjeda ucapannya sejenak

"Itu sudah menjawab 2 pertanyaanmu bukan?" Lanjutnya kemudian

Yan an tak membalas, dia masih memandang lurus Yuto

"Dan...untuk pertanyaan terakhir mu. Aku ada didekatmu karena kau sedang demam. Akan sangat keterlaluan membiarkan orang demam begitu saja tanpa mengobatinya bukan. Karena itu sekarang aku ada didekatmu" jelasnya pada Yan an

"Aku tak akan mati hanya karena demam, seharusnya kau tidak memperdulikanku" Yan an membalas dengan suara rendah

"Maksudmu...aku seharusnya membiarkanmu pingsan ditengah hujan begitu saja" Yuto menyimpulkan maksud dari kata-kata Yan an yang masih tertangkap telinganya

"Orang-orang akan melakukan itu dengan senang hati, dan tanpa beban" balas Yan an

Pandangan namja itu tertunduk kini, membuat Yuto semakin menatap lekat dirinya

"Jika orang-orang seperti itu, apa kau pikir aku akan seperti itu juga?" ucapan Yuto membuat Yan an mengarahkan kembali tatapannya pada namja itu

"Tapi sayangnya aku berbeda dari mereka, bahkan jauh berbeda" ucap Yuto penuh arti, namun Yan an tak menyadarinya

"Makanlah...setelah itu kau harus minum obat" Yuto kembali mendorong bubur mendekat pada Yan an

"Tidak usah...aku pergi saja" Yan an mencoba bangkit, namun berakhir dengan kembali terduduk karena tubuhnya yang masih lemah

"Kalau kau tidak suka denganku, aku akan pergi meninggalkanmu. Kau...hanya harus menghabiskan buburmu dan minumlah obatnya" Yuto bangkit dari duduknya

"Aku sudah menyediakan pakaian ganti untukmu. Karena pakaianmu, sudah sangat bau" Yuto mengarahkan telunjuknya kesudut ruangan

Pandangan Yan an mengarah sesaat kearah yang ditunjuk Yuto. Sebelum kemudian kembali menatap namja dihadapannya.

Tampak oleh Yan an namja itu sudah menyandang tasnya. Pertanda kalau dia akan pergi.

"Aku pergi" pamit Yuto

Tanpa menunggu jawaban Yan an, Yuto berlalu. Meninggalkan namja yang nantinya akan menjadi sahabatnya itu mematung sendirian.

"Bukan tidak suka, hanya saja...aku tak ingin kesialanku menyusahkanmu nantinya" bisik Yan an lemah, bahkan ditelinganya sendiri.

*

"DASAR SIAL!!!" Suara makian keras itu menghentikan langkah Yuto

Cepat dia menoleh, dan memicingkan matanya saat melihat sosok Yan an yang menunduk dihadapan seorang namja besar.

"Mau berapa banyak lagi barangku yang kau rusak namja sial" makian itu terus berlanjut, membuat beberapa pejalan kaki menjadikan mereka pusat perhatian

"Seharusnya aku mendengar kata-kata pendeta itu, untuk tidak menerimamu sebagai pekerjaku. Dasar Sial" tangan Yan an mengepal, karena ucapan sial yang terus didengarnya

Tak ada menyadari hal itu, selain Yuto yang masih terpaku ditempatnya

"Pergilah...kau tak perlu lagi bekerja denganku" usir namja itu seraya beranjak

"Apa aku tak bisa menerima gajiku bos?" Tangan Yan an menahan lengan namja itu saat tubuhnya akan meninggalkan Yan an

Hentakan kasar dirasa Yan an dijemarinya. Saat namja yang Yan an panggil bos menarik kasar lengannya.

"Gaji....kau minta gaji, setelah kau membuatku nyaris bangkrut dengan menghancurkan banyak barang kau masih menuntut gaji dariku" dengan berkacak pinggang namja itu berujar sinis

"Heyyy...namja sial, sudah untung aku tidak meminta ganti rugi padamu. Jadi jangan coba mengungkit gajimu. Karena kalau kau masih mengungkitnya, aku juga akan menuntutmu atas kerugianku. Apa kau paham" setelah mendorong pelan kening Yan an dengan telunjuknya, namja itupun berlalu

Tarikan nafas berat Yan an terdengar setelah sosok itu tak ada lagi dihadapannya. Sebelum kemudian dia melangkah gontai meninggalkan tempat itu.

Tanpa melihat sosok Yuto, Yan an melewati tubuh namja itu begitu saja. Membuat sepasang mata Yuto terus mengikuti pergerakan tubuhnya.

"Apa ini sebuah kebetulan?" Gumam Yuto pelan

Namja itu mematung sesaat seraya memandang pungung Yan an. Sebelum kemudian mengayun langkah mengikuti namja itu.

Yuto tak tahu kenapa, tapi...tiba-tiba namja itu merasa kakinya ditarik mendekat kearah Yan an. Tanpa sosok dihadapannya sadari, Yuto terus mengikuti gerakan kakinya yang nampak lemah.

*

Yan an masih ditempatnya, disebuah sudut pertokoan. Berbaring seraya memeluk lututnya. Bertarung dengan udara dingin, hanya dengan kemeja biru dan celana denim usang yang membungkus tubuhnya.

Bibir namja itu pucat, membuat Yuto melebarkan langkahnya guna menghampiri Yan an yang berbaring dengan mata terpejam.

"Jogiyo" Yuto menguncang pelan bahu Yan an membuat namja itu membuka matanya

"Kenapa kau tidur disini?" Pertanyaan itu segera meluncur dari bibir Yuto saat mata keduanya bertemu

Bukan menjawab, Yan an justru menarik tubuhnya bangkit. Dan menatap bingung sosok Yuto dihadapannya.

"Kau bisa sakit lagi jika kau tidur disini" ucap Yuto mengabaikan tatapan bingung Yan an

Masih tak ada balasan dari Yan an, selain tatapan lurusnya. Membuat Yuto segera mengulurkan tangan pada namja itu.

"Aku Yuto Adachi, kita pernah bertemu sebelumnya apa kau ingat?" Yuto coba mengingatkan

Yan an mengeleng pelan, membuat Yuto menarik nafas berat.

"Saat kau demam, aku membawamu ketempat kau menginap" terangnya membuat Yan an segera mengingat sosok Yuto

"Ah...kau orang itu" balas Yan an dengan ekspresi datar

"Ne...itu aku" Yuto menarik senyum tipisnya kini

"Apa kau datang untuk meminta bayaran dari bubur yang kumakan? Kalau memang seperti itu, aku belum bisa mengantinya. Tapi ini..." Yan an mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan menyerahkan pada Yuto

"Aku tidak memakannya, kau bisa mengambilnya kembali" plastik berisi obat kini sudah ada ditangan Yuto, menjadikan namja itu membulatkan matanya

"Ya...kau tidak meminum obatnya" Yuto menatap lekat Yan an

"Aku selalu bisa sembuh dengan cepat tanpa obat" jelas Yan an

Yuto terdiam karena itu, dengan tangan yang menggengam plastik obat yg diberikan Yan an padanya.

"Saat aku mendapatkan uang nanti, aku akan membayar bubur yang kau berikan. Dimana aku bisa mengantar uangmu, agar kau tidak datang mencariku" ucapan itu segera membuat Yuto mengerutkan keningnya

"Apa aku mengatakan kalau aku datang untuk meminta bayaran dari bubur yang kubawa untukmu?" Balasnya yang disambut gelengan Yan an

"Lalu kenapa kau bicara seperti itu?" Dengan menyangga siku diatas lututnya, Yuto semakin memandang lekat Yan an

"Karena kau mencariku" jawab Yan an polos

"Apa setiap orang yang datang mencarimu karena mereka ingin menagih pembayaran darimu? Apa kau ini memiliki banyak hutang?" Pertanyaan Yuto kembali disambut gelengan Yan an

"Lalu?" Yuto memandang lekat Yan an yg segera terbungkam

Namja itu tak bisa menjawab, membuatnya hanya bisa tenggelam dalam diam.

"Aku menemuimu bukan karena aku mau meminta bayaran darimu. Aku menemuimu karena..." Yuto tak melanjutkan kata-katanya, sebab merasa jika dia menjawab, dia ada disana karena penasaran. Itu akan terdengar sangat aneh.

"Apa kau sudah makan?" Akhirnya pertanyaan itu yg meluncur dari bibir Yuto, melanjutkan kalimatnya yang terputus.

Yan an membalas dengan memandang heran Yuto. Menjadikan namja keturunan Jepang itu sedikit salah tingkah. Kekakuanpun mengisi kebersamaan mereka setelah itu. Baik Yan an maupun Yuto tak ada yang berhasil membangun keakraban diantara dinginnya malam.

*

"Berhenti mengatakan dirimu sial....hyung" panggilan itu nyaris terlepas dari kalimat yang Yuto urai pada Yan an

Pasalnya Yuto baru tahu beberapa saat yang lalu, jika namja dihadapannya berusia lebih tua darinya. Semula Yuto ragu, namun sebuah tanda pengenal yang Yan an tunjukkan membuat Yuto percaya padanya.

"Tapi seperti itulah kenyataanya, aku...memang membawa sial" Yan an membalas ucapan Yuto

Dengusan kesal Yuto membalas itu, bersama jemarinya yang memijat tengkuk pelan.

"Tak ada orang yg ditakdirkan memiliki kesialan hyung" balas Yuto

"Aku ditakdirkan untuk memilikinya" sambut Yan an

"Hyung..."

"Semua yang ada didekatku selalu saja mendapati kesialan Adachi, dan itu karena aku. Karena aku sumber dari kesialan itu" Ucapan Yan an memutus kata-kata Yuto

Yuto terdiam, memandang Yan an yang menatap lemah kearahnya

"Omong kosong" Yuto tertawa hambar

"Kau mau bukti? Aku bisa membuktikannya" balas Yan an melihat Yuto yang tak mempercayai ucapannya

Yuto diam sesaat, sebelum kemudian mengangguk setuju. Kini keduanyapun melangkah bersama, untuk membuktikan kata-kata Yan an.

*

Seraya mengunyah ubi bakar ditangannya, Yuto menatap Yan an yang tercenung. Namja itu terlihat masih tenggelam dalam pemikirannya, karena nyaris seharian dia tak bisa membuktikan kesialannya pada Yuto.

"Benar kataku bukan, tak ada kesialan yang kau bawa hyung" Yuto berujar, setelah menghabiskan ubi bakar ditangannya

Yan an tak menjawab, dia masih setia dalam lamunannya beberapa waktu sebelum berujar.

"Ini aneh...benar-benar aneh" Nada suara Yan an terdengar lemah

"Apa maksudmu hyung?" Kening Yuto berkerut

"Ini tak pernah terjadi sebelumnya. Aku...tak pernah merasa setenang ini. Maksudku...biasanya, segala halnya membuatku khawatir. Bahkan saat aku sendiri. Karena aku tahu akan ada kesialan yang datang padaku. Tapi hari ini...tak ada yang terjadi. Bahkan saat aku dengan sengaja mencari kesialan itu" Yan an berujar panjang

"Itulah mungkin sebabnya kau merasa mendapatkan kesialan. Karena kau selalu khawatir terhadap hal-hal seperti itu. Sehingga...ketika kau tersandungpun, kau akan mengatakan kalau itu adalah sebuah kesialan" balas Yuto

"Ani...ani...kau tak mengerti Adachi, kesialan itu bukanlah hal kecil" Yan an mengerakan jari telunjuknya

Yuto menarik nafas berat, karena masih tak merasa kesialan Yan an benar adanya.

"Kau pasti jimat hidupku" ucap Yan an tiba-tiba membuat mata Yuto membulat

"Apa maksudmu hyung?" Yuto mencri tahu maksud Yan an

"Aku pernah membaca, bahwa...beberapa orang ditakdirkan menjadi jimat hidup bagi orang lain. Dan mungkin...kau adalah jimat hidupku, karena itu kesialanku menghilang saat didekatmu" urai Yan an bersemangat

"Jadi aku adalah jimatmu?" Balas Yuto melihat wajah semangat Yan an

"Kupikir begitu" balas Yan an

"Kalau aku adalah jimatmu, bukankah itu berarti aku harus selalu ada didekatmu" Yuto melipat tangannya didada

Yan an tak membalas, dia nampak diam menanggapi ucapan Yuto padanya.

"Tapi sayangnya aku tak bisa ada didekatmu hyung. Karena aku tidak ditakdirkan untuk berada disatu tempat dalam waktu yg lama" melihat Yan an yang bungkam, Yuto kembali berujar

"Whae?" Tanya Yan an

"Karena...menyebalkan melihat makhluk yang sama dalam waktu panjang. Karena itu aku benci diam disatu tempat dalam waktu lama" Yuto beralasan

"Makhluk?" Yan an sedikit bingung dengan kata itu

"Aku bisa melihat sesuatu yg tidak bisa orang lain lihat" terang Yuto membuat Yan an seketika bergidik

"Jinca?" Suara namja itu bergetar

"Eoh...jincayo" sambut Yuto

Yan an melihat sekelilingnya, sebelum kemudian kembali memandang Yuto.

"Isoyo...tepat disisimu" Seolah tahu maksud tatapan Yan an, Yuto berujar

Yan an segera bergerak kesisi Yuto, membuat namja itu tersenyum lebar.

"Dia bukan makhluk penganggu, dia diam disana hanya karena ada urusan yang belum dia selesaikan" jelas Yuto

Yan an tak memberi tanggapan. Rasa takut membuatnya hanya bisa diam.

"Sudah malam, kita harus mencari tempat menginap" ujaran Yuto membuat Yan an menoleh padanya

"Kau tak bermaksud bermalam dilorong sempit itu lagi bukan?" Tanya Yuto memastikan tempat Yan an akan bermalam hari itu

"Tak ada tempat untukku, jadi..."

"Kalau begitu kau bisa ikut denganku" potong Yuto

"Ne?" Yan an memandang heran Yuto

"Kau tidak punya tujuan bukan, aku juga. Jadi...ayo lakukan perjalanan bersama" ajak Yuto

"Apa boleh seperti itu?" Yan an nampak ragu

"Kenapa tidak boleh?" Yuto balik bertanya

"Karena..."

"Aku jimat hidupmu hyung, kesialan yg kau katakan tak berlaku untukku" Yuto memutus kata-kata Yan an

Yan an diam sesaat, sebelum kemudian tersenyum. Dengan gerakan pelan diapun mengangguk, menyetujui ide Yuto.

Tepat disaat itu, keduanyapun menjadi teman seperjalanan. Teman seperjalanan yg dipersatukan oleh takdir, yg membuat mereka selalu bersama.

*
TBC

Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement

🌻Haebaragi🌻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro