Pertarungan
Rasa panas itu masih menyiksa tubuh Yan an. Bersama dengan sosok mengerikan yg hadir dihadapannya. Yan an bahkan terus berusaha menghindari tatapannya bertemu dengan sosok dihadapannya. Seraya mencoba untuk membebaskan dirinya sendiri.
"Kumohon biarkan aku pergi" dengan suara lirih Yan an berujar.
Namun bukan balasan yg dia dapatkan, melainkan tawa mengerikan dari makhluk dihadapannya. Seketika ketakutan semakin menguasai hati Yan an.
"Berhenti bertahan...dan menyerahlah" Yan an merasakan cekikan keran dilehernya
Namja itu segera mengerang kuat. Karena rasa sakit yg diterima.
"Berikan tubuh ini padaku, dan kembalilah ke asalmu" cengkraman tangan makhluk itu semakin menguat dileher Yan an, membuatnya terus mengumamkan nama yg sama diantara rasa sakitnya
"Adachiii" Yan an hanya bisa berbisik dalam hatinya, sebab rasa sakit seolah menelan seluruh suara namja itu.
Yuto menghentikan ayunan langkahnya tiba2. Membuat sang pendeta yg semula melangkah tenang disisi namja itu, ikut melakukan hal yg sama.
"Ada apa?" Tanya sang pendeta
"Aku seperti mendengar suara An hyung" jawab Yuto
"Benarkah?" Anggukan Yuto membalas itu "mungkin dia dalam bahaya, karena itu..." kata2 sang pendeta terputus, karena tiba2 Yuto meremat kuat dadanya
"Whae?" Nyaris saja tubuh Yuto ambruk, namun sang pendeta sigap menahan tubuhnya
"Sakiiit" Yuto mengerang
Namja itu terjatuh ketanah, dan mengeliat karena kesakitan.
"Adachi..." sang pendeta coba menahan tubuh Yuto, namun tenaganya tak cukup kuat
Dengan mudah Yuto mendorong tubuh namja itu. Membuatnya jatuh terduduk tak jauh dari Yuto.
"Dia dalam bahaya...makhluk itu, coba mencelakainya" gunam sang pendeta.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Suara geraman keras membuat Yuto membuka matanya. Dan seketika netranya membulat melihat sosok Yan an yg mengerikan. Namja itu terlihat memgeram pada sosok lain dihadapannya, yg terhalang gelap hingga Yuto tak mampu melihatnya.
"Hyung....hyung..." Yuto berusaha berteriak, namun suaranya begitu saja lenyap
Raut khawatir terlukis jelas diwajahnya kala itu. Bersama rasa sakit yg merambati tenggorokannya.
"Hyung..." suara Yuto masih tak terdengar, seolah ditelan gelap yg mengelilingi tubuhnya dan Yan an
Geraman keras Yan an satu2nya yg mendominasi ditempat itu. Selain warna hitam yg menghalangi penglihatan Yuto.
"Hyung..." dengan nafas tersegal, akhirnya Yuto mampu mengeluarkan suaranya
Tak ada sambutan, Yan an masih menatap lurus pada gelap dihadapannya
"Mati saja kau!!" Suara yg bersumber dari kegelapan terdengar diantara geraman Yan an, membuat mata Yuto membulat
"HYUNG!!!" pekiknya kuat bersama mata yg terbuka lebar
"Kau baik2 saja?" Raut cemas sang pendeta tertangkap mata Yuto
Segera dia menarik tubuhnya, menatap sang pendeta yg duduk tenang disisinya.
"An hyung dalam bahaya, An hyung sedang dalam bahaya" dengan nafas terengah, Yuto berujar
"Aku tahu" balas sang pendeta
"Kita harus menyelamatkannya" tukas Yuto membalas itu
"Tidak bisa, dia menutup akses kesana" jawab pendeta itu
"Maksud anda?" Alis Yuto bertaut
Sang pendeta menarik nafas berat, sebelum kemudian berujar "satu diantara mereka, menutup tempat itu. Untuk tujuan apa, aku tidak tahu. Yg pasti...kita tak bisa kesana" terangnya
"Ahjussi" Yuto menatap lemah pendeta itu
"Aku tahu kau cemas, tapi kita tak bisa melakukan apapun saat ini" jemari sang pendeta, mengusap bahu Yuto
"Lalu kapan kita bisa melakukan sesuatu untuk An hyung?"
"Entahlah...aku juga tak yakin" suara lemah itu membuat tubuh Yuto terasa kehilangan tenaga
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Wajah ramah Yan an dihiasi urat2 besar yg seolah akan merobek kulitnya. Matanya yg hangat, berubah mengerikan karena sinar merah yg dikeluarkan. Kuku panjang dan taring besar menambah kesan mengerikan pada Yan an. Namun hal tersebut tak sedikitpun membuat sosok dihadapannya takut.
"Mau mencoba melawan ternyata" seringai tergambar diwajah sosok itu
Yan an mengeram khas hewan liar. Dibalas tawa mengerikan sosok tanpa tubuh dihadapannya. Mengandalkan jasad yg dipinjamnya, sosok itu coba membuat Yan an menyerah. Akan tetapi Nian yg bertahab ditubuhnya masih coba bertahan.
"Kau bahkan tak lebih kuat dariku bodoh!!" Dengan mudah sosok itu membuat tubuh Yan an terpental jauh
Kembali erangan keras Yan an terdengar. Bersama tubuhnya yg mencoba bangkit setelah tersungkur.
"Pergi jauh tinggalkan raga itu, karena dia...milikku" kembali tubuh Yan an menerima serangan, kali ini lebih keras dari sebelumnya
"ARRGGHHHHHH" bagai suara guntur, erangan itu mengema disambut tawa keras sosok mengerikan yg berusaha merebut raga Yan an
"Bertahan adalah hal yg sia2, jadi berhenti melakukannya" dada Yan an dipijak keras oleh sosok itu, menjadikan erangan semakin kuat terurai dari mulutnya
"Musnah saja kau" baru saja sosok itu mengangkat tinggi kakinya untuk menghancurkan Nian dalam satu injakan kuat. Yan an yg dikuasai Nian membuat perlawanan.
Kuku tajamnya menancap keras dikaki sosok itu. Membuat erangan keluar dari bibirnya yg sejak tadi terus memperlihatkan seringai menakutkan.
"Makhluk sial" merasa marah, sosok itu menendang keras ulu hati Yan an
Darah segar mengalir dari celah bibir Yan an. Bersama tubuhnya yg terdorong menjauh.
"Ku musnahkan kau sekarang juga" dalam satu gerakan singkat, sosok tersebut sudah ada disisi Yan an. Kembali berusaha melenyapkan Nian dari tubuhnya. Akan tetapi Nian terus melakukan perlawanan, hingga kemudian.....
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Aroma khas kayu terbakar adalah hal pertama yg penciuman Yuto dapati saat langkahnya mulai mendekati sebuah hutan bersama sang pendeta. Hawa panas sisa kebakaran masih mereka rasakan dari jarak 10 meter dari hutan tersebut.
"Anda yakin dia didalam?" Tanya Yuto bersama langkahnya yg terhenti
"Aku kira dia didalam. Karena...hutan ini terbakar beberapa hari yg lalu. Dan itu pertanda kalau dia sedang mencoba melepas kekuatannya. Dia menggunakan kekuatan api, dan Nian ditubuh chinggumu memiliki kekuatan api. Dan kupikir...itulah penyebab hutan ini terbakar" uraian panjang sang pendeta, membuat Yuto menatap lurus kedalam hutan
"Tapi...bisa saja hutan ini sengaja dibakar oleh penduduk bukan" ucapan Yuto dibalas gelengan pelan Sang pendeta
"Hutan ini cukup lembab, untuk membakarnya tidaklah mudah. Terlebih...dia berada didekat sungai" penjelasan pendeta itu menjadikan Yuto menatap kesekitarnya
"Dan juga....hanya sebagian kecil hutan yg terbakar, tidak keseluruhan" Yuto tak mampu membalas lagi. Penjelasan pendeta itu membuatnya membisu
Kembali Yuto menatap lurus. Memperhatikan bagian hutan yg terbakar.
"Udara sisa kebakaran masih panas, apa mungkin mereka ada didalam?" Ada sedikit keraguan dihati Yuto melihat kondisi hutan itu
Pendeta itu menoleh pada Yuto, membuat namja itu melakukan hal yg sama
"Ada apa?" Mendapati tatapan pendeta yg seolah penuh arti, menjadikan Yuto bingung
"Kalian saling terhubung bukan. Jadi kupikir, dengan menggunakan kekuatanmu kita bisa coba mengetahui keberadaan mereka" terang namja itu
"Aku tak yakin aku bisa" Yuto berujar ragu
"Hanya coba berkonstrasi pada aura Nian yg ditangkap oleh tubuhmu. Dan coba cari tahu dimana dia" urai sang pendeta
Yuto membisu sejenak karena berpikir. Sebelum kemudian coba melakukan apa yg dikatakan sang pendeta.
Mencoba memusatkan pikirannya, Yuto berusaha menyatukan aura yg menghubungkan mereka. Hingga kemudian mendapati hal yg membuat matanya yg sempat terpejam, membulat penuh seketika.
"Tidak mungkin...."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro