Bangunan Menangis
Bahkan orang yang paling berani sekalipun, menghilang disana. Disebuah rumah yang ada diujung jalan desa Kungnak.
Sejak saat itu tak ada yang berani datang kerumah tersebut. Bahkan untuk mendekatinya sekalipun.
Akan tetapi, bila kau memiliki keberanian yang luar biasa, mungkin kau bisa coba mengunjunginya.
*
"Kau namja bernama Adachi itu bukan." Seorang namja bernama Kang Joon terus mengikuti langkah Yuto.
Bersama Yan an, Yuto terus melangkah. Mengabaikan namja yang masih berusaha mengikutinya.
"Aku benar bukan? Kau Adachi kan?" Namja itu coba memastikan.
Yuto nampak menghentikan langkahnya kini, begitupun dengan Yan an. Nampak oleh Yan an pandangan Yuto yang mengarah pada Kang Joon. Membuatnya melakukan hal yang sama.
"Ne...aku Adachi." Balas Yuto segera karena merasa bosan terus diikuti namja asing tersebut.
Kang Joon cepat berlutut dihadapan Yuto mendapati balasan tersebut. Membuat Yan an dan Yuto terkejut mendapatinya.
"Mwoya? Apa yang kau lakukan?" Yuto coba menarik namja itu bangkit.
"Bantu aku, kumohon." Namja itu masih tetap diposisinya seraya mengatupkan tangan.
"Bangunlah...jangan seperti ini." Yuto mengabaikan permintaan namja itu.
"Jebal bantu aku." Namja itu masih berkeras ada diposisinya.
Yuto memandang Yan an, yang nampak mengendikan bahunya pelan. Kemudin segera mengarahkan pandangan kembali pada Kang Joon.
"Bangunlah...aku tak mau membantumu jika kau terus seperti ini." Ucap Yuto
Kang Joon memandang Yuto, yang sudah lebih dulu menatapnya.
"Jebal...bangunlah." Pinta Yuto.
Dengan gerakan lambat Kang Joon bangkit. Dan menatap lurus Yuto yang terlihat menarik nafas berat.
"Siapa yang memberitahumu tentangku?" Yuto cepat mencari tahu.
"Gyumin...Gyumin yang memberitahuku tentangmu" jawab Kang Joon cepat.
"Gyumin?" Ulang Yuto
"Ne..Gyumin, namja yang bermasalah ditangga ke 11 itu." Kang Joon menjelaskan
Yuto segera paham, walau tak benar-benar mengingat wajah namja tersebut.
"Lalu bagaimana kau tahu orang itu aku?" Yuto kembali bertanya
"Aku tak sengaja mendengar chinggumu ini memanggilmu, karena itu aku segera menebak orang yang diceritakan Gyumin adalah kau" jawab Kang Joon
Yuto nampak paham, terlihat dari ekspresi wajah yang diperlihatkan-nya.
"Lalu...apa yang bisa kubantu?" Tanya Yuto pada Kang Joon.
*
Yan an menahan langkahnya, membuat Yuto yang sejak tadi melangkah disisinya. Segera melakukan hal yang sama dengan namja itu.
"Kalian pergilah, aku akan menunggu disini." Ujung telunjuk Yan an mengarah pada tanah tempatnya berpijak.
Yuto menatap kang Joon sesaat, kemudian kembali memandang Yan an.
"Dia juga bisa mendatangimu disini hyung." Yuto mencoba membuat Yan an takut dan ikut denganya.
"Setidaknya aku bisa lari, daripada harus terperangkap dirumah itu." Balas Yan an.
"Hyung" ucap Yuto
Yan an tak menyahut, dia memilih membuang pandanganya dari Yuto. Menjadikan sang sahabat hanya bisa menghela nafas berat.
"Araso...kalau kau mulai takut sendiri, kau bisa berlari ketempatku" pesan Yuto
"Tidak terimakasih, aku tak akan lebih memilih berlari kehutan dari pada...." suara salakan anjing segera mengejutkan Yan an
"FASHI!!!" ujarnya seraya berlari mendekati Yuto.
Yan an sudah melingkarkan tangannya dilengan Yuto, yang terlihat memandang lekat namja itu kini.
"Sepertinya hutan tempat paling aman untukmu hyung" ucap Yuto memalingkan pandangan Yan an padanya.
Yan an tak membalas, namja itu terlihat semakin menpererat tanganya yang masih melingkar dilengan Yuto.
"Jadi..."
"Kajja" Yan an menarik Yuto beranjak
Keduanya kembali melangkah kini, diikut oleh Kang Joon. Ketiganya terus berjalan beriringan, hingga tiba ditempat yg Kang Joon maksud.
"Yyyyoooogi...yoogi" tunjuk Kang Joon dengan suara bergetar
Yuto menatap lurus bangunan tua yang Kang Joon maksud begitupun dengan Yan an.
"Adachi..bangunan ini benar-benar mengerikan. Sebaiknya kita tidak memperdulikan permintaan namja itu, dan pergi dari sini" bisik Yan an ditelinga Yuto.
Yuto melirik sesaat pada Kang Joon, sebelum kemudian mengarahkan pandangan pada Yan an.
"Hyung...seorang namja sejati itu, adalah namja yang tak pernah mengingkari janjinya" Yuto berujar dengan suara rendah yang sama dengan Yan an.
"Tapi...." kata-kata Yan an terhenti karena suara yg tertangkap telinganya.
Segera namja itu mengarahkan pandangan pada bangunan dihadapannya. Bergitupun dengan Yuto dan Kang Joon. Karena merasa sumber suara terdengar dari sana.
Seperti yang diceritakan Kang Joon sebelumnya, saat mereka belum tiba disini. Namja itu mengatakan, seorang sahabatnya hilang dibangunan menangis itu. Setelah mencoba masuk setelah mendengar suara tangis yg saat ini mereka dengar.
Suara menangis yang terdengar meraung keras. Membuat orang yang mendenganya, seketika bergidik ketakutan.
Kang Jon sudah gemetar, namun Yuto nampak bersikap biasa. Dengan pandangan mata yg terus mengarah pada rumah itu. Yuto berusaha mencari sumber suara.
"Dilantai dua...ada yang mengintip" ucap Yan an tiba-tiba, membuat fokus pandangan Yuto mengarah pada tempat yang Yan an maksud.
Benar Yuto melihat sosok yang mengintip, diantara daun jendela yang sedikit terbuka.
"Aaaaaaaaa" Kang Joon berteriak histeris karena melihat hal yang sama
Merasa ketakutan, namja itupun berlari meninggalkan Yuto dan Yan an disana.
"Hyung" panggil Yuto pada Yan an melihat namja itu terus menatap sosok yang masih mengintip ditempat yg sama.
Yuto merasa bingung kini, karena Yan an bersikap sedikit diluar kebiasaannya.
"Hyung" Yuto nampak menyentuh bahu Yan an kini, membuat namja itu menoleh.
"Adachi..."
*
Yuto mandang lekat Yan an, yang duduk dihadapannya. Namja itu terlihat menikmati diamnya, bersama tatapan lurus Yuto.
"Apa kau yakin hyung?" Tanya Yuto untuk memastikan hal yang Yan an urai padanya.
"Ne" Yan an mengangguk
"Bagaimana kau bisa yakin?" Alis Yuto bertaut
"Karena aku melihatnya, karena itu aku yakin" jawab Yan an
"Tapi bukankah namja itu juga melihatnya?" Yuto menyilangkan tangannya didada.
"Itu berbeda Adachi" sambut Yan an
"Apa maksudmu hyung?" Yuto bingung
Yan an tak segera membalas, kembali namja itu diam seperti yang dilakukannya sesaat lalu. Sebelum kemudian mengurai maksudnya pada Yuto.
"Aku tak pernah melihatnya, aku tak pernah melihat makhluk-makhluk itu. Sebelum bersama denganmu, aku mungkin ditakdirkan terus mengalami kesialan. Tapi...kesialanku itu tak membuatku melihat mereka" jelas Yan an
"Mungkin...arwah kali ini berbeda hyung. Mungkin saja karena beberapa hal, jadi kau bisa..."
"Ani...aku yakin sosok itu bukanlah arwah" bantah Yan an cepat, guna menegaskan apa yg namja itu pikirkan.
"Hyung" Yuto berujar pelan
"Dia bukan arwah, sosok itu...bukanlah arwah" lanjut Yan an yang terlihat tercenung kini.
"Aku yakin itu" lanjut Yan an dengan suara rendah.
*
Yan an baru kembali dari membeli makanan tak jauh dari tempatnya menginap. Ketika beberapa warga Kungnak terlihat berlari kencang, seperti menghindari sesuatu.
Segera Yan an pun menghentikan langkahnya. Dan memandang satu persatu orang yg melewarinya.
"Ahjussi" Yan an berhasil menahan seorang namja paruh baya.
Namja itu menghentikan langkahnya, dengan wajah gusar.
"Ada apa?" Yan an mencari tahu
"Pintu rumah itu terbuka...pintu rumah itu terbuka.." hanya kalimat itu yang namja tersebut ucapkan, sebelum kemudian berlari meninggalkan Yan an.
"Pintu rumah?" Ulang Yan an dengan wajah bingung
Belum Yan an mendapat jawaban, suara pintu rumah dibanting kuat mengagetkannya. Segera Yan an menatap asal suara. Dan melihat bagaimana orang-orang disekeliling-nya menutup pintu rumah dan juga jendela dengan wajah takut.
"Ada apa ini?" Gumam Yan an
Namja itu mengedarkan pandanganya, bersama tanda tanya yang menyerang hatinya.
"Pintu rumah" diantara tanda tanya yang menari dikepala Yan an, kalimat itu mengusiknya.
Segera arah pikiran Yan an tertuju pada bangunan menangis yang dilihatnya bersama Yuto. Menjadikan namja iti seketika penasaran dengan intuisinya.
"Ani...tapi mungkin saja Adachi benar, kalau dia makhluk yang berbeda" Yan an menahan langkahnya, dengan ucapan sendiri.
Mata namja itu mengarah keujung jalan yang gelap, dimana bangunan tersebut berasal.
"Tapi..." Yan an tak meneruskan kata-katanya
Namja itu mematung memandang gelap dihadapannya, yang biasanya akan memancing rasa takut dihati namja itu. Akan tetapi entah mengapa, malam itu perasaan takut tak mendiami hati Yan an. Membuatnya beranjak dengan langkah pelan menuju bangunan menangis diujung jalan gelap yang ada dihadapannya.
*
"Jadi chinggumu tidak kembali sejak semalam?" Mata Kang Joon membulat, saat Yuto mengabari bahwa dia kehilangan sosok Yan an.
"Ne" balas Yuto lemah
"Apa dia tak memberi kabar padamu sebelum pergi?" Tanya Kang Joon mencari tahu
"Dia hanya mengatakan akan keluar sebentar mencari makanan. Setelah itu aku tak melihat dia lagi. Karena aku segera tidur dikamar, dan tidak menunggunya pulang" jelas Yuto
Kang Joon terdiam mendengar itu, begitupun Yuto.
"Apa mungkin dia sudah meninggalkan desa ini?" Tukas Kang Joon yg dibalas gelengan Yuto
"Dia tidak akan pergi kemanapun, jika tidak bersamaku" sambut Yuto
"Tapi kemarin dia terlihat ketakutan, mungkin saja dia pergi meningalkan desa tanpa memberitahumu bukan" ujar Kang Joon
"An hyung memang seorang penakut, tapi dia bukan orang yang akan pergi begitu saja meninggalkanku. Dia akan memilih tak sadarkan diri karena ketakutan bersamaku. Daripada hidup tidak berusan dengan makhluk yang dibencinya tanpa aku" balas Yuto membanggakan sosok Yan an
"Orang bisa berubah Adachi, kupikir chinggumu itu juga begitu" ujar Kang Joon
"Ne...kau benar, orang memang mungkin berubah. Tapi tidak dengan An hyung. Walau dia penakut, dan membenci makhluk-makhluk yang tidak bisa dilihatnya. Namja itu tak akan pernah berubah. Dia tak akan pernah meninggalkanku begitu saja" Yuto berujar yakin
"Kalau memang seperti itu, kenapa dia menghilang sekarang?" Alis Kang joon bertaut
"Itu yang ingin kutahu, kenapa An hyung menghilang. Dan kemana dia menghilang" Yuto nampak tercenung
*
Tangan Yuto mengepal keras mendengar apa yang baru saja yeoja dihadapannya ucapkan. Nyaris saja Yuto menampar keras yeoja itu, karena informasi yg diberikannya.
Dari apa yg yeoja itu urai, Yuto mulai mengetahui dimana Yan an berada kini.
"Setidaknya kau berteriak padanya, dan meminta An hyung untuk tidak kesana" disela rasa marahnya, Yuto coba terlihat tetap tenang
"Dan membiarkan keberadaanku diketahui penghuni rumah itu, yang benar saja" yeoja itu membalas dengan sikap yg datar
"Ne?" Jemari Yuto semakin keras menggepal
"Lagipula apa untungnya bagiku membantu orang asing" lanjut yeoja itu tanpa mengubah nada bicaranya
Yuto semakin kesal mendengar itu. Membuatnya mengarahkan langkah mendekati yeoja itu, untuk melayangkan pukulan ke wajahnya. Akan tetapi gerakan kakinya segera tertahan. Karena sosok Kang Joon cepat menahan tubuh Yuto.
"Andweyo" ucapnya dengan suara rendah yang hanya bisa tertangkap telinga Yuto.
Yuto memandang Kang Joon sesaat, kemudian nampak mendengus kesal.
"Gamsahamnida agassi, atas informasimu" ucap Kang Joon, kemudian segera menarik tubuh Yuto menjauh dari sana.
Yuto beranjak bersama Kang Joon dengan gerakan kaki setengah diseret. Dan akhirnya menghentikan langkah mereka jauh dari keberadaan yeoja yang menghadirkan kesal dihati Yuto.
"Bagaimana bisa dia begitu keterlaluan seperti itu?" Yuto mengurai kesalnya
"Hampir semua orang didesa ini memiliki sikap yang sama. Dia hanya salah satunya dari puluhan warga yang ada disini" balas Kang Joon
"Mereka semua bersikap seperti itu?" Yuto nampak terkejut
"Ne..seperti itulah mereka, selama mereka tidak mendapatkan masalah. Maka mereka tak akan perduli dengan orang lain. Bagi mereka...yang terpenting adalah diri masing-masing" terang Kang Joon
Yuto menarik nafas berat mendengar itu. Sementara Kang Joon memandang Yuto yang masih memperlihatkan kekesalannya.
"Mereka benar-benar egois, bagaimana bisa mereka mengabaikan orang lain begitu mudah. Disaat mereka bisa mencoba untuk membantu" Yuto berujar rendah
"Bagi mereka membantu orang lain adalah hal yang paling sulit. Terlebih...jika dengan membantu orang itu mereka akan mendapati kesusahan. Karena alasan inilah aku terpaksa mencari kalian. Karena...tak ada satupun yg mau menolongku, walau aku sudah mengemis sekalipun" ungkap Kang joon
Yuto membisu mendengar kenyataan itu. Membuat Kang Joon melakukan hal yg sama. Untuk beberapa saat tak ada yg berujar diantara keduanya. Menjadikan Kang Joon yg bingung harus melakukan apa, akhirnya buka suara.
"Jadi bagaimana sekarang?" Tanya Kang Joon
Yuto menoleh pada Kang joon yang sudah memandangnya lurus
"Tentu saja mencari An hyung disana" jawab Yuto segera
" ne? Kita akan mencarinya kerumah itu?" Kang Joon nampak membulatkan matanya
"Aku tak akan mengajakmu kesana. Aku akan pergi sendiri" ujar Yuto melihat ekspresi Kang Joon saat itu
Kang Joon menarik nafas lega sesaat, namun masih memasang wajah khawatir.
"Tapi kau bisa saja tak kembali nanti" ucapnya kemudian pada Yuto.
"Memangnya kenapa kalau aku tak kembali? Bukankah tak ada yang perduli juga?" Yuto terdengar sinis
Kang Joon diam menghadapi sikap yang dipasang Yuto.
"Tak ada yg berubah dikehidupan orang-orang itu, kalaupun aku tak kembali. Jadi tak ada yang harus kau khawatirkan" lanjut Yuto kemudian
"Tapi...aku akan merasa bersalah, jika kau tidak kembali. Karena jika bukan karena kuminta, kau dan chinggumu tidak akan datang kemari" Kang Joon berujar lemah
"Kau tak perlu merasa bersalah padaku, ataupun An hyung. Karena walaupun kau yang meminta kami datang, tetap kamilah yang memutuskan ikut. Karena itu, jangan membebani hatimu. Jika memang nanti aku ataupun An hyung tak kembali dari rumah itu" Yuto menyentuh bahu Kang Joon
Kang Joon menatap lurus Yuto, sebelum kemudian menunduk dalam dan menangis.
"Kang Joon-ssi....kenapa kau menangis?" Yuto memandang heran namja itu
"Karena kau begitu baik" jawab Kang Joon diantara isaknya
"Semua orang menyerah, semua orang merutukku setiap kali aku meminta mereka masuk kesana. Tapi kau...kau justru berusaha untuk menolongku. Dan sekarang...aku bahkan tak bisa membantu apapun karena rasa takutku, disaat kau mengalami hal yg sama denganku. Yaitu kehilangan sahabatmu disana" urai Kang Joon dengan isak yg semakin jelas terdengar
Yuto tak memberi balasan, namja itu hanya diam seraya mengusap bahu Kang Joon.
"Kang Joon-ssi" panggil Yuto membuat Kang Joon mengarahkan pandangan padanya.
"Jika nanti...aku benar2 tidak kembali, kau...pergilah dari desa ini. Jangan tinggal disini untuk alasan apapun. Karena tempat ini, bukanlah tempat tinggal" Yuto berpesan
"Adachi..." Kang Joon menyentuh lengan Yuto
Yuto menarik senyumnya, kemudian nampak berbalik meninggalkan Kang Joon yang hanya bisa mematung.
*
TBC
Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement
🌻Haebaragi🌻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro