Akashi Seijuuro
AkashixReader
--KerjaKelompok.
—-—
Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki
Story © saltyfluous
✿✿✿
Mata [eyescolour] miliknya menerawang langit yang terbentang luas melalui jendela kelas. Berkali-kali helaan napas terdengar darinya. Netranya bergulir mengikuti pergerakan burung burung yang terbang dengan bebas.
"Ah, aku ingin terbang." gumamam kecil keluar dari bibirnya. Gadis itu kembali duduk tegak dan kembali memperhatikan sang guru yang menyebutkan pasangan sekelompok.
Cukup bosan dirasa, karena namanya belum disebutkan. Lagi, helaan napas pun keluar. [name]
melihat sekeliling kelas, murid-murid serius mendengarkan guru, ckck, tipikal murid teladan.
Pandangan gadis itu berhenti tepat diseorang pemuda bersurai merah, dan kebetulan atau apa, pemuda itu juga menoleh, dan mempertemukan tatapan mereka. Wajah memerah, [name]
langsung membuang pandangan kedepan.
"Baiklah, yang keterakhir. [lastname]-san, Akane-san, dan Akashi-san."
Awalnya, [name] tersenyum sumrigah saat mendengar namanya dan nama sahabat disebutkan, namun senyumnya luntur ketika nama pemuda merah itu disebutkan.
"Untuk tugasnya, tadi sudah sensei jelaskan, bukan? Jadi, ada yang ingin ditanyakan?" guru
bermata biru berucap.
[name] menghela, lalu mengangkat tangan kanannya. Guru mempersilakan [name] untuk
berbicara.
"Itu, sensei. Apakah... teman sekelompokku tidak bisa diganti?" tanya gadis itu pelan. Dan ya,
setelahnya ia merasa aura khas sahabatnya mulai mencekam. 'Gomen ne, Macchan, aku tidak
bermaksud....'
Guru berambut kuning itu tampak kebingungan, "Memangnya, kenapa mau mengganti teman
sekelompok? Kau tidak suka, bersama Akane-san dan Akashi-san?" guru itu menggeleng-geleng. "tapi, apapun alasanmu, sensei tidak bisa mengganti teman sekelompokmu, [lastname]-san,
maaf, ya." sambung guru itu.
[name] mengangguk lesu.
-—-
"Hei, Macchan! Kau ngambek?" Gadis dengan mahkota [haircolour] itu menoel-noel pipi gadis bermahkota hitam kecoklatan yang kini sibuk dengan light novel miliknya, tampak tidak acuh dengan [name].
"Ayolah, kenapa ngambek? Karena yang tadi?" tanya [name] lagi. Lalu, gadis itu memukul pelan
punggung Akane. "tenang saja, maksudku bukan kau, kok!"sambungnya.
Akane mendecak, bola matanya berotasi malas. "Aku tahu," Akane menutup light novel yang
sebelumnya dibacanya, "maksudmu itu Aka-sshi,' kan?" Akane tertawa sarkastis. "pasti karena
kau takut salah tingkah nanti." sambungnya.
Rona merah samar perlahan menjalar memenuhi wajah [name]. "E-Eh! B-bukan begitu! T-tapi iya,
sih. Tapi—aargh!" [name] mengacak rambutnya kasar.
Akane menatap sahabatnya datar. "Sudahlah, ayo kembali ke kelas."
[name] kembali mengangguk lesu.
—-—
Pelajaran terakhir, sebelum bel pulang berbunyi nyaring. Pelajaran terakhir hari ini, [favourite
lesson]. Ah, [name] terjebak dalam sebuah dilema. Ingin cepat pulang, agar dapat lebih lama
bersama Akashi, tetapi tidak ingin cepat pulang karena pelajaran kesukaannya.
"Uh... pilihan yang menyusahkan." Dirinya bergumam, sambil menulis setiap rinci penjelasan
sang guru.
Sesekali, gadis itu melirik kearah Akashi. Sekali tatap rezeki, dua kali tatap dosa. Hayolo, [name]. Jantungnya olahraga tiba-tiba. Detak jantungnya meningkat, karena gugup. Matanya melirik
arloji, satu menit sebelum pulang. Sang guru pun sudah mengakhiri pelajaran, dan keluar dari
kelas setelah memberi salam.
Dan, bel berbunyi nyaring.
"Ayo, [name]-sshi." Ajak Akane, berdiri di sebelah meja milik gadis yang sedang gugup dan
cemas.
"Eh, iya. Ayo." [name] berdiri, dan kedua gadis itu keluar dari kelas, langsung pergi ke tempat
tujuan—gerbang.
[name] dan Akane berjalan berdampingan, dengan [name] yang tangannya tak bisa diam—sedari tadi memainkan semua jarinya. Akane yang melihatnya sendiri menatapnya bingung.
"Kenapa?"
[name] menatap Akane bingung. Gadis yang ditatap mendengus, "Kau, kenapa?" ulangnya
bertanya.
[name] menggeleng, "Tidak apa-apa. Hanya... sedikit gugup dan senang secara bersamaan."
Akane mengernyit, namun kembali menatap depan--tidak peduli, sebenarnya. Hening, tidak ada
pembicaraan setelahnya. Keduanya sampai di gerbang, dan mendapati Akashi yang berdiri--
seperti orang gila (g)--dengan melipat kedua tangannya.
[name] melambai, sedang Akane berfokus ke ponsel pintar miliknya, tampak mengetik sesuatu.
"Akashi-kun, sudah lama menunggu?" gadis itu bertanya basa-basi. Akashi menggeleng, "tidak
terlalu lama." [name] mengangguk-angguk.
Akane menatap kedua makhluk itu tak enak.
"Maaf, sepertinya aku tidak bisa ikut. Tapi, sisakan
saja untukku, dan kirim lewat file, nanti kukerjakan." ucap Akane tak enak, lalu pamit pergi.
"Jadi...,"
"Ayo pergi." Ucap Akashi final, lalu menarik lengan [name] untuk berjalan beriringan. Bola mata
[name] melebar, tidak kuat dengan kejutan luar biasa ini.
'Astaga....'
-—-
Keduanya berfokus pada tugas masing- masing. Akashi yang sibuk mengetik, dan [name] yang
berfokus pada coretan-coretan seperti cakar ayam yang ada didepannya.
Sekali lirik, belum puas. Dua kali lirik, ketahuan.
[name] melirik diam-diam Akashi yang kini mengenakan kacamata merah. Pertama tidak
ketahuan, tapi yang kedua, Akashi sudah bertopang wajah menatapnya.
[name] malu sendiri jadinya, kecyduk sama gebetan.
"Ada apa? Kau tidak mengerti?" Akashi bertanya.
[name] mengangguk kecil, netranya bergulir ke sembarang arah. "Iya...."
Akashi menghela napas, "Kenapa tidak bilang daritadi?" pemuda itu berpindah kesebelah
[name], lalu melihat apa yang telah dikerjakan oleh gadis itu.
[name] memerah. Jantungnya berdetak keras, seakan ingin keluar dari tempatnya. Dirinya
berharap, suara detak jantungnya tidak terdengar. Dengan baik, dirinya mendengarkan setiap
penjelasan Akashi.
"Sudah mengerti?" Akashi bertanya, yang dijawab anggukan singkat oleh gadis berambut [hair
colour] itu.
Akashi tersenyum tipis, "baguslah." ucapnya, lalu duduk kembali—tetap di sebelah [name]. Gadis
itu sendiri, jantungnya gagal normal kembali, telinganya sudah memerah.
'Gimana mau fokus? Astaga....'
Dengan gugup, [name] mengerjakan bagian miliknya, yang sebenarnya sudah diselesaikan oleh
pemuda bergunting itu. Tapi, si gadis terlalu bodoh untuk menyadarinya.
Akashi menopang wajah dengan tangannya, menilik [name] yang tampak fokus mengerjakan.
Walau pemuda itu tahu, sang gadis sering meliriknya diam-diam.
"A-Akashi-kun tidak lanjut mengerjakan?"
Akashi tersenyum tipis, "Tidak, aku sudah selesai daritadi." [name] lanjut menulis. "O-oh,
begitu."
'Bodohnya aku!'
"Kau tidak bodoh, kok."
[name] tersentak, spontan menoleh ke arah Akashi. "E-eh?! D-darimana Akashi-kun t-tahu?" [name] bertanya dengan nada keheranan.
"Itu tampak jelas di wajahmu, kau tahu."
"B-Bisa begitu, y-ya...?" [name] bergumam kecil, dengan jari telunjuk menggaruk pipinya--walau
tidak gatal.
Akashi bungkam. Tangannya bergerak mengelus pucuk kepala [name], dan mengelusnya pelan.
Akashi terkekeh kecil, "Tentu saja bisa."
Akashi menarik kembali tangannya. "Baiklah, bagaimana kalau istirahat sebentar? Kau tidak
lapar?" tanya Akashi, sambil berdiri.
[name] mengangguk. "B-Baiklah." [name] turut berdiri, lalu mengikuti langkah Akashi yang sudah
terlebih dahulu keluar.
Perlahan, senyum lebar mengembang di wajah gadis itu. Senang dirasa. Tangannya merogoh
saku, mengeluarkan ponsel pintar miliknya, dan mencari kontak sahabatnya.
"Moshi-moshi, Macchan,"
[Moshi-moshi. Ada apa?]
"Itu, terima kasih karena kau tidak jadi ikut kerja kelompok!"
[...seharusnya aku ikut saja tadi.]
"Eh, kenapa?"
[Biar kau tidak tersenyum seperti orang gila sekarang ini.]
[name] terkekeh kecil, "Jahat sekali. Kalau begitu, kututup dulu, ya? Bye." ucap [name]
mengakhiri panggilannya dengan Akane.
--—-—--
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro