Teman Lama
"Silahkan masuk !" dari dalam kelas terdengar suara bu guru mempersilahkan para anggota OSIS untuk masuk.
Kelas menjadi gaduh karena tiba-tiba ada beberapa anak OSIS masuk ke kelas. Kalau sudah ada anak OSIS masuk ke kelas, maka biasanya akan ada razia. Wajah beberapa siswa terlihat panik dengan adanya kejutan dari OSIS hari ini.
Para anak OSIS mengkondisikan masing-masing dari mereka untuk mencari barang yang akan dirazia hari ini yaitu rokok. Hal ini didasarkan dari adanya laporan beberapa siswa terlihat merokok di lingkungan sekolah. Sedangkan merokok di usia sekolah adalah hal yang ilegal.
Mata Jongho terbelalak lebar melihat sebuah bungkusan rokok yang diambil dari tas Yeosang. Yeosang juga tidak kalah kagetnya melihat kejadian itu. Ia menggelengkan kepalanya perlahan sambil melihat ke arah Jongho menyatakan kalau itu bukan miliknya.
Sembari mencari rokok, Jongho mengamati sekelilingnya, siapa tau menemukan orang yang mencurigakan. Dan matanya melihat dua orang laki-laki di pojokan cekikikan sambil melihat ke arah Yeosang. Ia curiga mereka yang memasukkan rokok itu ke tas Yeosang
Anak OSIS melanjutkan pencarian mereka dan akhirnya hanya menemukan rokok di tas Yeosang. Sebelum Yeosang digiring ke ruang BK, Jongho lebih dulu menghentikan anak OSIS.
"Sepertinya kita harus memastikan dengan benar disini siapa pelakunya," ucap Jongho
Empat anggota OSIS yang ada disana menatap Jongho bingung, "Tidak perlu, bukti ini sudah cukup,"
Jongho meraih tubuh Yeosang lalu mengarahkannya untuk membuka mulut, "coba kau cium bau mulutnya dan bajunya. Apakah tercium bau rokok ?"
Salah satu dari anggota OSIS mendekat melakukan apa yang diperintahkan Jongho. Dan benar saja, mereka hanya mencium aroma buah dari dalam mulut Yeosang. Sedangkan dari bajunya hanya tercium aroma sitrus.
"Aku bahkan tidak bisa mencium bau rokok," tambah Yeosang
"Lalu kenapa bisa ada bungkus rokok ini di tasmu kalau bukan kau yang membawanya?"
Yeosang menggelengkan kepalanya, "Itu bukan punyaku,"
"Sepertinya kita harus mencari orang yang benar-benar habis merokok," salah satu anggota OSIS memberikan saran.
"Aku setuju. Kita juga perlu mengendus pakaian mereka untuk memastikan ada yang merokok di kelas,"
Semua menyetujuinya dan kembali memasuki kelas untuk razia gelombang 2. Banyak siswa yang mengeluhkan betapa berlebihannya razia hari ini, sampai kelas mereka harus dua kali di periksa.
Jongho tanpa basa-basi langsung berjalan ke arah siswa yang duduk di pojok kelas tadi lalu mengendus bau bajunya. Dalam waktu yang singkat ia sudah bisa menemukan jawaban siapa orang yang memfitnah Yeosang.
Yeosang akhirnya bisa bernafas lega mengetahui ia terbukti tidak membawa rokok itu. Sebagai gantinya, laki-laki yang duduk di pojok itu yang dibawa ke ruang BK.
...
Suasana kantin seperti biasa ramai. Jongho bergabung bersama 5 saudaranya yang sudah duduk menempati meja makan. San dan Mingi sepertinya masih belum keluar dari kelasnya. Keempat remaja itu menyambut Jongho dengan sorakan salut atas keberanian dan kecerdasannya dalam menyelematkan Yeosang di kelas. Tidak salah kalau Jongho digadang menjadi kandidat kuat ketua OSIS.
Suara sorakan itu tiba-tiba terhenti ketika seseorang di depan Jongho dengan sengaja menumpahkan makanannya ke piring Jongho. Semua mata di meja itu otomatis mentap tajam ke arah ke laki-laki dengan name tag Eun Jae. Pelaku yang menumpahkan makanannya ke piring Jongho sekaligus orang yang tadi ketahuan memfitnah Yeosang di kelas.
Eunjae membanting piring itu di depan Jongho setelah menumpahkan semua isinya. Semua orang di kantin langsung mengarahkan pandangannya ke arah meja Jongho. Gawat ada lagi anak kelas 1 yang dilabrak kakak kelas hari ini.
"Ini peringatan dariku ! Jangan suka ikut campur urusan kakak kelas !"
Jongho tidak merespon perbuatan Eunjae. Ia merasa tidak perlu bertindak jauh untuk anak kelas dua SMA yang menunjukkan sifat kekanakannya di depan anak kelas satu dengan terang-terangan seperti ini. Apalagi Eunjae membawa dua orang teman di belakangnya. Apa ini kode perang?
Sedangkan disebelahnya, Hongjoong hanya tersenyum geli melihat itu. Sepertinya Eunjae masih belum tau bagaimana kekuatan Jongho yang sebenarnya. Makhluk apa yang akan mengamuk kalau ada yang berani mengganggu Jongho.
Dan salah satu makhluk itu sudah datang membawa kejutan "Selamat menikmati karma instanmu, bangsat!"
Mulut Eunjae langsung menganga lebar diikuti matanya yang memejam ketika kuah mi dingin terasa tumpah di atas kepalanya dan menyebarkan hawa dingin ke tubuh atasnya. Dua orang di belakang Eunjae secara otomatis berbalik, bersiap menarik kerah Mingi. Tetapi Yunho sudah lebih dulu menarik kepala salah satunya yang bernama Jaesung dan Wooyoung bangkit meraih kerah yang satu lagi dengan nama Eunkwon,
Eunjae berbalik dan mendesis sebal menatap mereka. "Ayo kita tarung !" tangannya meraih kerah Mingi, mencengkramnya dengan kuat.
Mingi ikut mencengkram baju Eunjae yang lebih pendek darinya sehingga membuat tubuh Eunjae terangkat "Ayo ! Taman dekat persimpangan jalan ! Bawa semua pasukanmu ! Aku tidak takut !" tantang Mingi.
"Oke ! Ayo pergi!"
mereka saling melepas cengkramannya satu sama lain sebagai tanda persetujuan. Lalu Eunjae dan kawan-kawannya pergi dengan perasaan kesal. San yang baru datang menatap bingung orang-orang itu dan dihadapkan pada pemandangan meja Jongho yang berantakan.
"Siapa mereka?" tanya San sembari menyusul duduk di sebelah Jongho "Ini makan punyaku saja," tawar San.
"Mereka yang menumpahkan makanannya ke Jongho," jawab Hongjooong.
"APA !!! MENUMPAHKAN MAKANAN KE JONGHO ?!!" San langsung menggebrak mejanya kesal.
"Mereka juga yang memfitnah Yeosang merokok,"tambah Wooyoung.
"APA !! MEMFITNAH YEOSANG JUGA ?!!" Kini gantian Mingi yang tersulut emosi.
"Kalian yakin kita perlu kesana?" tanya Seonghwa
"Tentu saja !!" San, Mingi dan Wooyoung meluapkan emosinya berbarengan.
"Eomma bisa marah besar loh kalau kita pulang dalam keadaan babak belur," Seonghwa mencoba membujuk mereka agar tidak masuk ke dalam jebakan buaya.
Kericuhan langsung terjadi di meja itu. Beberapa tetap memilih untuk pergi dan beberapa lagi mencoba menyetujui pertimbangan dari Seonghwa. Hongjoong lalu datang menawarkan solusi.
"Ini mungkin akan sedikit sakit. Tapi sepertinya kita harus mengalah," sesuai prediksi Hongjoong, sekarang San, Mingi dan Wooyoung bersiap mengamuk karena tidak ada kata kalah dalam kamus hidup mereka.
Hongjoong memberikan kode kepada adik-adiknya untuk mendekat agar ia bisa membeberkan rencanannya dengan jelas. "Kalau kita mengalah, dan polisi datang, maka mereka yang akan di tangkap. Yeosang kau harus cari tempat tersembunyi dan merekam dengan ponsel untuk bukti ke polisi lalu Seonghwa harus menelpon polisi begitu pertarungan sudah di mulai. Sisanya memancing mereka untuk menyerang sambil menunggu polisi datang. Bagaimana ? Selesai kan ? Kalau kita jadi korban, kita pasti dibela,"
Kedelapan orang itu saling melirik mencoba mencerna ide dari Hongjoong yang terdengar bagus dan menguntungkan.
...
Hari sudah berubah menjadi gelap. Kedelapan Djanggo bersaudara sudah tiba di lokasi. Ternyata disana sudah ada banyak kumpulan anak sekolahan dengan seragam yang sama menunggu kehadiran mereka. Kelompok itu bergerak mendekat ke satu sama lain bersiap melakukan serangan.
Kedua kelompok itu membentuk barisan saling berhadapan seperti adegan pasukan koboi yang akan bertarung satu sama lain. Perbedaannya ada di jumlah barisan. Barisan Djanggo bersaudara hanya berisi lima orang sedangkan kelompok Eunjae ada dua baris dengan julah orang perbaris bisa mencapai delapan sampai sepuluh orang.
Hongjoong maju ke depan sebagai perwakilan paling tua di barisan itu. Ia mencoba meyakinkan kelompok lawan dengan negosiasi sebelum pertumpahan darah pecah di taman itu.
"Ini kesempatan terakhir kalian untuk menyerah sebelum kalian menyesali keputusan kalian,"
Eunjae dan kawan-kawannya terkekeh mendengar sambutan Jongho yang jelas semakin membuat suasana menjadi tambah panas.
"Biar kuajari kalian bagaimana caranya menyesal," kepalanya merendah melihat nametag Hongjoong, "Kim Hong Joong"
Barisan kerumunan itu mulai bergerak mengepung Djanggo bersaudara. Jongho dan Seonghwa melepas sepatu futsal mereka untuk dijadikan senjata. San bersiap dengan kuda-kuda taekwondonya yang kuat. Sisanya bersiap dengan tinju yang kuat.
"Ya ! Apa kalian tidak menungguku ?
Dari kerumunan kelompok Eunjae muncul lelaki berawajah sangar dengan jaket baseball warna biru dongker yang memiliki badan sebesar beruang dan berambut hitam. Tangannya memamerkan gerakan tinjunya untuk menakuti lawan di hadapannya. Djanggo bersaudara terkejut melihatnya kecuali Wooyoung.
"Bangchaaan !!" Wooyoung berteriak memanggil Bangchan membuat lelaki itu menghentikan gerakan tangannya. Wajah sangar Bangchan seketika berubah ketika melihat Wooyoung
"Yaa!!! Wooyoungie !!!" teriak Bangchan.
Semua orang menatap reuni Wooyoung dan Bangchan dengan heran. Darimana dua orang ini bisa saling mengenal.
Bangchan dan Wooyoung saling berpelukan dan menanyakan kabar masing-masing di tengah-tengah dua barisan yang sudah siap bertarung. Mereka tidak percaya ternyata sekarang ada di sekolah yang sama. Dari hari pertama masuk sekolah, ketika keluarga Djanggo masuk ke sekolah itu, Bangchan belum bisa masuk sekolah karena cedera yang mengharuskannya di rawat di rumah sakit. Begitu sembuh, ia langsung mendengar kabar ada anak OSIS membuat keributan, jadi ia harus segera mengecek.
Setelah dicek malah jadi bertemu dengan Wooyoung.
Bangchan dan Wooyoung adalah teman di tempat les. Keduanya memiliki kecocokan yang sama. Namun tiba-tiba Wooyoung harus pindah rumah sehingga mereka belum punya kesempatan untuk bertemu lagi.
"Wah, aku tidak jadi ikut kalau begini. Sori bro," ucapnya pada Eunjae sambil pergi bersama Wooyoung.
Kelompok Eunjae akhirnya ikut bubar karena pion utama mereka tidak jadi menyerang. Eunjae mencoba membujuk mereka tapi tidak berhasil karena mereka hanya akan menurut pada Bangchan.
"Hei, ayo kita pulang dan makan bersama Bangchan di rumah !!" Ajak Wooyoung.
...
end
chapter 3
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro