Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

DIVORCE


"Positif"

Sang gadis tersenyum senang. Mengelap air matanya lalu mengambil barang kecil panjang itu dan ia taruh di laci kamar.

Dengan cepat, gadis manis bersurai [h/c] keluar kamar, memeluk sang suami yang beberapa menit lalu tadi kembali ke rumah.

"Izumi! Izumi! Ada yang ingin kukatakan!" Senyum nya masih merekah, ia lepaskan pelukan mereka lalu menatap suaminya, menunggu jawaban yang keluar dari mulut itu.

"Oh? Kebetulan aku juga ingin mengatakan sesuatu" Lelaki yang dipanggil Izumi itu menutup buku, menatap balik sang Istri yang terlihat sangat senang.

[Name] mengangguk mantap, lalu menidurkan kepalanya di bahu sang terkasih.

"Kalau begitu, kau duluan saja" ucapnya.

Izumi mengangguk lalu mengeluarkan kertas dan menaruhnya diatas meja.

"Aku ingin kita cerai" dirinya serahkan kertas itu kepada [Name], membuat [Name] diam dan mengangkat kepalanya dari bahu sang suami.

"Kenapa ... Tiba-tiba?" gadis itu tertawa, disusul dengan air mata yang lolos keluar.

"Aku ingin fokus karir dan kupikir aku tak akan ada waktu untuk bersama dirimu"

[Name] hanya diam, tangannya sedikit gemetar, Izumi tak ada niat ingin menepuk-nepuk punggung sang istri atau bagaimana, ia hanya menunggu kertas itu kembali di serahkan kepadanya dengan tanda tangan sang istri yang ada disitu.

Tanpa babibu, [Name] tanda tangani itu lalu menyerahkannya kepada Izumi.

Ia elap air matanya lalu bangun dari situ, "Hal yang ingin ku ucapkan apa ya ... Aku lupa! Nanti deh kalau ingat!" ucap [Name] dan segera berkemas baju di kamar.

"Padahal aku ingin mengucapkan nya, loh" lirih nya, lalu mengeluarkan baju-baju yang ada di lemari.

Dengan tangan gemetar [Name] pindahi semua pakaiannya, lalu mengelus perutnya pelan dengan tersenyum.

"Kau hidup tanpa Ayah ... Tak apa, kan?"

_______

7 tahun sudah semenjak kejadian itu, kini pria tampan berumur kepala dua itu dengan santai berjalan, memutari kota untuk menghirup udara di sore hari.

Awalnya semuanya tak apa, hingga seorang anak lelaki berlari-lari dengan es krim di tangannya.

Pluk.

Es krim itu tumpah di jas mahal Izumi, membuat Izumi mendecih lalu memarahi bocah itu.

"Kalau lari liat-liat dong! Es krim di makan dulu baru lari-lari!"

"Maaf," bocah itu menunduk sembilan puluh derajat, ia keluarkan tisu dari kantungnya dan mengelap jas Izumi.

"Dengan begini, apa aku sudah dimaafkan?" dia tersenyum. Warna rambutnya yang ke abu-abuan dan netra [e/c] yang menatap lekat Izumi membuat Izumi teringat seseorang.

"(Full name)...." Batinnya, sedikit curiga dengan bocah lelaki yang ada di depannya.

"Belum, sampai aku menanyakan lima pertanyaan"

"Apa itu?" lelaki kecil itu memiringkan kepalanya, lalu kembali menjilat es krim yang tadi ia beli.

"Siapa namamu?"

"[Lastname] [Your child]"

Izumi sedikit terkejut lalu memperhatikan bocah itu sekali lagi, hei, tak mungkin ini anaknya kan?.

"Lastname ya..., lalu, siapa nama ibumu?" Izumi maju, dan mensejajarkan tinggi nya dengan si bocah agar lebih enak berbicara.

"Ibuku? Maksudnya mama? [Fullname], memang nya kenapa?"

Ternyata dugaan Izumi benar, ini putra nya. Ya, putranya dengan [Name].

Izumi sedikit tersenyum tipis merasa bersalah lalu mengelus surai abunya.

"Dimana ayahmu?" tanya Izumi.

"Tak usah omongin pria itu!" bocah itu menepis tangan Izumi, matanya sedikit memperlihatkan rasa kebencian.

"Kenapa? Kau benci dengan Ayahmu?"

Kecewa? Ya, Izumi kecewa dengan respon putranya saat ditanyai tentang ayah kandungnya.

"Sangat! Dia meninggalkan mama saat sedang mengandung ku dengan alasan ingin fokus karir! Pria bodoh seperti itu tak pantas ku panggil ayah!"

Ia kepalkan tangan kirinya, lalu menghela napas. Jadi begini rasanya tak di akui anak sendiri.

Rasa bersalah sedikit menyelimuti Izumi, harusnya, dirinya tak tinggalkan [Name], bawa saja ia ke dunia luar bersamanya.

"Tapi, kau tampan seperti Ayah mu"

"Dia jelek! Jelek! Jelek!"

JLEB.

Izumi kena mental.

"Jadi, ibumu seorang janda?" raut merasa bersalah terlihat jelas di wajah Izumi, lalu dirinya beri sedikit kode kepada sang anak.

Bocah itu mengangguk mantap lalu mengelap bibirnya yang kotor karena memakan es krim.

"Mama selalu kerja dari pagi sampai sore untuk kita berdua, walau keluarga sudah bilang jika ingin apa-apa bilang saja, tapi mama tetap bekerja dan tak ingin merepotkan keluarga besar."

"Apa kau cukup kasih sayang?"

"Walau sibuk tapi mama tetap memberi ku kasih sayang kok! Saat malam ia akan membacakanku sebuah buku cerita, dan terkadang kami membuat sarapan bersama atau bermain bersama!" jelasnya panjang lebar merasa bangga memiliki ibu seperti [Name].

"Yah, walau terkadang aku ingin merasakan kasih sayang dari Ayah" Izumi mengalihkan pandangannya, semakin merasa bersalah kepada si bocah. Ia ikut duduk di sampingnya lalu mengelus surai nya.

"Pasti sulit kan, hidup tujuh tahun tanpa seorang pemimpin"

"Sangat, karena pria itu aku di ejek anak Haram di sekolah, ibu harus mendengar semua ejekan serta cacian dari tetangga lain. Itu semua karena nya tau!"

Jleb rasanya saat sang anak menyalahkan diri nya, tak ia sangka putranya di ejek begitu di sekolah.

Kenapa saat malam itu [Name] tak bilang bahwa ia hamil, ah, Izumi ingat, waktu itu [Name] ingin mengatakan sesuatu, tapi tak jadi, ia bilang ia lupa. Walau Izumi tau pasti itu hanya alasan.

"Maaf, maafkan aku"

"Untuk apa?" bocah itu berdiri lalu melihat langit yang sudah mulai gelap.

"Paman, aku pulang dulu! Nanti mama khawatir ehehe~!"

"Mau kuantar kan? Tidak baik anak kecil pulang sendirian"

[Your child] mengangguk, lalu menggandeng tangan Izumi hingga sampai rumah.

"Mama, aku pulang!!" lelaki kecil itu masuk ke rumahnya, dan menyuruh Izumi juga untuk ikut masuk.

"Astaga [Your child], sudah mau malam kenapa masih di luar sih, mama cemas loh"

Akhirnya, sosok yang sangat di tunggu Izumi keluar juga. Mantan Istrinya yang sudah lama ia temui.

[Name] memeluk erat anaknya, cukup khawatir takut anaknya tak kembali pulang.

"Mama! Tadi aku ketemu paman baik, makanya mengobrol dulu!"

"Paman baik?" [Name] mengalihkan pandangannya, sedikit membelalakan mata saat melihat pria yang memegang gelar mantan suaminya itu ada di hadapannya.

"Kamu...." [Name] menatap kosong Izumi lalu mengelus surai abu sang anak.

"Mama, kenapa? Dia baik loh!"

"Dia-"

"-Aku ayahmu,"

"Eh?" [Your Child] melepaskan pelukan ibunya, menatap pria yang tadi tak sengaja ia tabrak.

"Karena itu paman tadi meminta maaf kepadaku?" [Your child] sedikit menatap Izumi, masih tak percaya dengan fakta mengejutkan ini.

Izumi maju, mendekati [Name] dan [Your Child], tangan Izumi dua-duanya terulur dan mengelus surai si ibu serta si anak.

"Pertama, maafkan aku karena meninggalkan kalian berdua dengan alasan mengejar karir"

[Name] diam, lalu menganggukkan kepalanya pelan. Sang putra hanya menyimak, jujur, ia masih belum mengerti semua nya.

"Kedua...."

"I-IZUMI SAKIT, JANGAN CUBIT-CUBIT DONG, APASIH TIBA TIBA NYUBIT"

"Ja-jangan cubit mama!!"

"Bodoh, kenapa kau tak bilang kalau saat itu hamil"

"Habisnya saat itu, kamu menceraikan ku, aku mau bilang jadi takut" [Name] cemberut, lalu memegang bekas pipi yang di cubit mantan suaminya tadi.

Izumi menghela napas lalu duduk di samping kalian berdua.

"Ketiga, Izinkan aku kembali memegang tanggung jawab keluarga ini"

"Eh?" kalian berdua kaget, setelah lama menghilang, sekali nya kembali, ingin kembali megang tanggung jawab katanya?.

"[Your child] bilang dia butuh belaian dari ayahnya loh, dan kamu, tak mungkin kan aku tega membiarkan mu kerja setiap hari?"

"Tapi selama tujuh tahun ini kamu tak pernah peduli kepadaku, melarangku bekerja atau bagaimana ya! Lagipula kita sudah cerai, mau makan apa [your child] kalau aku tak kerja?!"

Izumi mendecih lalu membawa [Name] kedalam pelukannya, membuat [Your Child] hanya ber-woah ria dan duduk diam melihat ke-uwuan orang tuanya.

"Jika kamu masih mencintaiku, [Name], biarkan ku taruh margaku di namamu"

"Jadi mama akan kembali menikah dengan papa?!"

"Tadi kau cerita kepadaku dan bilang benci dengan ku, sekarang aku ingin kembali menikah dengan ibumu, kau bahagia. Apa maumu?!"

[Your child] cengengesan, lalu ikut masuk kedalam pelukan orang tuanya.

"Kalian ayo menikah lagi! ehehehe"



Byasalah, cringe, kalo yang baca dikit, aku unpub. Kalo lumayan banyak, yasudah ga ku unpub.

Bay~~~~



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro