Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab.9

Acara pernikahan digelar dengan sangat meriah, begitu yang kudengar dari Rika. Dia menceritakan segala detail prosesi dengan semangat. Karena semalaman tidak tidur, selesai lari pagi aku langsung terkapar, bangun sudah nyaris sore. Kami berdua duduk di meja dapur, ada banyak makanan sisa dari pernikahan yang dibawa pulang oleh mbah Uti.

"Jadi gimana semalam?" tanya Rika serius.

"Apanya?"

"Kencan kalian, lo ama Dito."

Tak!

"Aduuh...lo jitak gue lagi sih?" Rika mengusap kepala.

"Lo ngomongnya ngasal sih, gue bantu dia karena dia udah bantu kita. Kencan? Ngomong kagak pakai mikir."

"Yee, bolehnya sewot. Lo tahu nggak kalau Dito itu naksir lo dari pandangan pertama?"

"What?" Aku terheran-heran dengan informasi yang baru aku dengar ini. "Maksud lo apa?"

"Waktu itu Santi ngasih lihat FB gue ke mbah Uti, ada foto kita berdua di sana. Entah apa yang Dito bilang, Mbah Uti ngotot kalau gue harus bawa lo datang. Malam itu juga Santi telepon gue."

Aku termangu mendengar omongan Rika. Dari arah depan terdengar langkah kaki yang pelan sekali, sepertinya mbah Uti yang datang. Dari samping kananku seperti ada sesuatu tangan bergerak pelan. Ehm, mungkin perasaanku karena Rika justru duduk di samping kiri.

"Itu Mbah Uti datang, ntar kita tanya dia," ucapku.

"Mana?"

"Di ruang tengah, lagi jalan kesini." Aku meneruskan makanku, tak menyadari pandangan Rika yang pucat.

"Mya ..."

"Ehm ...."

"Lo aneh."

"Apa?"

"Mbah Uti jalan sudah lambat sekali, dan dia di ruang tengah tapi lo dengar langkahnya?" Aku tersedak makananku, tenggorokan panas. Aku terbatuk dengan hebat, Rika menggebuk punggungku pelan. Mataku berair karena sakit tenggorokan yang panas.

"Gu-gue juga nggak tahu," ucapku terbata.

"Itu nggak aneh Mya, sepertinya kedekatanmu dengan Den Mas membuatmu mengerti hal-hal yang sedikit di luar nalar." Mbah Uti datang dengan suaranya yang pelan berwibawa, di tangannya ada sepotong kayu bercabang yang di ukir dengan indah. Ada wangi menguar dari kayu yang dipegangnya.

"Mya, terima kasih atas bantuanmu. Den Mas sudah sehat sekarang."

"Benarkah? Syukurlah.." Aku tersenyum pada mbah Uti yang duduk di depanku.

"Dia dari duduk di sampingmu, memandangimu makan. Apa kau tidak merasakannya?"

"Ah ...."

"Kamu merasakan sesuatu bergerak bukan?"

"Iya. Mbah," jawabku pelan, akhirnya mengerti dengan desiran angin yang kurasakan.

Rika makin terheran, matanya celingak celinguk mencari naman tidak melihat apa yang di maksud mbah Uti.

"Mya, apa kamu ingin bisa melihat sosok Dito?" Aku kaget dengan tawaran mbah Uti. Alangkah hebat kalau aku bisa melihat sosok Dito yang selama seminggu ini selalu ada disampingku.

"Bisakah?"

"Bisa, tapi ada konsekuensinya." Aku termangu dengan perkataan mbah Uti. Berfikir sejenak tentang apa yang aku inginkan.

"Apa konsekuensinya mbah?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro