Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 39

Aku Dito

Aku menunggu dengan tidak sabar, kedatangan Mya di depan pintu rumah. Seharian yang kulakukan melayang dari depan ke belakang, takut kalau dia datang sedangkan aku tidak bisa melihat. Mbak Uti sempat tertawa saat melihat kelakuanku yang katanya mirip ABG yang sedang jatuh cinta. Ah, dia orang tua tahu apa, sih?

“Perlu Den Mas ingat, Mbah Uti itu umurnya tidak seberapa jika dibandingkan Den Mas. Jadi, beliau belum tua sama sekali.”

Kunti gembrot di belakang rumah terikikik, saat aku bicara masalah umur dengan Mbah Uti. Aku manatap Kunti yang sekarang terkikik melihatku. Huft, aku kasihan dengan pohonnya. Harus menampung berat Kunti yang sepertinya makin lama makin bertambah. Entah makan apa mahkluk itu.

“Ada baiknya kamu urus berat badanmu, Kunti. Jangan ikut campur urusan Den Mas.” Mbah Uti menegurnya. Membuat wajah Kunti cemberut. Dia  menyingkapkan rambut panjangnya ke belakang dan berkata merajuk.

“Aku ndak gendut, Mbah. Emang tulangku yang besar.”

“Awas aja kalau sampai pohon itu patah karena kamu. Terpaksa kamu harus pergi dari halaman belakang.”

“Aaah, Mbak Uti jahat. Den Mas juga jahat, kalian berdua jahat!”

Setengah teriak, setengah mengamuk makhluk itu terbang dan hinggap di ranting pohon. Bisa kudengar gemerisik daun saat dia menjatuhkan badannya di sana.

“Sebentar lagi mereka sampai Den Mas. Saya mau tidur sebentar. Tolong bangunkan saya kalau mereka datang.”

Aku mengangguk tanpa kata, membiarkan Mbah Uti masuk ke kamar. Tak sabaran, aku melayang ke teras menunggu sendirian kedatangan Mya. Matahari mulai redup, senja menggantung di langit. Sayup-sayup terdengar nyanyian Genderuwo. Entah tembang apa yang dia senandungkan. Aku hanya mendengar sekilas soal cinta dan rindu. Ehm … apa makhluk itu juga jatuh cinta?

Akhirnya, aku melihat dua sosok manusia memasuki area perumahan kami. Langkah mereka tersaruk-saruk ketakutan. Tak sabar menunggu, aku melayang mendekat. Ya Tuhan, jika aku masih punya jantung, pasti sekarang berdetak tak karuan.

“Mya, aku takut.”

Kulihat Rika bergelayut di lengan Mya. Dan gadisku, dengan berani menjawab.

“Masih sore kali.”

Ah, gadis pemberani, cantik pula. Aku melayang terus di samping Mya. Mencium aroma tubuhnya yang wangi. Aku terpukau saat menyadari dia punya aroma yang sama dengan Kanjeng Ibu. Ingatanku seperti terlempar pada masa lalu karena kehadiran Mya.

“Assalamulaikum, permisi. Santii!”

Mya berteriak, bahkan suaranya pun merdu. Aku tersenyum melihat mereka mengetuk pintu dengan panik.

“Den Mas, panggil Mbah Uti. Kok malah bengong di sana?” teguran dari Genderuwo yang keheranan akan sikapku, membuat sadar.

Dengan tidak sabar, aku membangunkan Mbah Uti. Memberitahu kalau Mya dan cucunya sudah datang. Malam itu, Mya tidur di kamarku. Gadis yang hebat, dia bahkan bisa merasakan kehadiranku tanpa melihat.

Selama ada Mya dan Rika di rumah, keadaan jadi semarak. Rika itu ceria tapi Mya itu memukau. Setelah melalu banyak kejadian, kami makin dekat sampai akhirnya dia bisa melihatku. Kata Mbah Uti, Mya mempunya indra keenam yang disembunyikan. Entah oleh siapa.

Betapa bahagianya aku, saat dia setuju untuk membuka penutup hanya demi melihatku.  Aku rasanya ingin terbang ke langit tujuh, saat matanya pertama kali menatap mataku. Saat itu juga kami saling menyayangi satu sama lain.
Suatu hari, Mya bercerita tentang mantan pacarnya. Laki-laki yang telah menjalin hubungan selama tujuh  tahun dan akhirnya berkhianat.

“Hahaha. Aku dibodohi, dikhianati, ditinggal begitu saja tanpa kejelasan.” Mya bercerita dengan suara yang serak. Itu pertama kalinya aku ingin menyakiti manusia.

Kedekatan kami harus berakhir saat Mya dan Rika kembali ke kota. Dengan berat hati aku melepasnya, dengan banyak pesan. Hati kami terpaut meski jarak memisahkan.

Kepergian Mya, seperti membawa serta setengah  hatiku. Rasa kesepian yang tidak pernah kurasakan sebelumnya, kini muncul dan membuatku resah.
Dunia yang kuhuni menjadi gelap saat Mbah Uti meninggal. Rupanya dia rela meninggalkanku karena ada Mya. Setelah itu aku dikirim ke kota dan tinggal bersama Mya.

Kehidupan kota yang serba cepat, dengan orang-orangnya yang serakah membuatku mudah kelelahan. Energy mereka terasa kuat. Namun aku bertahan demi Mya. Saat kami melawan setan yang sangat kuat, demi menyelamatkan Mya aku merasuki tubuhnya. Waktu itulah, ada bagian dari kekuatanku berpindah padanya. Aku menyadari akibat dari yang aku lakukan, hanya saja aku melakukannya demi gadis yang aku cintai.

Suatu hari, putaran nasib membuat kami bertemu Andika. Laki-laki yang telah membuat Mya patah hati. Laki-laki itu dengan sengaja ingin membuat Mya kembali padanya. Kekasihku menolak tentu saja dan dia tidak senang. Banyak peristiwa terjadi sampai pada akhirnya kami dipaksa untuk bertempur.

Sekali lagi aku kalah, saat bertempur dengan Nenek Andika yang ternyata adalah ratu ilmu hitam. Aku lemah karena energi negatif orang-orang di sekitarku. Yang kubutuhkan adalah Mya, untuk memeluk dan memulihkan tenaga. Setengah tenagaku ada dalam dirinya, aku hanya perlu merasukinya sekali lagi. Sayangnya itu tak mungkin terjadi.

“Lepaskan , Dito!” Samar-samar kudengar suara Mya berteriak nyaring.  Aku tak mampu menggerakkan tubuh, ingin memeluk kekasihku tapi tak berdaya.

Pada akhirnya, demi kami semua Mya rela menjadi tawanan. Ah … aku memaki diri sendiri yang tak berguna.

Kini, Mya ada di tangan mereka. Aku yang kelelahan dan habis tenaga hanya bisa berharap ada seseorang yang membantuku.

“Den Mas, kita pulang.” Darki membuka payung, aku tahu dia tak bisa melihatku. Namun bisa membaui kehadiranku.
Aku merangkak ke bawah payung dan membiarkan Darki membawaku pulang.

“Saya dengar untuk memulihkan tenaga, Den Mas harus minum embun dedaunan saat pagi. Besok saya akan mendapatkan demi Den Mas. Lalu, kita tolong kembali Mbak Mya.”

Dengan tubuh lemah aku mengikuti Darki dan Rika, juga Kenan pulang. Aku harus memulihkan diri, sebelum menolong Mya kembali.

“Mya, bertahanlah. Aku datang sebentar lagi. “ Aku berkata keras, saat meninggalkan rumah jahanam itu.
Tekat kuat untuk memulihkan diri dan merebut gadisku kembali. Aku harap, tidak terlambat saat  menemuinya nanti.
Mya … aku datang. Selama beratus tahun aku menunggu kehadiranmu, tak akan kubiarkan mereka merebutmu dari tanganku.

***
Tersedia di google play book

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro