Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab.24

Sepuluh menit sebelum Magrib, pekerjaanku membuang benang selesai. Gilaaa, capeknya. Aku jadi bayangin gimana para wanita yang tiap hari harus bekerja seperti ini. Sering keperhatikan, raut kelelahan dan juga wajah tanpa semangat milik mereka. Sebenarnya, apa yang terjadi di sini. Kenapa mereka menurut dengan rasa takut?

Setelah makan malam ala kadarnya berupa kerupuk dan orek tempe, aku diberi kesempatan untuk mandi. Melihat bagaimana ruangan kecil dengan dinding berlumut dan hanya satu ember kecil beserta gayung yang sudah patah gagangnya, ini bukan kamar mandi. Aku mual membayangkan harus membuka pakaian di tempat seperti ini. Terus terang membuatku tak nyaman karena ada celah lebar di dinding bagian atas yang bisa digunakan untuk mengintip oleh penghuni rumah utama.

"Apa kamu siap?" Dito bertanya kuatir saat aku sedang menyisir di depan cermin yang ada di dalam mess. "Kamu kelihatan lelah."

Aku tersenyum menatap Dito. "Tenang, aku bisa atasi ini."
Dito melayang mendekatiku. Setelah mengedarkan pandangan ke sekeliling mess yang pengap dan sumpek, dia berbicara lirih. "Wanita-wanita itu ketakutan saat disuruh ke rumah utama. Entah ada apa di sana selain ada makhluk jahat."

Gerakan tanganku berhenti, kurasakan ponsel bergetar di paha. Setelah memastikan tak ada orang, aku menjawab pesan yang dikirim Rika. Sahabatku mengatakan, dia dan Darki sudah menunggu di bagian belakang rumah dan siap beraksi kapan pun. Dia bahkan menawarkan untuk membawa Lili tapi kutolak. Kunti berbaju abu-abu yang suka menjerit bukanlah teman yang kuinginkan menghadapi situasi ini.

"Dito, kamu masuk masuk kembali ke dalam payung atau bagaimana? Tapi rasanya aku nggak mungkin bawa payung masuk. Mereka akan curiga."

Dito terdiam, terlihat berpikir. Aku nggak mungkin masuk ke dalam tanpanya dan aku rasa dia pun berpikiran sama.

"Mya, aku akan tetap ikut denganmu. Kalau misalnya dinding gaib yang menyelubungi tempat ini terlalu tebal, aku akan mencari cara lewat atas."

"Bisakah?" tanyaku penuh harap.

Dito tersenyum, mengulurkan tangan dan menyentuh kacamata yang aku pakai. "Kamu tetap cantik meski pakai kacamata."

OMG, aku dirayu hantu dan merasa berdebar tak karuan? Ada apa dengankuuu!

Pintu diketuk agak keras, aku menyahut dan saat membukanya ada seorang laki-laki berpakaian safari sudah menunggu. Mess masih dalam keadaan sepi karena para pekerja masih lembur.

Tanpa senyum, laki-laki itu menggiringku ke rumah utama, melewati deretan para pekerja dengan tumpukan kain dan mesin jahit mereka. Tidak ada tawa mau pun rasa bahagia di sana. Bisa kurasakana banyak mata memandang saat aku menghilang di balik pintu.

Melewati taman kecil dengan Dito melayang pelan, kami menuju jalan setapak dan tiba di pintu samping bangunan besar. Pintu dibuka oleh petugas berpakaian safari, aku digiring masuk dan melirik Dito kuatir. Dia terjebak di luar, mencoba segala cara dan tidak bisa masuk. Duuh ... aku jadi deg-degan. Kuraba tongkat dan ponsel yang kusembunyikan di balik rok dan berharap Dito akan menemukan jalan masuk.
Seperti biasa, bau kemenyan menyergap saat kami mencapai ruang tengah. Ada banyak patung-patung mengerikan dipajang di sepanjang dinding. Mengerikan kalau itu adalah kumpulan kepala binatang. Makin ke dalam langkahku, makin bergidik.

"Ah, Mya Cantik. Akhirnya kamu datang juga." Pak Tono, sang juragan menyapaku dari atas kursi goyangnya yang besar. Dia berdiri dan aku menahan keinginan untuk kabur.

"Kamu tahu kenapa ada di sini, Mya?"

Aku menggeleng dan kulihat Pak Tono menyeringai lebar.
"Kamu membantuku untuk membersihkan kamar, tenang saja ada bonus untukmu," ucapnya sambil mengedipkan sebelah mata.

"Bukannya punya pembantu, Pak?"

Dia tertawa saat mendengar pertanyaanku. "Ini hanya sebagai tanda bahwa kamu layak menjadi pegawaiku. Anggap saja tes."

"Bawa Mya masuk." Dia memberi tanda pada orang bersafari dan kini, kembali membawaku melewati ruang tengah menuju kamar besar di lantai dua.

Bau tajam menyengat, bukan karena kemeyan tapi sesuatu yang lain. Memuakkan dan membuat pusing kepala. Apa aku yang hanya merasakan ini atau semua merasakan?

"Masuk kamar itu, peralatan tersedia di kamar mandi." Laki-laki bersafari mendorongku masuk dan menutup pintu di belakangku.

Aku mengerjapkan mata pada pencahayaan remang-remang. Ada sebuah ranjang besar di tengah ruangan dan tidak ada perabot lain di dalamnya. Merasa heran dengan suasana kamar yang redup, kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi yang terbuka di ujung. Baru lima langkah sesuatu terjadi.

Aku merasa tubuhku seakan ditarik paksa ke belakang. Sebuah kekuatan besar merangkul dan membanting tubuhku ke atas ranjang. Saat kubuka mata sesosok makluk besar, hitam dengan lidah menjulur keluar dan rambut gimbal menatapkan nanar. Sial ... genderuwo. Bisa kulihat wajahnya yang seperti kerak tanah. Aku berkelit saat dia mencoba menindihku. Kutendang dia ke seberang ruangan dan kucabut tongkat dari paha.

"Mau main-main denganku?" ucapku sambil mengacungkan tongkat.

Makluk itu mengaum marah, mengembuskan sesuatu seperti asap berbau busuk. Aku terkesiap sesak napas. Sekali lagi dia menerjang, aku berkelit, menyabetnya dengan tongkat. Hanya menggores kulitnya dan itu makin membuatnya marah. Tangannya memanjang, berusaha mencengkeramku. Aku berkelit dan sekali lagi menyabet dengan tongkat. Berhasil memotong tangannya, kulihat dia kesakitan dan aku terperangah saat potongan tangan kembali menyatu dengan lengan.

Siaaal!

Mendadak matanya mengeluarkan sinar hijau dan diarahkan kepadaku. Aku mernghindar tapi terlambat, sinar itu itu membelitku kuat. Kucapkan doa-doa dari dalam hati meminta perlindungan pada yang kuasa.

Saat jarak kami hanya tersisa tiga langkah, dengan sinar hijau mencoba menyeretku mendekat dan aku yang bertahan mati-matian, dari atap meluncur sinar merah terang. Tak lama sosok Dito muncul di hadapanku, merenggutku dalam pelukannya, lepas dari belitan sinar hijau.

Aku terjatuh, lemas di lantai dan selamat.

Kulihat kini, Dito berhadapan dengan makhluk itu ....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro