Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[XIX]. Pergi Jauh

Masalah seolah datang bertubi-tubi dalam hidup Tata. Tak cukup hanya pernyataan cinta Asanka yang belum Tata jawab. Juga lamaran sepihak Asanka yang kembali tak Tata beri respon. Lalu ada juga kembalinya sang ayah yang membuat hidup Tata makin rumit. Dan jangan lupakan perjodohan sepihak yang dilakukan ayahnya hanya demi kerjasama bisnis. Rasanya hidup Tata bagai digadai kala ia mendengar kenyataan itu. Tak bisakah dia menjalani hidupnya dengan tenang seperti dulu.

“Ini apa?” tanya Tata kala Mita tiba-tiba meletakkkan sebuah tumbler di mejanya.

“Untuk kamu. Kayaknya akhir-akhir ini kamu lesu banget,” jelas Mira. Perempuan itu menggeret kursi dari sebelah meja Tata lalu duduk berhadapan dengannya. Memang saat ini jam makan siang hingga keadaan ruangan sepi.

“Makasih, Mir.”

Mira tak membalas. Hanya berdehem. Lamat-lamat ia memerhatikan gadis yang kini sedang menikmati kopi darinya. Kemudian tersenyum.

“Tapi kopi itu dari Pak Asanka.”

Dan ucapan Mira selanjutnya sukses membuat Tata tersedak kopi yang diminumnya. Mira tertawa melihat ekspresi terkejut yang ditunjukkan Tata. Ia bahkan sampai menahan perutnya. Tak menyangka bisa mendapatkan mimik wajah yang menurutnya cukup langka dari seorang Nirbita Btari.

“Jangan bercanda, Mir.”

“Aku nggak bohong Ta. Kopi itu dari Pak Asanka. Aku ketemu beliau di warung kopi. Terus dia nitipin itu buat kamu.”

Tata menghela napas pelam. Kemudian meletakkan kopinya. Merasa tak berselera lagi untuk menikmati minuman yang biasa menjadi favoritnya itu.

“Kalian ada apa sih?” tanya Mira kemudian saat Tata lebih memilih menenggelamkan diri dengan pekerjaan.

“Enggak ada apa-apa.”

“Enggak usah bohong deh, Ta. Aku lebih pengalaman urusan sama laki-laki,” sanggah Mira. Tata hanya melirik sejenak padanya. Lalu fokus ke layar di depannya. “Kalian dekat. Lalu makin dekat. Terus tiba-tiba aja merenggang. Kayak orang pacaran terus tiba-tiba putus.”

Tata masih tak menghiraukan ocehan Mira. Membiarkan saja gadis di sampingnya ini berspekulasi. Hingga Mira tiba-tiba terpekik.

“Jadi kalian beneran putus? Beneran pernah pacaran?”

Napas gusar Tata hela. Ia mematikan komputernya. Lalu berdiri dari kursinya.

“Mau ke mana, Ta?” tanya Mira menyusul langkah Tata.

“Cari makan. Pusing dengar ocehan kamu.”

Keduanya melangkah bersama menuju kantin kantor. Sepanjang jalan Mira terus saja berceloteh. Bertanya ini-itu perihal hubungan Tata dan Asanka. Namun tak satupun pertanyaan itu Tata jawab. Membuat Mira kesal bukan main. Hingga keduanya tiba di lobi bawah. Mata Tata tak sengaja bersirobok dengan Asanka yang saat itu melangkah menuju lift. Sepertinya pria itu akan kembali ke ruangannya.

Namun bukan itu yang Tata pikirkan. Tatapan Asanka yang seolah enggan berlama-lama tertuju padanya. Juga perempuan di samping Asanka yang melangkah pasti di sampingnya. Semua itu entah mengapa membuat perasaan Tata tak menentu. Terlebih ketika tanpa lirikan sedikitpun, Asanka dan perempuan yang Tata tahu bernama Junita itu melangkah memasuki lift. Tanpa sekalipun melirikkan pandang padanya. Seolah ada tangan tak kasat mata yang meremas hatinya. Pengabaian Asanka menjadi senjata paling mematikan yang ditembakkan tepat ke jantung Tata. Beginikah rasanya? Bukankah baru saja pria itu mengirimkan kopi melalui Mira untuknya? Kenapa saat bertemu langsung seolah pria itu tak menganggap keberadaannya.

Sialan Tata! Jangan menangis!

Mira yang menyadari perubahan ekspresi di wajah Tata cukup panik melihatnya. Tak pernah Tata menunjukkan ekspresinya terang-terangan. Namun kali ini, Mira bisa melihat jelas ada emosi yang bermain di wajah Tata.

“Tata...” panggil Mira, membuat Tata mengalihkan pandang pada perempuan itu. “Masih mau ke kantin?”

Tata mengangguk kemudian melanjutkan langkahnya menuju kantin dengan Mira yang mengekor di belakang. Mereka menikmati makan siangnya dalam diam. Mirapun tak berani buka suara. Walau sebenarnya ia gatal ingin bertanya macam-macam tentang hubungan yang Tata dan Asanka jalankan. Ia tak habis pikir, bagaimana Asanka yang begitu perhatian pada Tata justru mengabaikan gadis itu kala mereka berhadapan.

Sepanjang hari itu, Tata habiskan dengan banyak berpikir. Ia tahu ada sudut hatinya yang merasa sakit saat Asanka mengabaikannya. Namun ia juga tak bisa menampik, wajar jika pria itu kini menjaga jarak. Semua karena sikap Tata yang tak pernah tegas akan perasaannya terhadap pria itu. Hanya saja sekarang, bukan itu yang harus Tata seleaikan. Ada hal yang lebih mendesak yang harus ia tuntaskan. Untuk masalahnya dan Asanka bisa menyusul. Pelan-pelan Tata akan menyelesaikan semuanya.

Haris tengah menikmati kopinya. Sore ini putri sulungnya meminta bertemu. Dan ia datang satu jam lebih awal dari waktu yang mereka janjikan. Haris sangat tahu apa yang akan dibicarakan putri yang sudah ia abaikan selama bertahun-tahun ini. Namun begitu ia juga tidak bisa mundur. Ia tahu dirinya adalah sosok ayah yang brengsek. Yang sudah dengan tega menjauhkan putrinya sendiri dari hidupnya. Ia menyesal dan berniat memperbaiki hubungannya dengan Tata. Sayangnya semua di luar rencana. Semua buyar. Dan terpaksa ia harus menjadi ayah yang tak bertanggung jawab lagi dengan mengorbankan hidup putrinya.

Bukan inginnya jika harus melibatkan Tata dalam kerumitan hidup yang sedang mereka alami. Tapi Haris hanya melihat celah untuk mengatasi masalahnya ada pada diri putrinya. Bagaimana Laras dan Pri yang berkeluh kesah perihal jodoh anaknya, Dewa. Dan betapa inginnya mereka melihat Dewa menikah. Saat itu satu yang terlintas di pikiran Haris adalah Tata. Mungkin dengan adanya hubungan kekerabatan bisa membantu mengatasi krisis finansial yang tengah dialami perusahaannya. Terlebih Pri dan Laras bukanlah orang sembarangan. Mereka berasal dari keluarga yang memiliki kelimpahan harta. Hal itu juga yang menjadi pertimbangan Haris mengapa ia berniat menjodohkan Tata dan Dewa.

Lamunan Haris terhenti kala ia melihat sosok Tata baru saja melewati pintu masuk. Haris tersenyum seraya melambaikan tangan untuk memberi tanda pada Tata akan keberadaannya. Tanpa membalas senyumannya, Tata melangkah menuju meja Haris.

“Kamu sudah makan?”

“Tidak perlu basa-basi karena saya di sini untuk menyelesaikan masalah kita.”

Ucapan lugas Tata membuat Haris tersentak. Harusnya ia sudah menduga bahwa Tata ingin bertemu karena masalah perjodohan sepihak itu. Bukan untuk beramah-tamah dengannya.

“Bita...”

“Saya pikir anda akan sadar posisi Anda. Saya pikir anda tulus untuk mencoba menjalin hubungan ayah dan anak yang sempat terputus. Tapi sepertinya saya terlalu bodoh begitu saja percaya dengan niat baik Anda.”

“Bita...”

“Jangan pernah muncul lagi di hidup saya. Lebih baik Anda tidak pernah ada. Lebih baik saya tidak punya sosok Ayah jika ternyata Ayah yang saya memiliki hanya laki-laki palsu yang berkedok sebagai Ayah. Yang ingin memanfaatkan anaknya.”

“Bita, Ayah tahu Ayah salah. Tapi Ayah mohon... dengarkan penjelasan Ayah.”

“Penjelasan yang mana? Penjelasan kalau kalian berbaik-baik pada saya hanya untuk memanfaatkan saya? Menjadikan saya tumbal untuk keserakahan kalian?” sebisa mungkin Tata menjaga agar emosinya tidak meledak.

Tata sakit hati. Sangat. Ia yang sempat berpikir ayahnya mungkin ingin menebus kesalahan. Ingin menjalin kembali ikatan darah yang sempat terputus. Ternyata hanya memanfaatkan dirinya hanya demi kerja sama bisnis. Walau terlambat, tapi Tata pikir ia bisa merasakan kembali kasih sayang seorang ayah. Merasakan adanya figur lelaki terhebat yang akan melindunginya. Nyatanya, harapan Tata hanya semu belaka. Seorang pria yang dulu tega mencurangi ibunya. Tega membuangnya. Tetaplah sosok yang tak memiliki hati hingga saat ini. Jika hanya seperti ini saja yang diinginkan ayahnya, Tata rasa ia tak butuh Haris dalam hidupnya.

“Bita... Ayah mohon, Nak. Ayah tahu Ayah memang bukan sosok yang bertanggung jawab. Tapi Ayah ingin menebus semua masa yang kamu lewati. Mungkin cara Ayah juga salah. Memanfaatkan kamu. Tapi ini juga Ayah lakukan demi kamu. Demi masa depan kamu. Keluarga Priyonggo adalah keluarga yang baik dari segi materi dan reputasi. Ayah ingin membantu kamu menata masa depan yang lebih baik.”

Bullshit! Ingin sekali Tata meneriakkan kata itu tepat di depan ayahnya. Namun ia masih punya sedikit kewarasan dan sopan santun. Jadi yang bisa Tata lakukan hanya menatap nanar sang ayah sambil menahan desisan makiannya di lidah.

“Anda tahu... Anda itu adalah seburuk-buruknya seorang ayah. Saat dulu dengan gampangnya Anda melepaskan kehidupan yang sudah Anda bangun dengan Ibu saya. Hanya demi kehidupan yang lebih nyaman. Anda tega menceraikan Ibu, membuang darah daging Anda sendiri. Bahkan untuk sekedar bertanya kabarnya pun tidak pernah Anda lakukan. Dan sekarang Anda dengan seenaknya berusaha masuk kembali ke hidup saya. Mencoba mengatur hidup saya dengan dalih memberikan masa depan yang lebih baik? Sadar nggak sih...” Tata menjeda. Menghirup udara sebanyak-banyaknya sebelum meluapkan amarah. “Anda tahu... apa yang Anda lakukan pada anak perempuan berumur 6 tahun membawa dampak yang begitu besar padanya. Anda tahu... karena pengababaian anda, anak itu sampai saat ini tidak bisa percaya pada yang namanya laki-laki.”

Ucapan Tata menohok Haris. Seburuk itukah pengaruh yang telah ia torehkan dalam hidup putrinya?

“Maksud Bita apa?” tanyanya masih mencoba untuk mengerti.

“Hingga saat ini, saya sama sekali tidak bisa percaya pada pria. Saya takut berkomitmen. Bagi saya semua pria itu sama. Seperti Anda. Egois, tidak berperasaan. Dan terlebih lagi... pengkhianat!”

Semakin sakit yang Haris rasakan karena pengakuan putrinya. Ia merasa begitu berdosa. Karena sikap tak bertanggung jawabnya, Tata harus hidup dengan rasa takut dan krisis kepercayaan terhadap sosok lelaki. Ingin sekali ia merengkuh tubuh kurus putrinya ke dalam dekapannya. Dekapan yang tak pernah Tata rasakan sejak gadis itu berumur 6 tahun. Namun Haris juga tahu, tak akan semudah itu bagi Tata untuk menerimanya.

“Bita... maafin Ayah. Ayah benar-benar minta maaf.” Haris mengucapkan dengan suara tercekat.

Tata menggeleng. “Akan sangat sulit untuk memaafkan semua yang sudah Anda lakukan dalam hidup saya dan Ibu. Tapi satu hal yang bisa Anda lakukan, hentikan perjodohan konyol itu. Dan... mungkin menjauh dari hidup saya adalah solusi terbaik untuk kita semua.”

Usai mengucapkan apa yang ingin Tata sampaikan gadis itu menarik diri. Hanya berpamitan sekedarnya, meninggalkan Haris dalam keterpakuan tanpa bisa mencegah kepergian Tata.

...

Isekai, 15/05/21

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro