Bab. 2
Semalaman Dita menginap di rumah sakit, menjaga Rany dan keponakannya yang baru lahir. Ia pulang setelah Miranti datang menggantikannya menjaga Rany. Sementara itu suami Rany masih di luar kota dan akan kembali siang ini. Dita pulang kembali ke Kosnya dengan menggunakan moda transportasi ojek daring.
Begitu tiba di Kos, Dita mandi dengan cepat lalu segera berpakaian. Ia mengejar waktu jam masuk kerjanya yang masih tiga puluh menit lagi. Untungnya jarak Kosnya dan GWM tidaklah jauh, Dita hanya perlu berjalan kaki, lalu melewati JPO kemudian tiba di GWM.
Dita masuk melewati pintu putar, lalu berbelok ke kanan. Harum aroma roti yang baru diangkat dari oven menyapa indra penciumannya. Di sebelah toko roti ternama itu, ada outlet sepatu, outlet busana muslim, lalu outlet kosmetik yang memiliki jaringan terbesar ke-dua di dunia. Di paling ujung, terdapat gang menuju toilet dan mushola. Sementara Dita mengambil jalan ke gang di sebelahnya yang merupakan jalan menuju kantor manajemen GWM.
Dita menghela napas lega begitu tiba di ruang kerjanya. Jam baru menunjukkan pukul sembilan lewat lima belas, artinya Dita masih punya waktu lima belas menit lagi untuk bersiap. Setelah itu ia akan berkeliling GWM untuk melakukan pengecekan sebelum Pak Wisesa-Direktur Utama GWM-beserta cucunya datang untuk melakukan kunjungan. Sebelum berkeliling, Dita bergabung dengan para Manajer dari setiap divisi untuk melakukan briefing pagi.
"Seluruh sarana promosi yang terkait dengan event yang berlangsung saat ini, sudah terpasang seluruhnya. Begitu juga untuk para tenant sudah mempersiapkan outlet mereka terkait kunjungan Pak Wisesa hari ini." Tania menyampaikan laporan pekerjaannya pada Pak Agung. Mantan Manajer Operasional yang sudah menduduki Manajer Umum itu hari ini khusus datang untuk mendampingi tim di Mal untuk menyambut Pak Wisesa.
"Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada seluruh tim, yang telah mempersiapkan segala sesuatunya terkait kunjungan hari ini. Seperti yang kita ketahui sebelumnya, perihal penyerahan jabatan Direktur Utama GWM. Dari posisi semula diduduki oleh Pak Wisesa selaku Founder Wisesa Group sendiri, diserahkan kepada cucunya yang bernama Arkharega Wisesa. Dan, hari ini dijadwalkan ulang kunjungan oleh Pak Wisesa dan Pak Arkha selaku calon Direktur Utama GWM. Semoga apa yang telah kita kerjakan memenuhi pengharapan Pak Wisesa dan Pak Arkha," ucap Pak Agung saat menutup briefing pagi itu.
Semua tim kembali ditugaskan memeriksa segala sesuatunya. Dita sendiri didampingi kepala keamanan dan kepala petugas kebersihan, memeriksa kebersihan setiap sudut GWM. Ia merasakan ponsel dalam saku blazer-nya bergetar saat memeriksa tanggal kedaluwarsa alat pemadam api ringan (APAR) yang berada di dekat lobi utama. Nama sang adik tertera di layar ponselnya, membuat Dita lantas menjawab panggilan itu.
"Dit, Thanks ya semalem lo udah jagain gue. Dan maaf ya, Dit. Gue jadi ngerepotin lo," ucap sang adik dari sana, bahkan sebelum Dita mengucap 'halo'.
"Tumben Ran, lo minta maaf. Sebelumnya lo sering banget ngerepotin gue!" gurau Dita.
Dari seberang sana terdengar Rany terkekeh.
"Udah, lo istirahat. Mumpung nyokap di sana jagain dede bayi," titah Dita pada sang adik. "Gue juga mau lanjut kerja," kata Dita lagi.
"Eh Dit, titip salam ya buat Pak Arkha," ujar Rany.
Dita menjauhkan ponsel dari telinganya, kemudian mencebikkan bibir seraya menatap geli pada ponselnya sendiri. Lebih tepatnya pada permintaan Rany barusan. Nggak ada!" balas Dita. "Gue nyamperin calon Direktur Utama GWM cuma buat nyampein titipan salam dari lo? Gila aja lo!"
"Dih, Pak Arkha aja mau repot-repot nyamperin lo buat selamatkan lo dari kemarahan nyokap!"
"Iya, tapi nggak buat kasih titipan salam dari lo, juga. Udahlah Ran, gue sibuk!" Dita mematikan panggilan pada ponselnya itu kemudian menyimpannya ke dalam saku blazer.
Tangan Dita kini berada di atas dada, merasakan jantungnya berdebar kala mengingat Arkha. Pria baik yang kemarin menolong Rany, yang ternyata calon Direktur GWM. Cucu dari Pak Wisesa; pemilik Wisesa Grup. Dita baru mengetahuinya kemarin sore, saat Tania mengirimkannya profil pria bernama lengkap Arkharega Wisesa itu padanya.
Menurut cerita Rany pada Dita, saat itu taksi daring yang ditumpangi Rany mogok, membuat Rany terpaksa turun di pinggir jalan. Tak disangka ia malah mengalami kontraksi saat beristirahat di sebuah halte Bus. Hingga Arkha datang menolongnya, pria itu juga menawarkan diri untuk membantu Rany menghubungi keluarganya. Rany pun meminta Arkha menghubungi kakaknya saja. Dan dari sana Arkha tahu kalau kakak Rany yang ia hubungi itu adalah seorang Deputi Manajer Operasional di GWM.
Dita akhirnya mengerti kalau sejak awal calon direkturnya itu tahu kalau ia adalah pegawai di GWM. Namun, tetap saja ia tidak habis pikir kalau bosnya sebaik itu pada orang yang bahkan baru dikenal. Sekarang Dita tak sabar ingin bertemu Arkha untuk mengucapkan terima kasih karena kemarin tidak sempat. Ya, meski ada rasa sungkan mengingat Arkha adalah cucu pemilik GWM.
"Hey, ngelamun!" tegur Tania sambil melewati Dita. Tania berjalan di belakang beberapa timnya yang membawa beberapa aksesori yang akan digunakan untuk menghias panggung exhibition.
Dita hanya terkekeh lalu kembali melanjutkan aktivitasnya memeriksa APAR di bagian selatan lantai dasar. Hingga seorang sekuriti datang menghampirinya, memberitahunya informasi tentang mobil Pak Wisesa yang sudah memasuki area GWM. Dita pun mempercepat langkah menuju lobi utama.
Pria tua dengan rambut yang sepenuhnya memutih itu baru saja melewati pintu putar. Diikuti Arkha, lalu asisten pribadi serta beberapa ajudan di belakangnya. Dita sendiri berdiri di deretan depan bersama seluruh manajer. Ia yang berdiri di posisi paling ujung, setia mengamati Pak Wisesa saat menyapa Pak Agung. Hingga pemilik GWM itu berjalan maju dan menyapa dengan ramah seluruh manajer yang menyambut kedatangannya.
"Deandita, dari divisi operasional?" tanya Pak Wisesa saat menjabat tangan Dita.
"Benar, Pak," sahut Dita dengan senyum lebar, kemudian meringis kecil menyembunyikan rasa gugupnya. Ini kali pertama ia langsung berhadapan dengan orang nomor satu di Wisesa Grup itu.
"Bagaimana, ada kesulitan memimpin divisi operasional tanpa Agung?" tanya Wisesa lagi. Memang divisi operasional menjadi tonggak utama atas berjalannya kegiatan operasional GWM setiap harinya.
"Kalau kesulitan pasti ada Pak, tapi berkat kerjasama tim, semua bisa teratasi. Dan, Pak Agung juga masih membimbing kami di sini," jawab Dita dengan lugas.
"Bagus, kalau begitu," sahut Pak Wisesa. "Oh ya, mungkin saya akan sarapan dulu. Setelah itu saya akan memperkenalkan cucu saya kepada seluruh tim GWM," kata Pak Wisesa pada Pak Agung yang ada di sebelahnya sejak tadi.
Setelah itu Pak Wisesa memanggil asistennya, mereka berjalan ke arah kantor manajemen GWM menuju ruang kerjanya yang memang sudah tersedia. Dita sendiri memperlambat langkah, bermaksud menyapa Arkha yang berada satu langkah di belakang Wisesa.
"Selamat Pagi, Pak Arkha." Senyum Dita mengalahkan cerahnya matahari di atas sana. Ia merasa takjub melihat Arkha yang tampak gagah dan berkharisma.
"Pagi," jawab Arkha singkat.
"Pak, saya ...."
Kalimat Dita terjeda saat terdengar bunyi ponsel yang ia duga milik Arkha. Pria dengan tinggi 183 cm itu, terlihat menjawab panggilan di ponselnya, lalu pergi tanpa menoleh ke arah Dita, sejak awal Dita menyapanya.
*JPO : Jembatan Penyeberangan Orang
Buat temen-temen yang udah vote dan komen di cerita ini sejak dahulu kala, bolehlah mampir ke akun sosmed aku ya.
Aku posting promo cerita Dita dan Arkha setiap tanggal genap, dan pastinya aku posting ceritaku yang lainnya juga.
Ig & Tiktok : @Lucky_niss
Ditunggu follow dan likenya temen-temen 🥰
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro