Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 97

    Malam datang, Jooheon dan Yongbok memutuskan untuk naik ke puncak Bukit terlarang. Memantau pergerakan di sekitar mereka. Dua orang yang selalu berselisih itu kini duduk berdampingan menghadap ke arah pemukiman ditemani hembusan angin lembut yang terasa dingin.

    "Bulan berapa sekarang?" Jooheon memulai pembicaraan di antara keduanya.

    Yongbok menjawab, "sepuluh."

    "Udaranya semakin dingin setiap hari, aku harap salju pertama musim gugur tidak turun di sini."

    Yongbok sekilas memandang, dan untuk kali pertama mereka saling berbicara dengan suasana tenang tanpa ada perdebatan seperti biasanya.

    "Senior."

    Jooheon menoleh. "Apa?"

    "Ada yang ingin kutanyakan."

    "Ya sudah tanyakan saja."

    "Sejak kapan kalian menjadi aktivis dan karena apa?"

    Jooheon memalingkan wajahnya. Tampak mempertimbangkan sesuatu sebelum berucap, "kapan, ya? Sudah lama. Seingatku sekitar tahun 1970. Kalau untuk alasannya ..." Jooheon berhenti berbicara dan kembali berpikir. "Aku rasa tidak ada alasan khusus. Mungkin karena aku bergaul dengan mereka."

    "Bisa dibilang jika Senior menjadi aktivis karena mengikuti teman-teman Senior?"

    "Sepertinya begitu ... ada banyak cara untuk menghabiskan masa muda, dan sepertinya masa mudaku benar-benar berharga."

    "Bagaimana jika kita semua mati?"

    Jooheon kembali memandang pemuda itu. Sejenak terdiam sebelum kembali memalingkan wajahnya sembari berucap, "kita semua memang akan mati. Entah itu malam ini, besok, lusa atau entah kapan itu. Tapi siapa yang peduli? Aku sudah cukup bangga tidak mati sebagai budak."

    Yongbok menjatuhkan pandangannya. Pemuda itu bergumam, "aku ingin hidup sedikit lebih lama."

    Jooheon kembali memandang namun langsung mendorong kepala Yongbok. "Tumben sekali bicaramu sopan padaku, bukankah kau selalu bersikap kurang ajar padaku?"

    Yongbok menghela napasnya dan menatap Jooheon tanpa minat.

    "Kenapa melihatku seperti itu?"

    Yongbok memalingkan wajahnya lalu berdiri dan berjalan menjauhi Jooheon.

    "Kau ingin pergi ke mana?" tegur Jooheon.

    "Ke manapun asal tidak melihat  Senior," sahut Yongbok dengan malas.

    "Ya! Kau mulai kurang ajar lagi padaku," gertak Jooheon yang kemudian memalingkan wajahnya sembari menggerutu.

    Batin Jooheon tersentak ketika pendengarannya samar-samar mendengar deru kendaraan mendekati pemukiman. Pemuda itu bergegas berdiri dan memandang ke sumber suara dengan mata yang menyipit. Samar-samar ia melihat pergerakan beberapa cahaya yang mendekati pemukiman.

    "Mereka datang."

    Mendengar hal itu, Yongbok segera mendekat dan wajah santai mereka seketika berubah menegang. Yongbok lantas berucap, "haruskah kita beritahu yang lain?"

    "Tidak perlu."

    Yongbok kaget dan langsung memandang Jooheon. "Bagaimana jika mereka datang kemari?"

    "Mereka tidak akan berani datang kemari. Sekalipun mereka benar-benar kemari, mereka pasti akan menginjak ranjau ... tanpa diberitahu sekalipun, saudara-saudara kita juga akan tahu jika mereka memasuki wilayah kita."

    Yongbok memandang ke arah pemukiman. Tampak tak tenang meski sudah mendapatkan jaminan dari Jooheon. Dan malam itu sesuai prediksi mereka bahwa pihak militer membawa lebih banyak orang lagi untuk meringkus mereka semua. Dan operasi malam itu dipimpin langsung oleh Kolonel Shin.

    Mereka bergerak dengan cepat, menyusup ke dalam kegelapan dan mengepung gudang senjata yang sebelumnya dijarah oleh para aktivis. Di bawah arahan Kolonel Shin, mereka mendobrak pintu bangunan dari segala penjuru dan hanya menemui gedung kosong tanpa penghuni kecuali mayat-mayat para militer yang sebelumnya dipindahkan oleh para aktivis.

    "Temukan mereka!" suara lantang Kolonil Shin memenuhi ruangan.

    Semua orang berpencar, namun kembali tanpa mendapatkan hasil yang diinginkan. Salah seorang perwira menghadap Kolonel Shin dan melapor, "mereka tidak ada di sini, Pak. Tempat ini kosong."

    Kolonel Shin tampak murka. Pria itu kemudian kembali berucap dengan nada bicara yang meninggi, "di manapun itu, bagaimanapun caranya. Hidup atau mati, tangkap mereka semua!"

    "Baik, Pak," jawab mereka serempak.

    Malam itu juga mereka menjarah Distrik 9. Namun hingga para aktivis itu telah berkumpul di puncak Bukit terlarang atas inisiatif dari Minhyuk, para militer itu tetap melakukan pencarian mereka.

    Salah seorang berlari menghampiri Kolonel Shin. "Pak, mereka tidak ada di sini."

    "Bawa semua orang ke Bukit terlarang. Bocah-bocah itu pasti bersembunyi di sana."

    Perwira itu tampak terkejut. "Tapi, Pak. Bukankah tempat itu—"

    Kolonel Shin tiba-tiba membentak, "siapa yang peduli! Sekarang juga bawa semua orang ke tempat terkutuk itu!"

    "B-baik, Pak."

    Perwira itu segera berlari menghampiri rekan-rekannya dan memberi komando agar mereka pergi ke Bukit terlarang. Setelah sebagian besar orang bergerak mendekati Bukit terlarang, Kolonel Shin menyusul.

    Sementara para aktivis itu tampak duduk dengan membuat lingkaran di puncak Bukit terlarang. Bertahan di bawah tekanan udara yang semakin dingin saat tengah malam agar masih bisa melihat hari esok.

    Hyunwoo dan Hoseok yang saat itu masih berdiri berdampingan dan memisahkan diri dari rekan-rekannya, melihat beberapa cahaya bergerak mendekati kaki Bukit terlarang.

    Keduanya saling bertukar pandang sebelum Hoseok yang menyampaikan kedatangan musuh mereka pada rekan-rekannya. "Mereka datang."

    Kihyun, Minhyuk, Changkyun dan Jooheon menjadi orang pertama yang merespon. Ketiganya segera berdiri dan menghampiri kedua rekan mereka.

    "Mundur, jangan memberi celah bagi mereka untuk menyerang," Minhyuk memberikan himbauan.

    Mereka berkumpul di tengah dengan posisi saling memunggungi untuk saling melindungi satu sama lain. Di sisi lain, Kolonel Shin dan pasukannya sudah sampai di kaki Bukit terlarang.

    Kolonel Shin memandang puncak Bukit terlarang, namun tak mampu melihat apapun karena keadaan yang gelap. Namun pria itu sangat yakin jika para aktivis itu bersembunyi di sana.

    Kolonel Shin lantas memberikan perintah, "temukan mereka semua!"

    Para perwira itu serempak memasuki kawasan Bukit terlarang. Namun baru berjalan dua meter dan ledakan terjadi, membuat beberapa orang terlempar setelah salah seorang dari mereka menginjak ranjau. Situasi berubah menjadi mencekam dan membuat semua orang ragu untuk bergerak. Terlebih ketika seseorang kembali menginjak ranjau saat ingin menolong rekannya. Dan itu adalah kesalahan fatal yang dilakukan pihak militer, ketika ledakan beruntun terjadi dalam kurun waktu yang singkat.

    Kolonel Shin frustasi dan semakin murka. "Apa yang kalian lakukan! Perhatikan langkah kalian!"

    "Haruskah kita merayakan hal ini?" gumam Hoseok.

    Hyunwoo menyahut, "masih terlalu awal. Siapkan senjata kalian."

    Hyunwoo melangkah maju ketika melihat beberapa perwira berhasil mendekat setelah lolos dari ranjau. Mereka semua mengambil posisi masing-masing dan menembaki beberapa perwira yang hampir berhasil ke tempat mereka. Dan saat itu satu tembakan dari bawah melesat, berhasil mengenai lengan Jooheon yang segera jatuh berlutut dengan tangan bersimbah darah.

    "Menunduk!" lantang Minhyuk.

    Semua orang segera menunduk dan menyerang dalam posisi tiarap. Saat itu Kihyun memberikan isyarat pada rekan-rekannya agar mereka turun, dan satu persatu dari mereka pun mulai memisahkan diri.

    Sebelum pergi, Minhyuk memberitahu para pemuda Distrik 1. "Kalian bertahan di sini. Lee Jooheon, kuserahkan mereka padamu."

    "Pergilah," sahut Jooheon dengan wajah mengernyit ketika ia yang terduduk di tanah.

    Keempat pemuda Distrik 9 itu menuruni Bukit terlarang dari sisi lain dan mengambil jalan memutar untuk menyerang para anggota militer dari jarak dekat, karena bagaimanapun mereka sudah menguasai medan lebih dari siapapun.

    Mereka menunduk, berjalan mengendap-endap dengan hati-hati sebelum kembali melakukan serangan balasan.

    "Tembak ranjaunya," gumam Minhyuk yang berada di samping Hyunwoo.

    Hyunwoo pun melakukan hal itu yang kemudian memicu ledakan dan berhasil membuat beberapa perwira terlempar. Malam itu Bukit terlarang menjadi tempat yang mengerikan. Dan hanya dalam beberapa menit, Kolonel Shin menarik pasukannya untuk mundur. Membawa kemenangan bagi pihak aktivis untuk malam itu.

    Kolonel Shin lantas semakin murka hingga sebuah suara lantang berhasil masuk ke pendengaran Kihyun.

    "Yoo Kihyun! Aku tidak akan pernah menerima penghinaan ini! Kau pikir ini sudah berakhir!"

    Kihyun berdiri tegap, memandang ke sumber suara meski hanya kegelapan yang ia lihat. Ketiga temannya turut berdiri dan memandang ke tempat yang sama.

    "Kita menang?" gumam Hoseok.

    "Untuk malam ini," timpal Minhyuk.

    Angin lembut berhembus. Mengingatkan Kihyun pada luka di punggungnya. Batin pemuda itu lantas berucap, "kau yang memulainya, dan aku yang akan mengakhiri semuanya ..."

  





Selesai ditulis : 11.07.2020
Dipublikasikan : 13.07.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro