Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 95

    Para pemuda Distrik 9 itu menuruni Bukit terlarang. Berjalan mengarah ke gubuk dan di sana telah menunggu Changkyun bersama para pemuda Distrik 1 yang sudah mengganti pakaian mereka menjadi pakaian serba putih. Minhyuk, Hyunwoo, Hoseok serta Jooheon sedikit merasa tak nyaman karena pakaian itu hanya mereka gunakan untuk upacara pemakaman. Tapi kenapa Kihyun justru menyuruh mereka mengenakan pakaian itu?

    Sejenak menyapa para pemuda Distrik 1, perhatian Kihyun teralihkan ketika Minhyuk menarik tangannya dan membuatnya mengikuti langkah Minhyuk yang sedikit menjauh.

    Minhyuk melepaskan tangan Kihyun dan berdiri berhadapan di dekat ketiga rekannya. "Kenapa harus memakai pakaian itu?"

    "Kita akan melakukan upacara pemakaman malam ini."

    "Apa rencanamu?"

    "Kita bicarakan di depan mereka."

    Mereka lantas berkumpul, dan setelah mendapatkan anggukan dari Kihyun, Changkyun masuk ke dalam gubuk.

    Kihyun mulai menjelaskan rencananya, "aku tidak akan berbasa-basi lagi. Nanti malam, kita akan mengambil alih gudang senjata mereka."

    Para pemuda Distrik 1 tampak terkejut, dan Minho berucap sebagai perwakilan, "bagaimana caranya."

    "Kita akan dibagi menjadi dua tim. Tim penyerang dan pengalihan. Tim penyerang akan bergerak setelah tim pengalihan."

    Changbin menyahut, "bukankah itu berarti tim pengalihan adalah orang yang akan dikorbankan."

    Semua pasang mata tertuju pada Changbin. Namun saat itu pandangan mereka teralihkan oleh sebuah karung yang dilemparkan Changkyun dari dalam gubuk. Bukan hanya satu, melainkan empat karung yang terlihat begitu ringan.

    "Apa itu?" tanya Jooheon. Merasa penasaran, ia pun mendekat dan menarik satu karung.

    Dahi Jooheon mengernyit ketika melihat isi dari karung tersebut yang tidak lain adalah bunga beracun Bukit terlarang yang sudah kering.

    "Apa yang ingin kalian lakukan dengan ini?" tanya Jooheon kembali.

    Hoseok dan Hyunwoo mendekati Jooheon dan keheranan yang sama juga dialami keduanya.

    Kihyun kembali berbicara, "tidak ada pihak yang akan dikorbankan. Tim pengalihan akan membakar bunga itu, sementara tim penyerang akan merebut gudang senjata."

    Hyunwoo menyahut, "bukankah ini terlalu berbahaya? Jika sampai kita menghirup asapnya—"

    "Itulah sebabnya kita harus berhati-hati," sahut Kihyun dengan cepat. "Changkyun yang bertanggung jawab dalam misi pengalihan dan tiga orang lagi."

    Hyunjin mengangkat tangannya lalu berucap setelah mendapatkan perhatian semua orang, "Jeongin, Seungmin dan Jisung akan pergi bersama Changkyun Hyeong."

    "Kenapa kau yang memutuskan?" protes Jisung.

    "Kau keberatan, Han Jisung?" tegur Kihyun.

    "Tidak, aku akan pergi."

    Kihyun kembali berucap, "setelah kalian membakar bunga itu, larilah ke arah yang berlawanan dengan arus angin. Dan lakukan dengan cepat."

    Hyunwoo menyahut, "kau yakin ini akan berhasil?"

    "Berhasil atau tidaknya, kita putuskan nanti malam. Persiapkan diri kalian."

    Hari itu mereka kembali melakukan persiapan. Para pemuda Distrik 9 kembali ke pemukiman, sementara para pemuda Distrik 1 menetap di gubuk. Kihyun kembali ke rumahnya yang terlihat sangat kacau. Namun pakaian yang berada di dalam lemari masih utuh seperti saat terakhir kali ia tinggalkan.

    Kihyun mengganti pakaiannya dengan pakaian berwarna putih. Memilih pakaian berlapis mengingat udara yang semakin dingin karena musim dingin yang sebentar lagi akan datang.

    Pintu kamar terbuka, menampakkan Changkyun yang masuk dengan membawa kain putih di tangannya. Kihyun berbalik dan mendekati pemuda itu.

    "Kau mendapatkannya?"

    Changkyun mengulurkan kain putih di tangannya pada Kihyun yang langsung membuka lipatan kain tersebut.

    "Bisa kau carikan bekas kayu yang terbakar?"

    Tanpa mengucapkan apapun, Changkyun meninggalkan kamar. Dan saat itu Kihyun merobek kain itu menjadi dua bagian lalu merentangkan kedua kain itu di lantai. Tak lama kemudian Changkyun kembali dengan balok kayu yang sebagian sudah hangus di tangannya.

    "Apa yang ingin Hyeong lakukan?"

    Kihyun mengambil balok kayu itu. "Tolong tahan ujungnya."

    Changkyun berjongkok dan memegangi ujung kain putih tersebut. Memperhatikan Kihyun yang saat itu menggambar garis pada kain putih itu menggunakan balok kayu yang hangus. Selesai dengan satu garis miring yang mengarah pada masing-masing ujung, Kihyun kembali membuat garis hingga terciptalah tanda silang di atas kain putih itu.

    Kihyun berpindah ke kain yang lain, begitupun dengan Changkyun. Pemuda itu masih belum mengerti tentang apa yang saat ini dilakukan oleh Kihyun. Jika biasanya mereka akan memasang bendera putih sebagai tanda bahwa ada seseorang yang meninggal, tapi kenapa saat ini Kihyun justru membuat tanda silang pada kain putih itu.

    Selesai dengan keduanya, Kihyun menggulung kedua kain itu dan berdiri. Diikuti oleh Changkyun.

    "Sebenarnya apa yang akan Hyeong lakukan dengan kain itu?"

    "Bendera putih menyatakan kematian, dan tanda silang merupakan simbol dari penolakan ..."

    "Menolak kematian?"

    "Benar. Kita akan berhenti kehilangan saudara-saudara kita lagi, mulai detik ini."

    Kihyun memberikan satu gulungan pada Changkyun. "Nanti malam, setelah kalian membakar bunga itu, segera bawa mereka ke Bukit terlarang."

    Changkyun tampak terkejut. "Kenapa begitu? Bagaimana dengan kalian?"

    "Jika kau melihat kain ini dikibarkan di atas Kantor Kepala Distrik, berarti kita menang. Dan tugasmu adalah mengibarkan kain itu di atas Bukit terlarang, dengan begitu kami akan tahu jika kalian sudah sampai di sana dengan selamat."

    "Tapi—"

    "Jangan membantah. Pastikan kalian segera menjauh setelah menyulut api dan jangan mengikuti arus angin."

    "Tapi bagaimana jika asapnya sampai ke tempat kalian?"

    "Kita sudah memperhitungkan semuanya. Angin berhembus dari barat dan tempat kalian berada di bagian timur Kantor Kepala Distrik. Semua akan baik-baik saja jika angin tidak berbalik arah ... aku percayakan mereka padamu. Apapun yang terjadi, bawa mereka ke Bukit terlarang dengan selamat."

    "Punggung Hyeong belum sembuh."

    "Aku baik-baik saja."

    "Kita bertukar posisi."

    "Tidak. Hanya dengan ini aku bisa menebus kesalahanku pada kalian. Aku tidak bisa lari lagi, semua ini terjadi karena aku ... aku akan membuat akhir yang baik untuk kita semua."

    Changkyun terdiam, tak mampu menyembunyikan kekhawatiran dalam tatapan dinginnya. Dan malam itu, tepatnya menjelang tengah malam. Para pemuda itu berkumpul di pemukiman dan mulai menjalankan rencana mereka.

    Seperti kesepakatan awal, kedua kelompok berpisah. Changkyun memimpin tiga pemuda Distrik 1. Bersembunyi dalam kegelapan dan mengendap-endap. Changkyun memberi aba-aba pada Jisung untuk maju dan mereka kembali merapatkan diri ke dinding ketika terlihat beberapa anggota militer.

    Mereka saling bertukar pandang dan anggukan kecil dari Changkyun membuat mereka kembali bergerak. Keempat pemuda itu memisahkan diri, namun tak terlalu jauh. Dan beberapa menit kemudian satu tembakan mengisi kekosongan langit gelap malam itu.

    "Mereka di sini ..." suara lantang yang menarik perhatian semua orang.

    Saat itu satu tembakan kembali terdengar dan disusul oleh beberapa tembakan lainnya. Memicu kekacauan dan mengundang derap langkah kaki saling bersahutan. Saat itu keempat pemuda itu melarikan diri dan pakaian putih yang mereka kenakan membuat mereka mudah untuk ditemukan.

    "Ke arah timur ... tangkap mereka!"

    "Sudah dimulai," gumam Jooheon ditempat persembunyiannya bersama semua rekan-rekannya.

    "Tunggu tanda dari Changkyun dan kita bergerak," ucap Kihyun.

    Di sisi lain, empat orang dalam tim pengalihan sudah sampai di tempat mereka menaruh tumpukan bunga kering itu. Keempatnya tampak menutupi sebagian wajah mereka menggunakan potongan kain. Di bagi menjadi empat bagian, dalam waktu yang hampir bersamaan mereka menyulut api yang kemudian membakar bunga kering tersebut.

    Ketiga pemuda Distrik 1 itu berkumpul di satu titik untuk menunggu kedatangan Changkyun. Dan setelah beberapa detik, Changkyun menampakkan diri dari kegelapan.

    "Kita pergi sekarang," ucap Changkyun yang kembali memimpin. Sedangkan di belakang tempat mereka, para anggota militer yang menghirup asap yang mereka buat, mengalami sesak napas sebelum tumbang.

    Dan saat itu dalam perjalanannya, Changkyun mengeluarkan empat tembakan ke arah langit yang merupakan sebuah panggilan untuk Kihyun. Kihyun yang mendengarnya memandang semua rekannya dan berucap, "sekarang."

    Semua beranjak dan keluar dari tempat persembunyian mereka yang memang tidak jauh dari Kantor Kepala Distrik. Dan baku tembak malam itu dimulai ketika para aktivis turun ke medan perang. Mereka berhasil menekan pihak militer karena sebagain besar orang telah mengejar kelompok Changkyun.

    Dan jalan semakin terbuka ketika Jooheon berhasil menyusup ke gudang senjata mereka. Saat itu Jooheon mengambil beberapa granat dan bergegas keluar. Berdiri di depan pintu dan melempari para perwira itu menggunakan granat dan menimbulkan suara ledakan yang cukup keras.

    "Dia menjadi bintang malam ini," ucap Hyunwoo dengan sudut bibir yang sempat terangkat sebelum kembali melepaskan tembakan. Hoseok yang berdiri di sampingnya tak mampu memberikan respon apapun.

    Kihyun memberikan isyarat pada Changbin dan Yongbok agar mereka bergerak ke tempat Jooheon. Sedangkan ia dan Hyunjin bergerak mundur dan mencari celah lain.

    "Hancurkan semuanya!!!" murka Jooheon. Namun di detik berikutnya ia segera tersungkur ketika serangan datang padanya. Saat itu Yongbok dan Changbin datang membantu.

    "Masuk ke dalam!" lantang Jooheon.

    Ketiganya masuk ke dalam, dan Jooheon mengarahkan kedua pemuda itu untuk mengambil granat lebih banyak lagi.

    "Kalian tahu bagaimana cara menggunakannya?"

    Kedua pemuda itu menggeleng dan membuat Jooheon mendengus. "Kalau begitu bawakan untukku dan tetap berdiri di belakangmu."

    "Ye," jawab keduanya serempak.

    Satu jam berlalu, para aktivis itu telah berhasil menguasai gudang senjata militer dan bersembunyi di dalam bangunan itu ketika aksi baku tembak telah berakhir. Napas mereka saling memburu, terlihat luka di beberapa bagian tubuh. Semua mengambil waktu mereka untuk bernapas.

    "Sudah berakhir," ucap Jooheon yang kemudian terkekeh pelan meski masih kesulitan untuk bernapas.

    "Apa kita menang?" sahut Hoseok.

    "Bagaimana dengan yang lain?" tanya Minho.

    Kihyun menjawab, "aku menyuruh Changkyun membawa mereka ke Bukit terlarang. Mereka pasti baik-baik saja."

    Hoseok menghela napas beratnya sebelum berbaring di lantai. "Apa mereka masih diluar?"

    "Keadaan masih belum aman untuk bersantai." ucap Hyunwoo. "Akan menjadi buruk untuk kita jika bantuan dari distrik lain datang."

    Saat itu perhatian semua orang teralihkan oleh pergerakan Kihyun yang berdiri. Minhyuk lantas menegur, "kau ingin ke mana?"

    "Tugasku belum selesai, kalian tunggu di sini." Kihyun lantas keluar melalui pintu belakang.

    "Mau ke mana dia? Di luar masih belum aman," gumam Jooheon.

    "Aku akan menyusulnya, kalian tetap di sini." Minhyuk lantas menyusul Kihyun.

    "Di luar sangat berbahaya," tegur Minhyuk. Namun bukannya Kihyun yang berhenti, justru dirinyalah yang menyamakan langkahnya dengan Kihyun.

    "Apa yang ingin kau lakukan?"

    "Kau akan tahu nanti."

    Tak ada lagi pembicaraan di antara keduanya setelah itu. Kihyun membawa Minhyuk memasuki Kantor Kepala Distrik yang tak lagi digunakan sejak insiden kebakaran. Kihyun mengambil tiang besi seukuran genggaman tangan dan membawanya naik.

    Minhyuk tak mengerti, namun juga tak bertanya hingga mereka berdiri di atap gedung. Saat itu Kihyun mengambil gulungan kain yang ia selipkan di pinggang. Membuka gulungan tersebut dan mengikat kedua ujung pada tiang itu.

    Saat itu netra Minhyuk memicing. "Apa yang ingin kau lakukan dengan itu?"

    "Memberitahu saudara kita bahwa kita selamat."

    Kihyun berjalan ke pinggir gedung untuk memasang bendera itu. Dan Minhyuk yang merasa khawatir pun menyusul untuk mengawasi sekitar. Setelah berhasil memasang bendera tersebut, mereka melangkah mundur untuk menghindari serangan yang kemungkinan akan datang.

    Keduanya berdiri berdampingan, memandang kain putih yang berkibar ketika angin yang kembali datang.

    "Menolak kematian, itukah maksudmu?" tanya Minhyuk.

    "Kita akan memulai semuanya dari sini. Distrik 9, akan bebas."

    "Tanpa rakyat," timpal Minhyuk.










Selesai ditulis : 09.07.2020
Dipublikasikan : 09.07.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro