Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 94

    Dua minggu berlalu, dan pemberontakan aktivis Distrik 9 memicu terjadinya pemberontakan di kedelapan distrik lainnya. Pihak militer semakin tertekan oleh perlawanan rakyat, namun tak jarang mereka berbuat anarkis hingga jatuh korban yang tak sedikit jumlahnya. Selama itu pula, para aktivis yang bergerak di Distrik 9 tak menunjukkan bahwa mereka akan menghentikan aksi mereka.

    Namun keadaan saat ini begitu memprihatinkan. Tak ada bedanya dengan perang, Distrik 9 menjadi tanah mati ketika sekitar seminggu lalu warga sipil dipaksa meninggalkan distrik sehingga memudahkan pihak militer untuk menemukan para pemberontak. Namun sayangnya pengosongan distrik justru membuat keuntungan bagi para aktivis. Dan sejak penyerangan aktivis Distrik 9 malam itu, mereka tidak menetap melainkan berpindah-pindah tempat untuk tetap bertahan hidup.

    Siang itu tak terlihat aktivitas militer di Distrik 9 karena mereka berkumpul dibekas Kantor Kepala Distrik. Sejak pagi beberapa mobil datang membawa pasokan senjata, dan sejak kekacauan yang semakin memanas, divisi Mark lebih memilih menarik diri meski masih tinggal di Distrik 8.

    Saat itu terlihat Changbin, Minho dan Jisung berkeliaran di luar. Ketiganya berjalan mengendap-endap di samping rumah penduduk. Mengawasi area sekitar sebelum kembali melangkahkan kaki mereka lebar-lebar.

    Setelah berjalan tak terlalu jauh, mereka memasuki salah satu rumah penduduk di mana para rekan mereka berada.

    "Sudah kembali?" tegur Hyunjin.

    "Udaranya semakin dingin saja," ucap Minho yang menghampiri rekan-rekannya.

    Hyunjin mengulurkan ubi rebus kepada Minho, karena memang saat itu mereka tengah memakan ubi rebus. Hanya Minhyuk dan Hyunwoo yang tidak ada di sana.

    Jooheon melontarkan teguran pertamanya, "tidak ada yang mengikuti kalian?"

    Changbin menjawab, "kami sudah memastikannya."

    Hoseok menyahut, "apa yang kalian dapatkan?"

    Dan dijawab oleh Minho, "mereka terlihat sibuk di Kantor Kepala Distrik."

    Jisung menimpali, "sepertinya mereka sedang memasok senjata."

    Sudut bibir Jooheon tersungging. "Manusia rendahan, sampai kapan mereka akan hidup seperti ini?"

    "Kita beruntung karena mereka tidak mendapatkan bantuan dari distrik lain untuk menyerbu kita," celetuk Jeongin yang tengah memakan ubi rebus dengan santai. Tak peduli meski semua pasang mata mengarah padanya.

    Jooheon kembali berucap, "sejujurnya aku penasaran, kenapa kita tidak mati-mati sampai sekarang?"

    Jeongin langsung tersedak setelah mendengar ucapan Jooheon. Hoseok tersenyum tak percaya dan menimpali, "bicaramu sembarangan."

    "Aku serius ... sudah berapa kali kepalaku terluka, tapi aku masih merasa baik-baik saja sampai sekarang."

    Yongbok menyahut dengan acuh, "itu karena Senior tidak memiliki otak di kepala."

    "Ya!" gertak Jooheon, namun justru ditertawakan oleh yang lain. Kecuali Seungmin yang memang jarang tertawa, atau bahkan mungkin tidak pernah.

    "Suara kalian terlalu keras, mereka bisa menemukan kita," tegur Hyunwoo yang baru saja keluar dari salah satu ruangan.

    Jooheon menyahut, "mereka sedang sibuk di sana. Tidak mungkin jika mereka tiba-tiba muncul di sini."

    Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Semua berhenti bergerak, menatap ke arah pintu masuk dengan wajah yang menegang. Namun tak lagi terdengar suara ketukan pintu. Mereka saling bertukar pandang hingga Hyunwoo memberikan isyarat dan mereka semua berdiri dengan senjata di tangan masing-masing.

    Hyunwoo memberi isyarat agar semua menunggu ketika ia sendiri mendekati pintu dan semua orang mengangkat senjata mereka untuk berjaga-jaga. Hyunwoo mengintip melalui celah di pintu, mencoba menemukan siapapun yang berada di luar. Saat itu pandangannya menangkap sosok laki-laki menyerupai warga sipil karena tak memakai seragam militer berdiri di depan pintu. Pandangan Hyunwoo bergerak naik dan saat itu seketika netranya membulat ketika ia mengenali sosok itu.

    Hyunwoo menegakkan tubuhnya dan memberi isyarat agar rekan-rekannya tak melepaskan tembakan. Dengan cepat ia pun membuka pintu dan mengejutkan semua orang.

    "Changkyun?" teguran pertama di lontarkan oleh Hyunwoo.

    Semua orang menurunkan senjata mereka, dan Hoseok serta Jooheon segera menghampiri keduanya.

    "Kau kembali? Masuklah," Hoseok menarik lengan Changkyun agar masuk ke rumah, sedangkan Hyunwoo sekilas mengawasi sekitar sebelum menyusul rekan-rekannya.

    Changkyun lantas menjadi pusat perhatian, terlebih oleh ketiga rekannya.

    Jooheon berucap dengan tak sabaran, "kenapa kau baru kembali sekarang? Ke mana saja kalian? Dan kenapa kau hanya datang sendiri? Di mana Kihyun Hyeong?"

    Hoseok menarik dada Jooheon dari belakang, membuat si sipit sedikit mundur. "Kau diam saja, biar kami yang berbicara."

    Jooheon mendengus kesal dan berpaling. Minhyuk yang mendegar kebisingan itu lantas keluar dari ruangan yang sebelumnya ditinggalkan oleh Hyunwoo. Terdapat sedikit keterkejutan di wajah kotor pemuda itu sebelum ia menghampiri Changkyun.

    "Kau datang sendiri?"

    Changkyun mengangguk.

    "Kihyun yang menyuruhmu datang kemari?"

    Changkyun kembali mengangguk.

    Hyunwoo menyahut, "di mana dia sekarang?"

    "Pergilah ke Bukit terlarang."

    Tanpa berpikir lebih dulu, Minhyuk segera meraih sebuah senapan dan bergegas meninggalkan rumah.

    "Lee Minhyuk, tunggu sebentar. Kita pergi bersama," ucap Hyunwoo yang terabaikan begitu saja.

    "Kita tidak bisa membiarkan dia pergi sendiri," ucap Hoseok.

    Hyunwoo memandang para pemuda Distrik 1 dan berucap, "kalian tunggu di sini dan jangan lakukan apapun." Hyunwoo mengalihkan pandangannya pada kedua rekannya. "Kita pergi."

    Ketiganya lantas menyusul Minhyuk, namun tidak dengan Changkyun yang masih berada di antara para pemuda Distrik 1 yang tengah memandangnya.

    Minho menutup pintu sebelum melontarkan pertanyaan. "Senior tidak ingin pergi?"

    "Ganti pakaian kalian," sebuah kalimat yang mengundang kebingungan bagi semua orang dan itu terucap oleh Changkyun.

    Minhyuk sampai di Bukit terlarang lebih dulu. Sempat berhenti setelah menemukan sosok Kihyun yang membelakangi tempatnya, dengan napas yang tampak memburu Minhyuk menghampiri Kihyun.

    "Ya!" sebuah bentakan yang membuat Kihyun berbalik.

    Tepat saat menjangkau tempat Kihyun, senapan yang menyampir di bahu Minhyuk jatuh ke tanah. Pemuda itu menarik kerah pakaian Kihyun menggunakan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya hendak melayangkan tinju ke wajah Kihyun. Namun kepala tangan itu justru terhenti di udara. Bisa dilihat oleh Kihyun, kemarahan di wajah rekannya tersebut.

    Netra Minhyuk mengerjap dan tiba-tiba berair. Tak mampu mengungkapkan kemarahannya, ia justru berbicara dengan suara yang lirih setelah kedua tangannya mencengkram kerah pakaian Kihyun.

    "Kenapa ... kenapa kau baru kembali sekarang ..." Minhyuk tiba-tiba membentak, "kenapa!!!" Pemuda itu menangis.

    "Kenapa kau menangis? Apakah kau seorang bocah?" suara lembut yang untuk kali pertama kembali menegur Minhyuk setelah hari-hari terlewati tanpa ada yang bisa menenangkan kemarahannya.

    "Kau bodoh ... kau membuatku menjadi orang bodoh menyedihkan."

    Cengkraman pada Kihyun terlepas, membimbing kedua lutut Minhyuk bersentuhan dengan tanah. Pemuda itu terisak dengan kepala yang menunduk dalam, seakan tengah melakukan pengaduan kepada Kihyun.

    Kihyun mengulurkan tangan kanannya untuk menyentuh kepala Minhyuk. Dia lantas bergumam, "aku minta maaf."

    Saat itu ketiga orang yang menyusul Minhyuk sampai di puncak Bukit terlarang. Langkah mereka terhenti, merasa bingung dengan situasi yang terjadi. Namun saat itu Kihyun memberikan sebuah gelengan yang mengisyaratkan agar mereka tak mendekat sekarang.

    Mereka terdiam untuk beberapa waktu hingga tangis Minhyuk terhenti. Pemuda yang masih berlutut di hadapan Kihyun itu terlihat beberapa kali memukul dadanya guna meredam rasa sesak yang masih tersisa.

    "Jika sudah selesai, berdirilah," tegur Kihyun.

    Minhyuk mengusap sisa air mata yang masih tertinggal di wajahnya sebelum berdiri dan kembali berhadapan dengan Kihyun. Saat itu, untuk kali pertama Minhyuk kembali melihat senyuman lembut milik Kihyun.

    "Kau sudah bekerja keras. Sudah bertahan sejauh ini, aku ucapkan terima kasih."

    "Aku tidak membutuhkan kata-kata manismu."

    Kihyun sekilas menepuk bahu Minhyuk sebelum meninggalkan Minhyuk dan menghampiri ketiga rekannya yang juga datang mendekat. Jabatan pertama Kihyun dapatkan dari Hyunwoo. Namun ketika Hyunwoo memeluknya sembari menepuk punggungnya, saat itu wajah Kihyun mengernyit. Lukanya memang sudah mengering, namun belum sembuh dengan sempurna dan tepukan ringan sebelumnya berhasil membawa rasa sakit itu kembali.

    "Kau kembali," ujar Hyunwoo.

    Berusaha menutupi lukanya, Kihyun membalas Hyunwoo dengan seulas senyum tipis. Kihyun berganti menjabat tangan Hoseok dan Jooheon sebelum mereka saling berhadapan.

    "Hyeong ke mana saja? Kenapa baru kembali sekarang?" tegur Jooheon, tak terlalu bersemangat setelah melihat Minhyuk menangis.

    "Ada alasan yang tidak bisa kukatakan."

    "Di bagian mana yang terluka?" celetuk Hoseok dan berhasil mengejutkan Kihyun. "Aku dengar kau terluka."

    "Tidak masalah, aku sudah baik-baik saja sekarang."

    Hyunwoo menyahut, "syukurlah, senang melihatmu kembali."

    "Aku mendengar semuanya dari Changkyun. Seberapa jauh rencana kalian berjalan?"

    "Kami tidak memiliki rencana, hanya melakukan apapun untuk bertahan hidup," jawab Jooheon.

    Hyunwoo menimpali, "warga sipil sudah dievakuasi. Distrik sudah kosong sekarang, tapi pihak militer tadi pagi menambah pasokan senjata."

    "Kalian tahu di mana gudang senjata mereka?"

    Jooheon menjawab, "di sekitar Kantor Kepala Distrik. Kami sudah mencoba merebut tempat itu, tapi sampai sekarang sangat sulit untuk memasuki wilayah itu."

    Saat itu Kihyun menyadari bahwa ada yang kurang di sana. Dia kemudian bertanya, "di mana Hyungwon?"

    Semua orang terlihat ragu, dan bahkan Minhyuk tak kunjung bergabung dengan pembicaraan mereka.

    "Ada apa? Di mana anak itu?"

    Hoseok mewakilkan rekan-rekannya untuk menjawab, "dia menghilang."

    Sebelah alis Kihyun terangkat, "apa maksudnya ini?"

    Jooheon menimpali, "dia pergi dari rumah tanpa mengucapkan apapun."

    Kihyun dengan cepat memandang Minhyuk, namun saat itu Minhyuk justru memalingkan wajahnya. Tampak enggan untuk menjelaskan situasi yang terjadi.

    Jooheon kembali berucap, "paman Hyunjae juga tiba-tiba menghilang sejak kebakaran Kantor Kepala Distrik, mungkin saja Hyungwon ikut bersama paman Hyunjae."

    "Itu tidak mungkin," sahut Kihyun.

    "Kenapa tidak?"

    "Karena aku sudah membunuh paman Hyunjae."

    Semua orang terkejut, tak terkecuali Hyunwoo yang sebelumnya sudah tahu masalah Kihyun dan Hyunjae. Namun Hyunwoo tak pernah berpikir bahwa Kihyun akan melakukan hal itu.

    "Apa? Apa yang baru saja Hyeong katakan?" ucap Jooheon tak percaya.

    "Aku sudah membunuh paman Hyunjae di malam terjadinya kebakaran Kantor Kepala Distrik."

    "K-kenapa, kenapa Hyeong melakukan hal itu!" suara Jooheon tiba-tiba meninggi.

    "Paman Hyunjae berkhianat," sahut Hyunwoo. "Dia membunuh ayah Kihyun untuk mengambil alih distrik. Dia adalah orang Pemerintahan."

    Jooheon dan Hoseok terlihat masih bingung, sedangkan Minhyuk justru menjatuhkan pandangannya. Tak menyangkal bahwa dia sudah mengetahui pengkhianatan Hyunjae lebih dulu dari mereka, tapi dia tidak tahu jika Hyunjae yang membunuh ayah Kihyun.

    "Ya ampun! Apa-apaan ini?" protes Jooheon.

    "Aku akan menyelesaikan urusanku dengan Hyungwon saat kami bertemu lagi, sekarang mari kita hanya fokus terhadap distrik."

    "Kau memiliki rencana?" tanya Hyunwoo.

    "Ganti pakaian kalian," perkataan itu memicu kebingungan dan membawa kembali pandangan Minhyuk untuk menemukan sosok Kihyun.

    Kihyun lantas kembali berucap, "malam ini, kita ambil alih Distrik 9 sepenuhnya!"







Selesai ditulis : 08.07.2020
Dipublikasikan : 09.07.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro