Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 93

    Changkyun berbalik arah setelah melihat aktivitas militer di sekitar kaki Bukit terlarang. Namun bukannya kembali ke gubuk, pemuda itu justru mencari jalan lain untuk bisa kembali ke pemukiman dan mencari sesuatu untuk dimakan.

    Mengikuti aliran sungai yang mengarah ke pemukiman, Changkyun menemukan jalan aman karena tidak bertemu siapapun di sekitar aliran sungai. Berjalan menjauhi aliran sungai, Changkyun terlihat tenang meski tatapan dinginnya selalu memperhatikan sekitar. Memasuki sebuah ladang, langkah Changkyun tiba-tiba berhenti dengan batin yang tersentak ketika bertemu dengan warga sipil.

    "Ya Tuhan! Changkyun?" seru bibi Choi, istri dari pemilik ladang tempat Kihyun bekerja dulu. Wanita itu segera menutup mulutnya sendiri ketika menyadari bahwa suaranya terlalu keras.

    Sekilas memandang sekitar dengan panik, bibi Choi lantas menghampiri Changkyun dan memelankan suaranya. "Kau di sini? Apa yang kau lakukan di sini?"

    "Kenapa Bibi berada di sini?" Changkyun balik bertanya.

    "Bibi mengambil sayuran di ladang, kenapa kau berkeliaran di luar? Bagaimana jika mereka menangkapmu?"

    "Apa yang terjadi semalam?"

    Bibi Choi menatap bingung. "Kau tidak tahu? Bukankah kau juga ikut dengan teman-temanku semalam?"

    "Aku baru saja kembali dan aku belum bertemu dengan mereka."

    Bibi Choi kaget. Kembali memandang sekitar, wanita paruh baya itu lantas menarik lengan Changkyun. "Bibi jelaskan di rumah saja, sekarang ikutlah bibi pulang."

    Tak memberikan penolakan, Changkyun pun mengikuti langkah bibi Choi untuk pulang. Dan kehadirannya di sana berhasil mengejutkan pak Shin yang memang saat itu berada di rumah karena aktivitas pembangunan di Distrik 9 telah dihentikan akibat serangan semalam.

    "Changkyun? Kau di sini?"

    "Dia baru kembali, dia tidak tahu apa yang terjadi semalam," ujar bibi Choi, terdengar terburu-buru.

    Changkyun menengahi, "jika kalian tidak keberatan, mohon jelaskan padaku apa yang terjadi di sini."

    Pak Shin terlihat resah. Ia kemudian berbicara pada istrinya, "kunci semua pintu dan jendela."

    Bibi Choi mengangguk dan segera mengunci pintu, sedangkan pak Shin kembali memandang Changkyun. "Duduklah, Nak."

    Keduanya duduk berhadapan di ruang tamu, sedangkan bibi Choi berjalan ke dapur.

    Pak Shin memulai pembicaraan, "sebelumnya aku bertanya, apa kau benar-benar tidak tahu apa yang sudah dilakukan oleh teman-temanmu semalam?"

    Changkyun menggeleng.

    Pak Shin melanjutkan, "semalam, mereka menyerang anggota militer. Mereka membakar tiga bangunan yang ditinggali oleh petinggi militer dan sempat terjadi baku tembak ..."

    "Pak Shin melihat sendiri bahwa mereka yang melakukannya?"

    Pak Shin menggeleng. "Aku dengar ada yang melihat Minhyuk semalam ... semua benar-benar kacau. Sejak kebakaran di Kantor Kepala Distrik, Hyunjae tiba-tiba menghilang."

    "Paman Hyunjae menghilang?"

    "Benar. Aku tidak tahu apa yang terjadi, keadaan benar-benar menjadi semakin buruk sekarang ... sebenarnya aku juga mengkhawatirkan teman-temanmu. Tindakan mereka terlalu gegabah."

    Bibi Choi datang dari arah dapur dengan membawa segelas air putih yang kemudian ia berikan pada Changkyun. "Minumlah dulu."

    "Terima kasih." Tak berniat mengambil segelas air itu, Changkyun lebih memilih melanjutkan pembicaraan. "Apa Pak Shin tahu di mana mereka sekarang?"

    "Tidak ada yang tahu mereka bersembunyi di mana, tapi pihak militer terus melakukan upaya untuk menemukan mereka."

    "Kenapa mereka harus bertindak sampai sejauh ini? Aku tidak percaya jika Kihyun benar-benar melakukan hal ini," ucap bibi Choi dengan penuh kekhawatiran.

    Changkyun menyahuti, "Kihyun Hyeong tidak tahu tentang hal ini."

     Pasangan suami istri itu terlihat kaget. Pak Shin lantas menegur, "bagaimana kau bisa tahu?"

    "Kihyun Hyeong bersamaku, dan dia tidak tahu apa-apa tentang apa yang terjadi di distrik."

    Bibi Choi segera duduk di samping Changkyun. "Di mana dia sekarang? Bagaimana keadaannya?"

    "Dia baik-baik saja, hanya saja dia tidak bisa kembali ke distrik dalam waktu dekat."

    "Tidak usah kembali," ucap bibi Choi dengan cepat. "Kalau perlu, bawa kakakmu pergi dari sini. Orang-orang jahat itu sedang mencari kakakmu ... apapun yang terjadi, jangan biarkan kakakmu kembali ke distrik."

    Changkyun menjatuhkan pandangannya, terlihat ragu. Dan hari itu, setelah mendapatkan makanan dari bibi Choi, Changkyun kembali ke Bukit terlarang tanpa memberitahukan keberadaan Kihyun kepada dua orang dewasa itu. Begitupun dengan Kihyun yang justru ia bohongi dengan mengatakan bahwa semalam terjadi bentrok antar militer.

    Saat malam tiba. Sesuai rencana, empat pemuda Distrik 9 itu meninggalkan Gereja dan melanjutkan pembantaian yang sempat tertunda.

    Satu tembakan terlepas malam itu memicu keributan dan membuat penghujung musim gugur menjadi terasa panas ketika deru napas terdengar memburu berirama dengan langkah kaki. Tak ada satupun dari warga sipil yang berani keluar rumah. Semua meringkuk di dalam rumah masing-masing. Mencoba melindungi orang terkasih mereka dari malam berdarah Distrik 9 yang kembali berlangsung.

    Lewat tengah malam, keempat pemuda itu jatuh terduduk di tanah tepat di belakang gedung kosong dengan napas memburu dan sesekali tersenggal. Tampak luka baru terlihat di tubuh mereka, menambah luka sebelumnya yang bahkan belum kering dengan sempurna.

    Minhyuk mengusap area matanya ketika darah yang keluar dari kepalanya hampir masuk ke matanya. Hoseok yang berada di sampingnya lantas menegur, "kepalamu berdarah."

    Minhyuk sekilas mengangkat tangannya sebagai isyarat bahwa dia tidak apa-apa. Namun saat itu Hyunwoo beranjak mendekati Minhyuk sembari merobek ujung pakaiannya yang kemudian ia gunakan untuk mengikat kepala Minhyuk guna menghentikan pendarahan.

    "Kita mundur saja," ucap Hyunwoo.

    Minhyuk menyahut dengan napas pendeknya, "masih terlalu awal."

    "Jika kau memaksakan diri, semua ini tidak akan berguna."

    Minhyuk menepis tangan Hyunwoo yang berada di bahunya. "Aku tidak apa-apa. Jika perlu, kita lakukan sampai pagi."

    "Ini benar-benar konyol," gumam Jooheon. "Akan lebih mudah jika kita menguasai gudang senjata mereka."

    Semua pasang mata segera mengarah pada Jooheon. Dan si sipit yang menyadari hal itu lantas kembali berucap, "kenapa memandangku seperti itu?"

    Hyunwoo menyahut, "kau tahu di mana gudang senjata mereka?"

    "Mungkin di sekitar Kantor Kepala Distrik. Tempat itu sangat penting, pasti banyak perwira yang berjaga di tempat itu."

    Hyunwoo dan Hoseok serempak memandang Minhyuk, seakan tengah meminta pendapat. Namun keadaan kembali mencekam setelah mereka mendengar pergerakan di sekitar mereka.

    "Periksa tempat ini!" suara lantang yang berasal dari dalam bangunan itu.

    Minhyuk segera bangkit disusul oleh rekan-rekannya. Mereka kembali bersiap dengan senapan di tangan masing-masing.

    "Serang atau lepaskan?" tanya Jooheon.

    Minhyuk menyahut, "lakukan dengan cepat."

    Ketiganya mengangguk dan setelahnya mereka mulai bergerak. Masuk melalui pintu belakang dan menyergap musuh mereka sebelum kembali berlari dalam kegelapan malam. Keributan malam itu kembali berlanjut dan semakin kacau. Keempat pemuda itu tak juga mundur dan memutuskan untuk tidak kembali ke Gereja dan bersembunyi di pemukiman. Memicu kekhawatiran para pemuda Distrik 1 yang ditinggalkan.

    Malam berdarah itu berakhir setelah keempat pemuda itu berhenti melakukan perlawanan saat garis cahaya di bagian timur mulai terlihat. Dan insiden penyerangan kedua itu membawa dampak yang besar bagi Distrik 9 dan memicu ketegangan pada pihak militer.







Selesai ditulis : 08.07.2020
Dipublikasikan : 09.07.2020

   

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro