Lembar 85
Hari berganti, keributan semalam setidaknya tengah memberikan sedikit ketenangan pagi itu ketika para militer sibuk dengan bangunan yang hangus semalam. Hoseok dan Minho lantas memutuskan untuk kembali ke rumah Kihyun. Saat sampai di halaman, keduanya melihat para pemuda Distrik 1 yang berada di teras rumah Sohye. Dan mereka lantas menghampiri rekan-rekan mereka terlebih dulu.
"Kalian sudah makan?" tanya Hoseok yang kemudian diangguki oleh beberapa orang.
"Kalian sudah mendengar kebakaran Kantor Kepala Distrik semalam?" tanya Changbin.
Minho sempat bertukar pandang dengan Hoseok sebelum memberi jawaban. "Kami mendengarnya. Ada siapa saja di rumah?"
"Hanya ada senior Jooheon dan senior Hyunwoo."
"Kihyun tidak ada?" sahut Hoseok.
"Setelah kalian pergi semalam, senior Kihyun kembali ke Gereja. Hyunjin dan Jisung sedang pergi ke sana untuk melihatnya."
Hoseok mengangguk. "Ya sudah, aku akan melihat mereka berdua. Kalian jangan pergi terlalu jauh."
Hoseok lantas meninggalkan para pemuda itu dan beralih ke rumah Kihyun. Membuka pintu kayu itu, pandangan Hoseok menemukan Jooheon yang saat itu duduk di ruang tamu dengan pandangan yang mengarah lurus ke depan meski terdapat orang lain di sana.
Hoseok memperhatikan Jooheon sembari menutup pintu dengan hati-hati. Merasa heran karena untuk kali pertama ia melihat Jooheon melamun sampai tidak menyadari kehadiran orang lain di sekitarnya. Hoseok lantas berjalan mendekat dengan langkah tanpa suara dan berhenti tepat di samping Jooheon.
"Lee Jooheon."
Jooheon tersentak dan lantas berteriak, "arghh ... Ya!!!" Pemuda itu memegangi dadanya dengan wajah yang tampak terkejut. Sedangkan Hoseok tak merasa bersalah.
"Tidak bisakah Hyeong datang secara baik-baik? Kenapa harus datang seperti hantu?" protes Jooheon dengan suara yang meninggi.
"Aku datang lewat pintu, dan pintunya sudah jelas-jelas berbunyi saat aku membukanya. Kau saja yang berlebihan."
Jooheon menggerutu, "berlebihan apanya? Jika aku terkena serangan jantung, bagaimana?"
Hoseok memukul bahu Jooheon dan kembali membuat pemuda itu tersentak sebelum menatap tajam.
"Apa yang kau pikirkan?"
"Apa? Memangnya ada yang bisa kupikirkan?" terdengar kesal.
"Ah ... aku lupa, kau bahkan tidak pernah berpikir."
Jooheon memalingkan wajahnya dan mencibir.
"Ada apa? Tidak biasanya kau melamun?" tanya Hoseok kemudian.
Jooheon sekilas memandang dengan sinis sebelum bergumam, "siapa juga yang melamun?"
"Kau sudah tertangkap basah, percuma saja mengelak ... katakan padaku apa yang kau pikirkan sampai seserius itu."
Jooheon sekilas memiringkan kepalanya, tampak penuh pertimbangan sebelum berbicara. "Ada yang salah dengan Kihyun Hyeong."
"Salah bagaimana?"
"Tentu saja salah. Changkyun sampai sekarang tidak ada kabar, tapi kenapa orang itu masih terlihat tenang-tenang saja?" Jooheon memandang Hoseok. "Bukankah ini aneh? Bahkan saat Changkyun masih di sini, Kihyun Hyeong tidak akan membiarkan siapapun mengganggu anak itu. Tapi sekarang ... kenapa menjadi seperti ini? Jujur saja aku merasa terganggu dengan sikap orang itu."
Hoseok tampak memikirkan hal yang sama dengan Jooheon. Dan setelah sejenak berpikir ia pun berucap, "ucapanmu ada benarnya. Sangat aneh melihat dia tidak melakukan apapun meski Sohye dan Changkyun tidak ada kabar."
Jooheon menjentikkan jarinya. "Tepat sekali! Orang itu memang sangat misterius dan semakin mencurigakan akhir-akhir ini."
"Dia memiliki nama, jangan memanggilnya seperti itu," tegur Hyunwoo yang datang dari arah dapur dan bergabung dengan kedua rekannya.
"Bagaimana lukamu?" tanya Hoseok.
"Hanya luka luar, aku sudah merasa lebih baik."
"Duduklah." Hoseok menarik kursi agar Hyunwoo bisa duduk, sementara ia tetap berdiri.
"Bagaimana dengan Hyungwon?" tanya Hyunwoo.
"Aku belum sempat pergi ke rumah Hyungwon. Tapi bukankah Minhyuk ada bersamanya?"
"Sejak pergi dari sini kemarin pagi, aku belum melihatnya lagi," gumam Jooheon.
Hoseok menyahut, "aku bertemu dengannya kemarin. Dia mengatakan akan kemari lebih siang."
"Bagaimana dengan Hyungwon?" pertanyaan yang sama keluar dari Hyunwoo.
"Aku belum sempat bertemu anak itu. Tapi sepertinya dia baik-baik saja."
Jooheon menghela napas. "Ya ampun ... aku benar-benar khawatir ketika dia berhadapan dengan paman Hyunjae waktu itu. Syukurlah jika dia tidak apa-apa."
Pintu depan terbuka dengan sedikit kasar dan menarik perhatian dari ketiganya. Dari sana Hyunjin masuk dengan raut wajah yang terlihat panik.
Jooheon menjadi orang pertama yang memberikan teguran, "Ya! Pelan sedikit jika membuka pintu."
"Kita mendapatkan masalah," ucap Hyunjin, tak terlalu peduli dengan teguran Jooheon.
Hoseok menyahut. "Masalah apa?"
"Kihyun Hyeong, dia tidak ada di Geraja."
Ketiga pemuda Distrik 9 itu terkejut dan sempat saling bertukar pandang. Hyunwoo kemudian bertanya, "kau sudah mencarinya di sana?"
"Aku dan Jisung sudah mengelilingi Gereja, tapi Kihyun Hyeong benar-benar tidak ada di sana."
"Distrik 7," celetuk Hyunwoo yang berhasil menarik perhatian semua orang. "Dia pasti pergi ke Distrik 7."
"Mustahil," sanggah Hoseok. "Sangat mustahil jika dia pergi di siang hari."
"Tidak mustahil jika dia pergi semalam," ralat Jooheon. "Kihyun Hyeong pergi dari sini setelah kalian pergi. Masuk akal jika dia pergi ke Distrik 7 semalam."
Hoseok mengusak rambutnya sedikit kasar. "Apa lagi sekarang? Satu masalah terselesaikan dan masalah baru, muncul."
"Apa yang akan kita lakukan?" tanya Hyunjin dengan hati-hati.
Hyunwoo menyahut, "kembali pada teman-temanmu dan pastikan mereka tidak merencanakan apapun tanpa persetujuan dari kami."
"Bagaimana dengan Kihyun Hyeong?"
"Dia bukan orang bodoh, dia pasti tidak ingin mati dengan sia-sia. Urusi diri kalian sendiri dan jangan pedulikan orang itu," jawaban yang terkesan acuh itu keluar dari mulut Jooheon.
Hyunwoo lantas memandang Hoseok. "Panggilkan Minhyuk dan Hyungwon kemari. Kita harus segera mencari solusi untuk masalah ini."
"Aku mengerti, aku pergi sekarang." Hoseok lantas meninggalkan rumah Kihyun dengan langkah lebar yang tampak terburu-buru.
Hoseok sampai di rumah Hyungwon. Segera diketuknya pintu rumah itu, namun setelah menunggu beberapa saat, tak ada respon yang didapatkannya. Pemuda itu lantas berinisiatif membuka pintu, namun sayangnya pintu tersebut terkunci.
Sejenak berpikir, Hoseok lantas mengitari rumah tersebut. Mencoba masuk melalui pintu samping, namun sayangnya tak ada celah yang bisa ia masuki saat itu. Baik pintu maupun jendela, semuanya terkunci. Menimbulkan pertanyaan pada batin Hoseok.
Setelah beberapa kali sempat memanggil Hyungwon dan Minhyuk. Hoseok menyerah karena tak ada seorangpun yang menyahut. Pemuda itu lantas pergi meninggalkan rumah Hyungwon. Namun tepat di ujung halaman, pandangan Hoseok menemukan sosok Minhyuk yang datang mendekat dengan langkah terburu-buru dan tampak terkejut melihat kehadirannya.
"Kau dari mana?" tegur Hoseok ketika Minhyuk sudah berada di hadapannya.
"Tidak dari mana-mana," jawaban acuh yang membuat Hoseok menatap heran.
Minhyuk sama sekali tak memiliki niat untuk berhenti, dan Hoseok lantas berbalik mengikuti langkah Minhyuk.
"Lee Minhyuk, ada yang harus kita bicarakan."
Minhyuk menghentikan langkahnya di teras rumah dan berhadapan dengan Hoseok. "Katakan."
"Pergilah ke rumah Kihyun."
"Aku sibuk."
Sebelah alis Hoseok terangkat, dan dia segera menahan tangan Minhyuk yang hendak masuk ke dalam rumah. "Apa terjadi sesuatu pada Hyungwon?"
"Tidak perlu cemas, aku akan mengurusnya."
"Kau ... terlihat sedikit aneh. Kau yakin baik-baik saja?" selidik Hoseok.
"Pergilah dari rumahku," sebuah pengusiran secara halus namun terkesan begitu dingin.
Hoseok tentu saja kaget dengan hal itu. "Jika ada masalah, kau harus menceritakannya pada kami."
"Ini tidak ada hubungannya dengan kalian. Jangan datang lagi kemari." Minhyuk menepis tangan Hoseok dan hendak kembali masuk ke dalam rumah.
"Kihyun menghilang," satu pernyataan yang membuat langkah Minhyuk kembali terhenti, namun kali ini tak berniat untuk berbalik.
"Kapan?"
"Kami tidak tahu pastinya. Tadi Hyunjin pergi ke Gereja dan tidak menemukan Kihyun di sana. Kemungkinan besar dia meninggalkan distrik semalam."
Minhyuk terdiam, tampak mempertimbangkan sesuatu sebelum suara Hoseok kembali terdengar dan menarik perhatiannya.
"Kita harus bertemu secepatnya untuk membicarakan masalah ini."
"Dia sudah mengambil keputusan, jadi biarkan saja. Jangan mencoba melindungi orang lain, cukup pastikan bahwa kalian tidak terbunuh hari ini."
Kali ini Minhyuk benar-benar masuk ke rumah dan menghilang dari pandangan Hoseok. Pemuda itu masih tampak kaget dengan sikap dingin yang baru saja ditunjukkan oleh Minhyuk. Mendekat ke pintu, Hoseok mencoba membuka pintu dengan pelan, namun sayangnya pintu itu kembali terkunci dan semakin memperbesar keheranannya pada sikap Minhyuk pagi itu.
Selesai ditulis : 01.07.2020
Dipublikasikan : 02.07.2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro