Lembar 82
Setelah menghilang sejak kemarin siang, pagi itu Minhyuk kembali dengan wajah yang tampak lelah. Berjalan tanpa minat menyusuri halaman rumah Kihyun.
"Hyeong," teguran itu datang dari Hyunjin yang baru saja keluar dari rumah Sohye. Pemuda itu lantas mendekati Minhyuk.
"Hyeong ke mana saja? Yang lainnya mencari Hyeong sejak kemarin."
"Apa semuanya baik-baik saja?"
Hyunjin mengangguk. "Hyunwoo Hyeong dan Jooheon Hyeong sudah kembali semalam."
Minhyuk terkejut. "Di mana mereka sekarang?"
"Di rumah Kihyun Hyeong."
Minhyuk bergegas ke rumah Kihyun dengan langkah terburu-buru dan tanpa sadar membuka pintu terlalu kasar sehingga membuat Jeongin yang saat itu berada di ruang tamu terlonjak lalu menjatuhkan gelas di tangannya. Suara pecahan gelas itu sontak menarik perhatian ketiga orang yang berada di kamar berbeda.
"Di mana mereka?" tanya Minhyuk tak sabaran tanpa melihat kebingungan di wajah Jeongin.
"Siapa yang Hyeong maksud?"
"Lee Jooheon."
Jeongin menunjuk ke arah kamar yang ditempati oleh Hyunwoo dan Minhyuk pun bergegas ke ruangan itu. Sedangkan Kihyun yang sudah waswas, lantas mendekat ke pintu. Membuat sedikit celah untuk melihat keadaan di ruang tamu, dan setelah tidak menemukan siapapun selain Jeongin, ia pun membuka pintu lebar-lebar.
"Siapa yang datang?"
"Oh! Minhyuk Hyeong sudah pulang."
"Di mana dia sekarang?"
Jeongin kembali menunjuk ruangan yang sama seperti sebelumnya. Kihyun hendak menyusul Minhyuk, namun dia sedikit terlonjak ketika Hyunjin tiba-tiba muncul di pintu yang memang belum ditutup.
Kihyun menghela napasnya dengan singkat. "Tutup pintunya," ucapnya yang kemudian menyusul Minhyuk.
Kedatangan Kihyun di ruangan itu sontak menginterupsi pembicaraan dari ketiga orang yang tengah berlangsung. Tanpa pikir panjang, Kihyun menutup pintu dan langsung menghampiri Minhyuk dengan tatapan menuntutnya.
"Pergi ke mana saja kau?"
"Itu bukanlah hal yang penting." Minhyuk kembali pada dua orang yang sebelumnya berbicara dengannya. "Apakah kalian bertemu dengan Hyungwon?"
"Kau belum bertemu dengannya?" heran Kihyun yang juga membuat Jooheon serta Hyunwoo bingung.
"Aku sudah mencari di mana-mana, tapi aku tidak menemukannya. Aku khawatir jika dia pergi ke Kantor Kepala Distrik."
"Dia yang membebaskan kami," celetuk Jooheon yang masih terlihat bingung, dan sontak hal itu membuat Minhyuk terkejut.
"Kau bilang apa?"
Hyunwoo menyahut, "semalam Hyungwon datang menyelamatkan kami. Tapi dia menyuruh kami pergi lebih dulu karena dia bicara dengan paman Hyunjae."
Tanpa mengucapkan apapun lagi, Minhyuk segera meninggalkan ruangan itu. Keluar dari rumah Kihyun dengan cara berlari, kehadirannya itu berhasil menarik perhatian Hoseok dan Minho yang saat itu terlibat pembicaraan di halaman.
"Kau sudah kembali?" sapaan yang terabaikan begitu saja. Membuat Minho dan Hoseok saling bertukar pandang sebelum perhatian mereka kembali teralihkan oleh Jooheon yang keluar dari rumah Kihyun.
"Hyeong, kalian melihat Minhyuk Hyeong?"
"Dia baru saja pergi, ada apa? Kenapa dia berlari seperti itu?"
"Dia belum bertemu dengan Hyungwon sejak kemarin. Aku akan pergi menyusulnya."
"Ke mana dia akan pergi?"
"Mungkin saja dia pulang ke rumah Hyungwon. Aku pergi."
"Kau jangan gila," tegur Hoseok. "Jika mereka melihatmu, mereka pasti akan menangkapmu lagi. Kembalilah ke dalam, biar aku dan Minho yang pergi."
"Benar juga," gumam Jooheon. "Jika terjadi sesuatu, segera beritahu kami."
Hoseok mengangguk dan ketiganya berpisah. Jooheon yang bergegas kembali ke dalam rumah dan Hoseok serta Minho yang menyusul Minhyuk.
Minhyuk memasuki rumah Hyungwon setelah membuka pintu dengan kasar. Tampak napasnya yang tak beraturan, namun itu masih belum cukup untuk membuat langkahnya berhenti. Pemuda itu bergegas ke kamar yang ia tempati bersama Hyungwon.
Pintu terbuka lebar dalam sekali dorongan. Langkah Minhyuk terhenti, hampir putusasa ketika tak mendapati siapapun di ruangan itu. Namun ketika hendak pergi, ekor matanya menangkap sosok yang saat itu duduk di lantai dengan kepala yang menunduk tepat di samping ranjang.
Tanpa buang-buang waktu, Minhyuk segera masuk dan menghampiri Hyungwon. "Ke mana saja kau?" terdengar sangat menuntut namun terabaikan begitu saja.
Minhyuk lantas duduk bersila di hadapan Hyungwon, namun saat itu netra pemuda itu melebar ketika melihat ada yang berbeda dari wajah Hyungwon yang masih menunduk dalam.
"Angkat wajahmu."
Hyungwon tak memberi respon. Minhyuk yang sempat menunggu lantas mengulurkan tangannya, bermaksud mengangkat wajah Hyungwon namun justru mendapatkan penolakan dari pemuda itu.
Suara itu lantas melembut, "ada apa dengan wajahmu? Tunjukkan padaku."
Masih belum memberi respon, Hyungwon justru memalingkan wajahnya.
"Chae Hyungwon, kau tidak mendengarku? Angkat wajahmu sekarang."
Minhyuk yang kehilangan kesabarannya pun lantas menarik wajah Hyungwon dengan paksa. Namun di detik berikutnya tangannya segera menjauh ketika melihat wajah Hyungwon yang penuh dengan luka.
"A-apa ... apa yang terjadi padamu?"
Hyungwon menjatuhkan pandangannya, tak berniat untuk memberi jawaban. Dan saat itu Minhyuk memegang kedua bahu pemuda itu dan kembali bertemu pandang.
"Siapa yang melakukan ini padamu?" Sorot mata yang sebelumnya dipenuhi oleh kekhawatiran, kini menunjukkan kemarahan yang begitu menuntut sebuah jawaban yang tak kunjung datang.
"Katakan padaku."
"Maaf," satu kata terucap sebagai gumaman. Mengiringi jatuhnya air mata yang membasahi wajah kotor penuh luka serta menjatuhkan pandangannya pada lantai di hadapannya.
Napas Minhyuk terlihat naik turun, bukan karena kelelahan melainkan karena marah. Sekali lagi ia menuntut jawaban, "katakan siapa orangnya!"
Tetap bungkam dan habislah kesabaran Minhyuk. "Tidak mau bicara?"
Menunggu beberapa detik, Minhyuk dengan cepat berdiri dan meninggalkan Hyungwon setelah tak mendapatkan respon dari Hyungwon. Tepat setelah pintu tertutup dari luar, Hyungwon memalingkan wajahnya dengan helaan napas singkat yang terdengar penuh beban.
Minhyuk keluar dari rumah Hyungwon dan menarik perhatian dari Hoseok dan juga Minho yang memang sengaja menunggu di halaman. Hendak pergi begitu saja, langkah Minhyuk terhenti ketika Hoseok menahan lengannya.
"Dia belum pulang?"
"Dia ada di dalam."
Sebelah alis Hoseok terangkat. "Lalu, kenapa kau terlihat marah? Kau bertengkar dengannya?"
"Tidak." Minhyuk menepis tangan Hoseok dan kembali melangkahkan kakinya. Namun hanya satu meter dan dia kembali berhenti.
Sejenak mempertimbangkan sesuatu, Minhyuk lantas berbalik dan kembali menghampiri keduanya.
"Ada apa?" tegur Hoseok.
"Aku perlu bantuan kalian."
"Bantuan apa?"
"Malam ini, kita bantai mereka."
Minho dan Hoseok tentu saja terkejut. Keduanya sempat saling bertukar pandang.
"Apa maksudmu?"
"Hanya kita bertiga, jangan libatkan yang lain. Jika kalian tidak bersedia, aku akan pergi sendiri."
"Kau ingin menjalankan rencanamu tanpa melibatkan mereka? Apa yang sedang kau pikirkan? Kenapa tiba-tiba sekali?"
"Hanya berpikir tidak akan membuat keadaan membaik. Kita membutuhkan tindakan untuk mengubah sesuatu ... aku, tidak bisa menunggu sampai Kihyun selesai berpikir ... sekarang putuskan, tetap berlindung di rumah itu, atau bergabung bersamaku."
"Apa rencanamu?" tanya Hoseok.
"Membakar mereka hidup-hidup," sebuah pernyataan yang kembali mengejutkan kedua rekannya.
"Malam ini, kita akan pergi tanpa sepengetahuan dari siapapun ..."
Selesai ditulis : 28.06.2020
Dipublikasikan : 30.06.2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro