Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 71

    Seoul.

    Malam itu, Park Chunghee memasuki kediamannya dan langsung disambut oleh putri sulungnya yang berbicara dengan nada khawatir.

    “Ayah.”

    “Ada apa?”

    Geunhye mendekati sang ayah. “Taehwa belum pulang.”

    “Semalam ini? Kau tahu ke mana adikmu?”

    Geunhye menggeleng. “Setelah pergi tadi pagi, dia belum pulang sama sekali.”

    “Dengan siapa dia pergi?”

    “Paman Shin.”

    “Ya sudah, kau tidurlah. Kakakmu biarkan ayah yang mengurusnya.”

    “Ayah harus mencarinya, perasaanku tidak enak.”

    “Ayah mengerti, kembalilah ke kamarmu.”

    Chunghee lantas meninggalkan putrinya dan memasuki ruang kerjanya. Namun bukannya memikirkan ke mana putranya pergi, Chunghee justru menyibukkan dirinya di ruang kerja dengan memikirkan apa yang akan ia katakan besok pada rapat yang telah ia umumkan hari ini. Memikirkan cara bagaimana agar ia bisa memenuhi janjinya pada pemuda Distrik 9 yang menemuinya pagi tadi.

    Di Distrik 9 sendiri, saat itu Hyunjin sampai di Gereja dan masuk dengan tak sabaran dengan Bang Chan yang berjalan lesu di belakangnya.
    Jooheon yang sebelumnya berbaring di kursi lantas bangkit ketika mendengar seseorang mendobrak pintu. Si sipit menegur dengan kesal, “Ya! Ya! Ya!!! Gunakan sopan santunmu.”

    Hyunjin tak peduli dan berhenti di depan Hyungwon yang saat itu menyandarkan tubuhnya pada meja. Dari sorot mata Hyunjin, Hyungwon tahu bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi.

    “Ada apa?” tegur Hyungwon dengan suara tenangnya.

    “Di mana Kihyun Hyeong?”

    “Dia tidak ada, ada perlu apa?”

    “Tolong selamatkan adikku.”

    Keempat pemuda Distrik 9 itu sedikit terkejut, dan Minhyuk pun datang menghampiri. “Ada apa?”
   
    Minhyuk melewati Hyunjin dan berhadapan dengan Bang Chan. “Apa yang terjadi?” Minhyuk sekilas menarik lengan Bang Chan yang tidak terluka. “Kau sendiri? Di mana teman-temanmu?”

    “Maaf,” gumam Bang Chan dengan kepala yang menunduk.

    “Itu bukanlah jawaban, katakan apa yang terjadi.”

    Bang Chan mengangkat wajahnya dan berucap dengan penuh keraguan. “Militer, menangkap mereka.”

    “Apa?”

    “Eih! Apa-apaan ini?” ucap Jooheon tak terima sembari beranjak dari duduknya.

    Hyunjin menyahut, “kalian harus membantu kami, tolong selamatkan adikku.”

    Perhatian semua orang teralihkan oleh pintu Gereja yang kembali terbuka. Dari sana Kihyun dan Hyunwoo datang tanpa menyadari ketegangan yang terjadi di sana.

    “Kau sudah kembali?” tegur Kihyun ketika mencapai tempat Bang Chan dan Minhyuk berdiri. Namun Kihyun merasa aneh ketika melihat Bang Chan memalingkan wajahnya.

    “Ada apa?”

    “Kita berada dalam masalah,” ucap Minhyuk.

    “Masalah apa?”

    “Teman-temannya ditangkap oleh pihak militer.”

    Kihyun dan Hyunwoo menunjukkan keterkejutan yang sama.

    “Bagaimana bisa?” gumam Hyunwoo tak percaya.

    Kihyun menjatuhkan pandangannya pada Bang Chan. “Benarkah itu, Bang Chan?”

    “Semua ini salahku, harusnya aku bisa membawa mereka pulang dengan selamat,” suara itu terdengar lebih lirih dan kebingungan terlihat di wajah Kihyun.

    “Di Distrik mana kalian tertangkap?”

    “Distrik 1.”

    Hyungwon tiba-tiba menyahut dengan nada bicara yang tak bersahabat, “aku sudah mengatakan untuk tidak pergi ke Distrik 1, kenapa kalian justru pergi ke sana?”

    “Kereta api yang kami naiki berhenti di Distrik 1.”

    Kihyun menarik pelan kedua bahu Bang Chan agar pemuda itu memandangnya. “Mereka menangkap kalian di stasiun?”

    Bang Chan menggeleng. “Kami melarikan diri dari stasiun, tapi mereka tertangkap.” Pemuda itu menangis dengan kepala yang menunduk. “Ini salahku, harusnya tidak seperti ini.”

    Kihyun sejenak memijat keningnya sebelum menarik kepala Bang Chan. Berusaha menenangkan pemuda itu dengan sebuah rengkuhan dan tepukan pelan pada bagian belakang kepala.

    Kihyun lantas berucap entah Bang Chan mendengarnya atau tidak, “jangan berpikir bahwa ini sudah berakhir, ini belum berakhir ... perang belum berakhir bagi para pejuang.”

    Hyunwoo mengusak kepalanya dan mendudukkan diri. Semua berdiam diri ketika kebingungan itu semakin menyergap saat tangis pemuda Distrik 1 itu terdengar penuh dengan penyesalan. Sedangkan Jooheon datang menghampiri Hyunjin dan menepuk punggung pemuda itu. Mencoba menyampaikan rasa prihatinnya tanpa melibatkan lisan yang mungkin akan mengeluarkan perkataan yang berbeda dengan nuraninya.

    Malam semakin larut, membuat keadaan di luar semakin senyap. Bang Chan yang sudah terlihat tenang lantas duduk berseberangan dengan Hyunwoo dan berhadapan dengan Kihyun yang masih berdiri.

    “Sudah merasa lebih baik?”

    Bang Chan mengangguk meski hatinya tak mungkin membaik secepat itu.

    “Hyeong, tolong selamatkan mereka,” sahut Hyunjin.

    Perhatian Kihyun yang sempat terbagi lantas kembali mengarah pada Bang Chan. “Kau tahu di mana teman-temanmu saat ini?”

    “Aku sempat menyusup ke Camp Militer. Orang-orang itu berencana memindahkan mereka.”

    “Ke mana?”

    “Distrik 7.”

    Dua orang di sana menunjukkan reaksi keterkejutan. Kihyun mengarahkan pandangannya pada Changkyun yang justru berpaling. Menghindari tuntutan yang bahkan tak ingin dikatakan oleh Kihyun.

    “Kenapa harus ke Distrik 7?” gumam Hoseok dengan nada menerawang.

    Hyunwoo menyahut, “bagaimana sekarang?”

    “Tidak ada orang yang menguasai medan Distrik 7 di sini,” ucap Hyungwon yang mendapatkan tatapan tak setuju dari Kihyun dan Minhyuk, ketika keduanya tahu bahwa Changkyun berasal dari Distrik 7.

    “Apa, kalian akan membiarkan mereka?” tanya Hyunjin.

    Jooheon menimpali, “tenanglah dulu, kau kira ini semudah menangkap ikan di sungai? Kami perlu berpikir sebelum bertindak, dasar bocah!”

    Hoseok yang berdiri di samping Jooheon segera menepuk dada pemuda itu, sekedar memberikan peringatan.

    Kihyun menengahi, “kita putuskan besok pagi. Sekarang, pulanglah ke rumah kalian masing-masing.”

    “Hyeong tidak pulang?” tanya Jooheon.

    “Aku akan menetap di sini. Kau obati luka anak ini, Changkyun.”

    Changkyun yang mendengar namanya dipanggil lantas memandang Kihyun. Berdiam diri untuk beberapa detik sebelum beranjak dari duduknya dan pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun meski melewati tempat Kihyun.

    “Kalian berdua pulanglah bersama Changkyun.”

    Hyunjin menghampiri Bang Chan. Menarik pelan lengan pemuda itu dan membawanya mengikuti langkah Changkyun.

    Hoseok kemudian bertanya, “kau yakin ingin tinggal di sini?”

    “Tidak masalah. Besok pagi kita bertemu lagi di sini.”

    “Kau yakin bisa menyelamatkan mereka?” tanya Hyunwoo.

    “Putuskan besok saja, sekarang lebih baik kalian beristirahat.”

    Hyungwon kemudian beranjak dari tempatnya dan menjadi orang yang pergi berikutnya tanpa mengucapkan sepatah katapun.

    Jooheon bergumam terkesan mencibir, “saudaraku itu, kapan dia bisa tidak menyia-nyiakan mulutnya?”

    “Kau lah yang menyia-nyiakan mulutmu,” ucap Hoseok yang kemudian menyusul Hyungwon.

    “Sampai jumpa besok pagi.”

    “Cih! Dasar.” Jooheon mengikuti langkah Hoseok dan menepuk bahu Hyunwoo ketika melewati tempat pemuda itu.

    Hyunwoo kemudian beranjak berdiri. “Aku akan mencoba bicara pada ayahku.”

    “Terima kasih.”

    Hyunwoo pergi, menyisakan dua orang yang saling berhadapan di dalam bangunan itu.

    “Kau tidak pulang?”

    “Duduklah, ada banyak hal yang ingin kudengar darimu.”

    “Aku tidak ingin menjelaskan apapun.”

    “Kau harus.”

    “Jangan memaksaku.”

    “Jangan menyembunyikan sesuatu dariku.”

    Kihyun terdiam tanpa berniat mengakhiri kontak mata dengan Minhyuk dan hal itu berlangsung selama beberapa detik hingga pada akhirnya Minhyuk lah yang kembali memulai pembicaraan.

    “Katakan apa yang kau pikirkan saat ini.”

    “Secepatnya, kita harus mengambil mereka dari Distrik 7.”

    “Bagaimana jika kita mengulur waktu sedikit lebih lama?”

    “Terlalu berbahaya untuk mereka.”

    “Apa yang akan terjadi pada mereka?”

    Kihyun kembali diam, dan Minhyuk kembali menuntut. “Kau tahu sesuatu, maka dari itu katakan padaku.”

    Kihyun mengambil langkah mendekat dan berdiri di hadapan Minhyuk.

    “Katakan.”

    “Kau masih ingat pada anak bibi yang waktu itu menghilang dan ditemukan tewas?”

    “Apa hubungannya dengan anak itu?”

    “Anak itu ... buangan dari Distrik 7.”
    Tatapan mata Minhyuk semakin menajam dengan rahang yang semakin mengeras pula. “Apa maksudmu.”

    “Luka di punggung anak itu ... Changkyun juga memiliki luka yang sama di punggungnya.”

    Mata Minhyuk mengerjap tak percaya dengan bibir yang sedikit gemetar. “Apa, apa maksudnya ini? Seberapa banyak kebenaran yang sudah kau sembunyikan dari kami selama ini, Yoo Kihyun?” terdengar tenang namun penuh penekanan. Menyatakan rasa tak percayanya.

    “Sekarang juga jelaskan padaku, siapa anak itu dan apa yang sebenarnya terjadi di Distrik 7!”

    “Maafkan aku.”

    Suara Minhyuk tiba-tiba meninggi, “jangan meminta maaf dan jelaskan padaku sekarang juga!”

    “Aku akan menceritakan semuanya, pelankan suaramu dan jangan memberitahu siapapun tentang hal ini.”

    “Sampai kapan kau akan membohongi mereka?”

    “Akan lebih baik jika mereka tidak tahu. Aku hanya mencoba mempertahankan apa yang bisa kujaga. Tolong jangan sakiti Changkyun karena hal ini.”

    “Aku tidak sepicik itu, sekarang katakan semuanya padaku.”

    Kihyun menghela napasnya. Dan malam itu sebuah rahasia besar tentang Changkyun dan juga Distrik 7, Kihyun bagikan terhadap orang yang paling ia percaya di antara rekan-rekannya. Membuat Minhyuk tak mampu lagi menuntut ketika fakta yang di hadapkan pada pemuda itu benar-benar sebuah fakta yang mengerikan. Dan pada akhirnya Minhyuk tahu, alasan kenapa Kihyun tidak pernah mengizinkan mereka untuk menginjakkan kaki di Distrik 7.

    Malam itu, Minhyuk kembali menjadi orang pertama yang mengetahui rahasia Kihyun. Namun di balik kebenaran yang Kihyun ucapkan malam itu, masih ada rahasia besar yang hanya ingin Kihyun simpan untuk dirinya sendiri dalam waktu yang tidak ditentukan.







Selesai ditulis : 20.06.2020
Dipublikasikan : 24.06.2020
   

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro