Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 70

    Malam itu Kihyun meninggalkan Gereja bersama Hyunwoo, menyisakan Hyungwon, Minhyuk, Jooheon, Hoseok dan Changkyun yang masih menetap di bangunan itu. Sedangkan Hyunjin memutuskan untuk kembali ke rumah, berjaga-jaga jika rekan-rekannya pulang.

    Menyelinap dalam gelapnya malam itu, Kihyun berhasil sampai di rumah Hyunwoo dengan selamat melalui pintu belakang. Hyunwoo segera memeriksa rumahnya, mencari keberadaan sang ayah yang ternyata belum pulang. Setelah sempat memeriksa keadaan di depan rumahnya, Hyunwoo kembali menghampiri Kihyun yang sebelumnya ia tinggalkan di dapur.

    "Ayahku belum pulang, mungkin sebentar lagi. Duduklah dulu."

    Kihyun menarik tempat duduk di dekat meja makan dan mendudukinya, begitupun dengan Hyunwoo yang mengambil tempat duduk berseberangan dengan Kihyun.

    "Kau sudah makan?"

    Kihyun mengangguk. "Bagaimana perkembangan Distrik seminggu ini?"

    Hyunwoo mengendikkan bahunya. "Tidak ada yang baik-baik saja. Tapi, bisa kau jelaskan padaku tentang hubunganmu dengan para perwira itu?"

    "Mark Tuan, dia mengatakan bahwa kedatangannya ke sini hanya untuk berbalas budi."

    "Berbalas budi?"

    Kihyun mengangguk. "Ayahnya adalah pasukan angkatan darat Amerika yang ditugaskan pada masa perang Korea Selatan dan Korea Utara. Ayahnya tersesat di Distrik 9 dan saat itu kakekku lah yang menolongnya."

    "Jadi, bisa dikatakan bahwa ayah perwira asing itu berteman dengan kakekmu."

    "Itulah yang dia katakan padaku."

    "Lalu, sebenarnya kau dari mana dengan pakaian seperti itu?"

    "Aku hanya memakai apa yang mereka berikan padaku."

    "Kau serius dengan hal itu?"

    "Jangan menaruh kecurigaan padaku, aku benar-benar menjadi pecundang sejak meninggalkan Distrik 1."

    Hyunwoo lantas sedikit mengurangi kecurigaannya. "Tapi, apakah Sohye benar baik-baik saja?"

    "Perwira asing itu, beberapa hari sekali dia ke Distrik 1 untuk melihat keadaan Sohye."

    "Seberapa jauh hubungan kalian? Apa kau yakin mereka bisa dipercaya?"

    "Tidak semua orang bisa dipercaya. Tapi jika itu Mark, aku akan mencoba menaruh sedikit kepercayaanku."

    Hyunwoo menepuk pahanya beberapa kali sembari menghela napas. "Semua terasa berat akhir-akhir ini. Tapi omong-omong, apa yang ingin kau bicarakan pada ayahku?"

    "Kita tunggu sampai paman datang."

    "Apakah ada sesuatu yang penting?"

    "Tidak ada hubungannya dengan distrik, hanya sedikit masalah pribadi."

    "Kau selalu berhasil membuatku penasaran."

    Perhatian keduanya teralihkan oleh suara pintu depan yang dibuka.

    "Kau tunggu di sini," ucap Hyunwoo yang segera beranjak dari duduknya lalu bergegas ke depan.

    "Ayah," tegur Hyunwoo dan berjalan menghampiri sang ayah.

    "Kau sudah pulang?"

    "Ayah datang sendiri?"

    Ayah Hyunwoo terlihat bingung. "Ada apa? Apa ada masalah?"

    "Ada seseorang yang ingin bertemu dengan Ayah."

    "Siapa?"

    Ayah Hyunwoo memandang ke arah putranya datang sebelumnya dan sedikit tekejut ketika melihat Kihyun.

    "Kihyun?"

    Hyunwoo berbalik dan saat itu Kihyun datang mendekati keduanya, lalu berdiri berhadapan dengan ayah Hyunwoo dengan Hyunwoo yang berada di antara keduanya.

    "Kau, kau baik-baik saja?"

    "Seperti yang Paman lihat ... ada hal yang ingin kutanyakan pada Paman."

    "Apa itu?"

    "Ayah dan ibuku, siapa yang membunuh mereka?"

    Baik Hyunwoo dan ayah pemuda itu sama-sama terkejut. Ayah Hyunwoo kemudian berucap dengan gugup, "a-apa, apa yang kau bicarakan?"

    "Aku sudah bertemu dengan paman Lee di Distrik 1, dia mengatakan bahwa Paman ada di rumahku ketika orangtuaku terbunuh."

    Hyunwoo segera memandang ayahnya dengan tatapan menuntut. "Benarkah itu, Ayah?"

    "Tidak, aku tidak ada di sana saat itu."

    "Jangan menyembunyikan apapun dariku, Paman. Aku hanya ingin tahu siapa yang sudah membunuh orangtuaku."

    "Mereka dibunuh oleh anggota militer."

    "Tapi paman Lee menyangkal hal itu. Tolong, katakan yang sejujurnya padaku."

    Ayah Hyunwoo memalingkan wajahnya yang tampak gelisah. Dan saat itu Hyunwoo menegur sang ayah, "jika Ayah memang ada di sana waktu itu, tolong katakan dengan jujur."

    "Apa yang sedang kalian bicarakan? Sejin sudah meninggal empat tahun yang lalu, kenapa kalian mengungkitnya lagi?"

    "Karena aku putranya," sahut Kihyun dengan cepat. "Kakekku, ayahku dan ibuku ... mereka semua mati terbunuh. Dan sekarang, orang-orang itu juga ingin membunuhku ... aku tidak ingin menuntut kenapa mereka membunuh keluargaku, aku hanya ingin tahu tentang siapa pembunuh dari kedua orangtuaku. Hanya itu."

    "Lupakan, tidak seharusnya kau kembali ke tempat ini. Carilah kehidupan yang lebih baik di luar sana ... setidaknya hanya itu yang bisa kukatakan sebagai seorang paman."

    Ayah Hyunwoo meninggalkan ruangan itu dan masuk ke salah satu kamar yang berada di dalam ruangan itu.

    "Maafkan ayahku, aku akan membujuknya lain kali," ucap Hyunwoo menyampaikan sesalnya.

    "Tidak perlu." Kihyun memandang Hyunwoo. "Paman memiliki alasan kenapa dia tidak mau bicara."

    "Lalu, sekarang kau ingin ke mana?"

    "Aku akan kembali ke Gereja."

    "Bukan ke rumahmu?"

    "Di sana terlalu berbahaya. Changkyun dan yang lainnya pasti juga masih tinggal di Gereja ... Hyeong istirahat saja, aku akan kembali sendiri."

    "Tidak, aku akan ikut denganmu."

    Kihyun tersenyum tipis dan berucap, "sudah menungguku, aku ucapkan terima kasih."

    Hyunwoo membalas senyuman itu dengan satu tepukan pelan pada bahu Kihyun. "Kau tidak perlu mengucapkan hal itu. Kau bagian dari keluarga kami, tentu saja kami akan menunggumu."

    Kihyun sekilas memandang pintu kamar ayah Hyunwoo sebelum meninggalkan kediaman Hyunwoo dan kembali ke Gereja.

    Di sisi lain, Hyunjin baru sampai di rumah Kihyun seorang diri. Membuka pintu dan menutupnya kembali dari dalam, pemuda itu terlonjak kaget ketika melihat Bang Chan duduk di ruang tamu.

    "Hyeong? Kau sudah kembali?" Hyunjin menghampiri Bang Chan yang segera berdiri.

    Hyunjin sekilas memandang ke sekeliling untuk menemukan rekan-rekannya. "Hyeong sendiri? Di mana yang lain?"

    "Di mana mereka?"

    "Siapa? Oh! Kihyun Hyeong juga sudah kembali."

    "Di mana dia sekarang?"

    "Dia sedang bersembunyi di suatu tempat, akan sangat berbahaya jika sampai ada yang melihatnya."

    "Antarkan aku ke sana?"

    "Tapi ... di mana yang lainnya? Jeongin, apa anak itu baik-baik saja?"

    Bang Chan menjatuhkan pandangannya, tampak penyesalan di wajahnya yang terlihat sedikit kotor itu. Hyunjin bingung, namun ia kembali terkejut ketika melihat terdapat darah yang sudah mengering di sepanjang lengan Bang Chan.

    "Hyeong, kau terluka?"

    Hyunjin segera memeriksa lengan Bang Chan, dan bisa ia lihat bahwa darah itu berpusat pada lengan bagian atas, dimana terdapat lubang kecil pada lengan kaos yang dikenakan oleh Bang Chan. Rahang Hyunjin segera mengeras dengan sorot mata yang tiba-tiba menajam, memandang Bang Chan.

    "Kau tertembak?"

    "Maafkan aku," gumam Bang Chan sarat akan penyesalan.

    "Minta maaf untuk apa?"

    "Aku ... tidak bisa membawa mereka kembali."

    Netra Hyunjin melebar, ia lantas menarik bahu Bang Chan yang tidak terluka. Suara Hyunjin tiba-tiba meninggi, "apa maksudmu? Di mana Jeongin? Cepat katakan padaku di mana anak itu!"

    Bang Chan mengangkat pandangannya dan bertemu dengan tatapan menuntut Hyunjin.

    "Katakan, di mana anak itu?"

    "Militer, menangkap mereka."

    Napas Hyunjin tercekat, pemuda itu jatuh terduduk di kursi dengan tatapan tak percaya.

    "Jangan bercanda ..."







Selesai ditulis : 20.06.2020
Dipublikasikan : 24.06.2020

   

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro