Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 67

    Distrik 1.

    "Tuan Muda, kita sudah sampai," ucap paman Shin ketika mobil yang ia kendarai memasuki kawasan Distrik 1.

    Taehwa sejenak mengarahkan pandangannya ke luar. Sekilas tak ada yang berbeda dengan tempat-tempat yang pernah ia kunjungi, namun setelah semakin memasuki kawasan itu, ada begitu banyak anggota Militer yang berkeliaran.

    "Tuan Muda ingin langsung berhenti di Camp Militer?"

    "Itu bukanlah tujuanku, hentikan mobilnya."

    Paman Shin menepikan mobilnya. Taehwa kemudian turun terlebih dulu dan berhasil menarik perhatian dari beberapa penduduk yang berada di sekitar tempatnya. Paman Shin lantas menghampiri pemuda itu.

    "Apa yang ingin Tuan Muda lakukan sekarang?"

    "Asap apa itu?"

    Paman Shin mengikuti arah pandang Taehwa yang mengarah pada kepulan asap yang membumbung tinggi di tempat yang sepertinya tak begitu jauh dari tempat mereka.

    "Apa telah terjadi kebakaran?"

    "Jika aku tidak salah, sepertinya asap itu berasal dari reaktor nuklir."

    Taehwa memandang penuh tanya. "Reaktor nuklir?"

    "Benar. Tuan Muda tentunya sudah mendengar bahwa Korea Selatan memiliki satu pembangkit tenaga nuklir, dan itu ada di Distrik 1 ini."

    "Senjata nuklir?"

    Paman Shin tersenyum. "Kenapa Tuan Muda berpikir sejauh itu? Korea Selatan telah bergabung dalam perjanjian Nonproliferasi Nuklir yang memungkinkan bahwa Korea Selatan tidak memiliki hak untuk membuat senjata nuklir."

    "Aku ingin berkeliling sebentar, Paman jangan mengikutiku."

    "Tapi ini adalah tempat asing, Tuan Muda."

    "Aku tidak akan melakukan apapun, hanya ingin melihat-lihat."

    "Kalau begitu aku akan mengunjungi Camp Militer sebentar."

    "Lakukan yang Paman inginkan."

    Taehwa kemudian melangkahkan kakinya menyusuri pemukiman, sedangkan paman Shin masuk ke dalam mobil dan bergegas menuju Camp Militer untuk memberitahukan kepada pimpinan di sana yang kemungkinan besar sudah mendapatkan informasi tentang kedatangan Taehwa ke sana dari para perwira yang sebelumnya mereka temui di perbatasan.

    Taehwa melangkahkan kakinya menyusuri gang sempit di antara rumah penduduk. Sesekali ia tersenyum atau sekilas menundukkan kepalanya ketika melihat orang-orang yang ia lewati memandangnya dengan segan.

    "Sudah berakhir, hancurlah semua. Kita benar-benar tidak ada harapan lagi."

    Langkah Taehwa terhenti ketika pendengarannya menangkap suara seorang pria yang terdengar begitu khawatir. Merapat pada tembok, Taehwa memutuskan untuk sejenak menjadi penguntit.

    "Jangan keras-keras, jika para perwira itu tiba-tiba lewat sini, habislah kita," suara lain menyahuti.

    "Kapan perang akan berakhir jika seperti ini? Jikapun ingin berperang, kenapa harus mengorbankan kita. Mereka yang ingin berperang, kenapa harus kita yang menderita."

    "Aku bingung harus menjawab bagaimana. Ingin keluar dari sinipun, aku tidak tahu harus hidup di mana."

    Tak merasa ada pembicaraan yang penting, Taehwa memutuskan untuk pergi ke arah lain. Tak ingin mengganggu penduduk setempat.

    "Aku tidak percaya jika Distrik 9 benar-benar hancur."

    Langkah Taehwa kembali terhenti ketika ia menemukan ketertarikan atas pembicaraan kedua orang yang bahkan tak ia lihat seperti apa rupanya.

    "Jika Yoo Sejin tidak terbunuh, mungkin Distrik 9 masih aman sampai sekarang."

    "Yang membuatku kasihan adalah putranya. Aku dengar sekarang dia menjadi buronan ... dia benar-benar bernasib sial."

    "Putranya? Yang mana?"

    "Ketua aktivis Distrik 9, Yoo Kihyun ... masa kau tidak tahu."

    "Ah ... anak itu. Tapi yang aku dengar dia tiba-tiba menghilang sejak insiden penyusupan di Distrik 1 waktu itu. Mungkinkah dia sudah mati?"

    "Sepertinya begitu. Aku tidak mendengar bahwa Distrik 9 melakukan perlawanan ... sepertinya semua benar-benar sudah berakhir."

    "Mereka sangat licik. Sejak awal mereka mengincar Distrik 9 sebagai tempat untuk uji coba senjata nuklir."

    "Ya! Tutup mulutmu! Jika sampai ada mendengar bagaimana?"

    Rahang Taehwa tiba-tiba mengeras seiring dengan tatapan teduh yang berubah menjadi dingin. Memutar tubuhnya, pemuda itu mengambil langkah lebar untuk menghampiri dua pria paruh baya yang masih berdebat itu.

    "Apa yang terjadi pada Distrik kalian?"

    "Ya Tuhan!" pekik salah satu dari mereka.

    Keduanya segera berdiri berjajar dengan kepala yang tertunduk dan tampak ketakutan, karena hanya dilihat sekilas dari pakaian yang dikenakan oleh Taehwa, mereka sudah tahu bahwa Taehwa bukanlah orang dari keluarga sembarangan.

    "Tolong katakan padaku, apa yang baru saja kalian bicarakan?"

    "Kami, kami tidak mengatakan apapun. Kami hanya asal bicara ... semalam kami terlalu banyak minum sehingga kami tidak sadar—"

    "Aku tidak akan melakukan hal yang buruk pada kalian, aku hanya datang sebagai tamu. Tolong, jelaskan apa yang terjadi di sini."

    Kedua pria itu memberanikan diri untuk memandang pemuda asing di hadapan mereka. "Kau ... bukan orang sini?"

    "Aku datang dari Seoul."

    "Seoul?" Kedua orang itu tampak terkejut.

    "Kau masih muda, kenapa bisa sampai datang ke tempat ini?"

    "Tentang senjata nuklir itu, bisakah kalian menceritakannya padaku?"

    "Lupakan! Kami sangat sibuk hari ini." Pria itu menarik lengan rekannya dan hendak meninggalkan Taehwa.

    "Park Taehwa," ucap Taehwa yang berhasil menghentikan langkah kedua pria itu yang lantas kembali memandangnya. "Namaku Park Taehwa ... dan kakak tertuaku bernama, Park Geunhye."

    Kedua pria itu kembali terkejut dan tampak kehilangan kata-kata.

    "K-kau ..."

    "Putra Park? J-jangan bercanda ..."

    Taehwa menghadap ke arah dua pria itu dan sejenak membungkukkan badannya. "Aku mohon bantuannya."

    Taehwa meninggalkan salah satu rumah penduduk dengan tatapan tak bersahabat setelah ia berhasil menemukan fakta yang telah terjadi di tempat itu dari kedua penduduk yang ia temui sebelumnya. Sejenak berhenti di ujung halaman, pandangan pemuda itu memandang asap yang membumbung tinggi di udara. Dengan satu kali hembusan napas beratnya, pemuda itu lantas kembali melangkahkan kakinya menuju ke arah di mana asap itu berasal.

    Beberapa menit kemudian, Taehwa melihat gerbang besar yang di jaga oleh beberapa perwira. Dimana di dalam tempat itu terdapat dua buah reaktor nuklir yang aktif.

    Tak berniat berhenti barang sedetikpun, Taehwa berjalan menghampiri para perwira itu yang sudah jelas menghadang jalannya.

    "Kau mengambil jalan yang salah, Bung."

    "Aku tahu ke mana harus membawa langkahku."

    "Apa kau seorang mata-mata?"

    "Aku rakyat Republik Korea."

    "Bawa mata-mata ini ke Camp."

    Dua perwira segera meringkus Taehwa. Menarik kedua tangan ke belakang dan membawanya pergi dengan paksa. Taehwa tahu bahwa melawan pun akan sangat percuma, untuk itu dia tetap berdiam diri meski tubuhnya didorong beberapa kali hingga hampir membuatnya terjatuh.

    Tak terlalu jauh, Taehwa sudah dibawa menyusuri halaman Camp Militer Distrik 1. Dan tepat saat hampir menjangkau pintu masuk, mereka dihadang oleh seorang perwira.

    "Siapa yang kalian bawa?"

    "Mata-mata Korea Utara."

    Taehwa memandang tak terima ketika perwira itu menyebutnya sebagai orang Korea Utara di saat ia sendiri telah mengatakan bahwa dia adalah orang Korea Selatan.

    "Masukkan dia ke sel tahanan."

    Tubuh Taehwa kembali ditarik dengan paksa. Memasuki Camp Militer dan berakhir dengan terlempar ke sebuah sel tahanan, namun tak sampai membuatnya tersungkur. Menegakkan tubuhnya, Taehwa segera berbalik memandang dua perwira yang tengah mengunci sel tahanan yang ia tempati.

    "Jangan berulah, atau kau hanya akan mempersingkat hidupmu," ucap salah satu perwira yang kemudian meninggalkan tempat itu.

    Pandangan Taehwa terjatuh dengan rahang tegasnya yang semakin mengeras ketika ia tengah berpikir. Namun saat itu ekor matanya menangkap sosok lain berada di sekitarnya. Pandangan itu terangkat, mengarah ke samping dan menemukan seorang gadis yang tidak lain adalah Sohye yang telah lebih dulu menempati sel tahanan di sebelahnya.

    Taehwa menangkap tatapan waswas Sohye yang saat itu duduk di atas sebuah kotak kayu menyerupai kursi. Sekilas memandang ke sekitar, Taehwa lantas menghampiri Sohye setelah tak melihat ada perwira di sana.

    Taehwa berdiri menghadap jeruji yang menjadi pembatas antar ruangan dan memberikan teguran pertamanya, "boleh aku bertanya padamu, Nona?"

    Sohye yang berada dalam jarak sekitar dua meter menyahut, "siapa kau?"

    "Park. Jika kau membutuhkan nama untuk memanggilku, kau bisa menggunakan nama itu?"

    "Aku tidak menanyakan siapa namamu? Kenapa kau dibawa kemari?"

    "Hanya kesalahpahaman. Aku tidak memiliki banyak waktu di sini, jadi tolong jawab pertanyaanku."

    "Katakan?"

    "Dari mana kau berasal?"

    "Distrik 9."

    "Kenapa kau bisa ada di sini?"

    Sohye tampak ragu untuk memberikan jawaban, dan saat itu Taehwa teringat akan sesuatu. Pemuda itu lantas kembali menegur, "tunangan Yoo Kihyun dari Distrik 9, mungkinkah kau orangnya?"

    Sohye menunjukkan reaksi keterkejutan. Gadis itu segera beranjak dari duduknya dan menghampiri Taehwa dengan tatapan waswas yang berubah menjadi khawatir.

    "Kau, mengenal Kihyun? Di mana dia sekarang? Apa dia baik-baik saja? Cepat katakan padaku."

    "Maaf, aku hanya pendatang."

    Tampak keputusasaan di wajah Sohye. "Jadi, kau tidak mengenal Kihyun?"

    "Aku mendengar dari penduduk bahwa orang itu menghilang setelah menyusup ke Distrik 1. Apa yang terjadi di antara kalian dan pihak Militer?"

    "Aku tidak bisa mengatakannya padamu."

    "Kau harus mengatakannya padaku. Apa yang terjadi pada Distrikmu?"

    "Kau orang asing—"

    "Seoul, aku datang dari Seoul."

    Sohye menatap tak percaya. "Seoul?"

    "Benar, jadi sekarang tolong katakan padaku apa yang terjadi pada Distrikmu. Terlebih lagi peran Yoo Kihyun."

    "Kenapa kau pergi sampai sejauh ini?"

    "Karena aku ingin tahu apa yang terjadi dengan tempat ini, semuanya. Tolong katakan dengan jelas dan singkat."

    Sohye memalingkan wajahnya, terlihat mempertimbangkan sesuatu dan membuat Taehwa menantikan jawaban yang akan ia berikan.

    "Nona," tegur Taehwa ketika Sohye tak kunjung memberi respon.

    "Kim Sohye." Sohye kembali memandang Taehwa dan berjalan mendekat. Gadis itu lantas berbicara dengan suara yang lebih pelan dan berhati-hati, "jika kau ingin mengetahui semuanya, pergilah ke Distrik 9 dan temui pemuda bernama Lim Changkyun."

    "Siapa orang itu?"

    "Dia adalah adik Yoo Kihyun. Jika kau bertemu dengannya, katakan bahwa aku yang menyuruhmu untuk menemuinya. Dan jika kau bertemu dengan Yoo Kihyun di sana, katakan padanya bahwa aku sudah meninggalkan Distrik 1."

    "Kau ingin membohonginya?"

    "Itu adalah urusanku dengan Yoo Kihyun. Aku hanya meminta bantuanmu. Dan ingat baik-baik, jangan pernah mengatakan tentang hal ini selain pada Lim Changkyun ... aku tidak tahu apa yang sedang terjadi pada Distrik 9, tapi anak itu mungkin bisa memberikan jawaban yang kau inginkan ... aku hanya meminta tolong padamu untuk menyampaikan pesanku."

    Sohye berbalik, hendak kembali ke tempat sebelumnya. Namun langkahnya terhenti oleh teguran Taehwa.

    "Anak yang kau sebutkan tadi, siapa namanya?"

    "Lim Changkyun." Sohye kembali ke tempatnya.

    Taehwa memandang punggung gadis muda itu yang kini membelakanginya dengan tatapan tajam yang tak ingin surut sama sekali.

    "Distrik 9, Lim Changkyun."







Selesai ditulis : 18.06.2020
Dipublikasikan : 24.06.2020

   

   

   

   

Perjanjian Nonproliferasi adalah suatu perjanjian yang ditandatangani pada 1 Juli 1968, yang membatasi kepemilikan senjata nuklir.

Note : Korea Utara bergabung dalam perjanjian tersebut pada 12 Desember 1985. Tapi untuk Korea Selatan saya ragu jika pada tahun 1979 mereka sudah bergabung dalam perjanjian itu atau belum karena saya tidak menemukan artikel tentang kapan Korea Selatan masuk sebagai anggota. Jika misalkan kalian menemukan artikel itu, mohon beritahu saya. Dan saya akan segera membenahi jika saya membuat kesalahan dalam chapter ini.
   
Republik Korea = Korea Selatan.

Republik Rakyat Demokratik Korea = Korea Utara.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro