Lembar 61
Pagi itu, setelah lebih dari satu minggu menghilang. Hyunjin kembali menampakkan kakinya di halaman rumah Kihyun. Pemuda itu sekilas membungkukkan badannya pada Youngjae yang hendak pergi setelah mengantarnya tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Saat itu Hyunwoo yang baru datang sedikit terkejut dengan kehadiran Hyunjin. Mempercepat langkah kakinya, ia menyusul Hyunjin yang berjalan mendekati rumah Kihyun.
"Hyunjin."
Langkah Hyunjin terhenti dan lantas berbalik. Pemuda itu sekilas menundukkan kepalanya sebagai sebuah sapaan pada yang lebih tua.
"Kau kembali? Apa Kihyun pulang bersamamu?"
Tak menunggu jawaban dari Hyunjin, Hyunwoo segera bergegas ke rumah Kihyun. Hyunjin sekilas menggaruk bagian belakang kepalanya dan menyusul Hyunwoo.
Tampak terburu-buru, Hyunwoo segera membuka pintu rumah Kihyun dengan sedikit kasar dan menghentikan pergerakan Jooheon yang saat itu baru keluar dari kamar Changkyun.
"Hyeong, ada apa?"
Hyunwoo masuk sembari melontarkan sebuah pertanyaan, "di mana Kihyun?"
Dahi Jooheon mengernyit dengan mata yang menyipit. "Kihyun Hyeong? Memangnya dia sudah kembali?"
"Kau tidak melihatnya?"
Jooheon menggeleng dengan wajah bingungnya.
"Kihyun Hyeong tidak ikut pulang," celetuk Hyunjin yang berjalan masuk menghampiri keduanya.
"Oh! Bocah, kau sudah kembali?" tegur Jooheon.
"Apa maksudmu?" sahut Hyunwoo.
Hyunjin berhenti di depan keduanya dan menjelaskan situasi yang terjadi. "Aku tidak melihat Kihyun Hyeong saat bangun pagi ini. Sersan Choi hanya mengatakan bahwa aku harus kembali ke Distrik 9 hari ini."
"Bagaimana dengan Kihyun?"
Hyunjin menggeleng, karena memang Kihyun pergi bersama Mark dan Jaebum sebelum garis cahaya di ujung timur terlihat, sehingga pemuda itu tidak tahu menahu tentang kepergian Kihyun.
Changkyun yang mendengar kebisingan di ruang tamu lantas keluar dari kamarnya dan segera menghampiri Hyunjin ketika pandangannya menemukan sosok pemuda itu.
"Dia datang sendiri," ucap Jooheon, berusaha memberitahu Changkyun sebelum pemuda itu melontarkan pertanyaan.
Hyunwoo kembali bertanya pada Hyunjin, "bagaimana dengan punggungnya?"
"Kihyun Hyeong terlihat baik-baik saja, sepertinya punggungnya sudah sembuh."
Jooheon menyahut dengan penuh selidik, "apa ... selama kalian menghilang, dia pernah pergi ke Distrik 1?"
Hyunjin menggeleng. "Kami tidak pergi kemana-mana. Aku masih bisa sekedar keluar rumah, tapi tidak dengan Kihyun Hyeong ... mereka tidak mengizinkan Kihyun Hyeong keluar dari kamar."
"Mustahil!" sangkal Jooheon. "Bukankah Sohye waktu itu dibawa oleh Militer Distrik 1? Sangat tidak masuk akal jika Kihyun Hyeong hanya berdiam diri."
"Tapi sungguh, Kihyun Hyeong sama sekali tidak meninggalkan rumah. Sersan Mark sering datang menemuinya dan setelahnya mereka berbicara berdua saja."
"Apa yang mereka bicarakan?" Changkyun menyahut.
"Mereka selalu menyuruhku keluar setiap kali mereka ingin bicara."
"Kau yakin tidak mendengar apapun?" selidik Jooheon.
Hyunjin terlihat ragu-ragu dan hal itu disadari oleh ketiga pemuda Distrik 9 di hadapannya.
Changkyun menjadi orang pertama yang menegur, "katakan."
"Semalam ... aku mendengar bahwa Kihyun Hyeong meminta denah dari keseluruhan Distrik pada Sersan Mark."
Jooheon dan Hyunwoo sekilas bertukar pandang. Namun teguran itu kembali datang dari Changkyun. "Apa yang akan dia lakukan dengan denah itu?"
"Aku tidak tahu. Semalam mereka berbicara di ruang tamu saat aku tidur. Saat aku terbangun, pembicaraan mereka sudah selesai dan aku hanya mendengar permintaan Kihyun Hyeong itu saja."
Hyunwoo bergumam dengan nada menerawang, "denah keseluruhan Distrik? Apa yang sedang dia rencanakan sebenarnya?"
"Mungkinkah Hyungwon tahu tentang hal ini?" sahut Jooheon.
"Kita tunggu semua berkumpul dan bicarakan masalah ini. Hyunjin, kau bisa kembali pada teman-temanmu."
"Ye." Hyunjin sekilas menundukkan kepalanya dan meninggalkan rumah Kihyun.
Hari itu, Kihyun menempuh perjalanan menuju Seoul. Kota besar yang telah mengalami kemajuan pesat setelah Park Chunghee mengambil alih negara. Negara miskin yang perlahan berkembang menjadi negara maju, namun sayangnya masih ada banyak hal yang harus diperbaiki dari negara yang mencoba bangkit dari keterpurukan itu.
Hari itu pula, kelompok aktivis Distrik 1 telah melakukan persiapan untuk melancarkan rencana mereka. Siang itu ketujuh pemuda itu merampas dua buah taksi dan berhasil mendapatkan beberapa senjata api. Dan karena waktu yang diberikan oleh Hyungwon tidaklah banyak, mereka melakukan apapun agar bisa menyelesaikan misi dengan cepat dan kembali ke Distrik 9 sebelum waktu yang ditentukan habis.
Siang itu, Park Chunghee meninggalkan istana kepresidenan untuk melakukan kunjungan ke luar kota bersama dengan Taehwa. Berada dalam mobil yang sama. Mobil yang mereka tumpangi diapit oleh dua mobil yang digunakan oleh para petugas keamanan.
Beberapa menit setelah keluar dari Seoul. Rombongan Presiden melewati jalanan kosong yang membentang di antara lahan kosong. Namun sedikit gangguan terjadi di tengah jalan. Saat itu terlihat dua buah taksi yang berhenti di tengah jalan dan sepertinya mengalami kecelakaan.
Rombongan Presiden lantas berhenti dan beberapa orang keluar untuk memeriksa keadaan. Mereka mendekati para pemuda yang tidak lain adalah para aktivis Distrik 1 tersebut.
"Ada apa di sana?" tanya Chunghee pada sopir yang duduk di depannya.
"Sepertinya telah terjadi kecelakaan, Pak. Kami akan segera mengurusnya."
"Apakah parah?" sahut Taehwa.
"Sepertinya hanya perselisihan antara sopir taksi."
Kejutan datang dari arah samping. Dari sisi jalan, Yongbok dan Changbin segera menjarah mobil Presiden dan mengalihkan perhatian semua orang. Changbin membuka paksa pintu bagian depan dan meringkus sang sopir. Sedangkan Yongbok menarik Chunghee keluar dan menodongkan sejata pada pria itu.
Semua petugas keamanan yang melihat hal itu lantas segera menghampiri Chunghee. Namun pergerakan mereka terhenti ketika para pemuda yang sebelumnya bersembunyi di balik mobil tiba-tiba keluar dan menodongkan senjata api ke arah mereka. Semua berhenti di tempat masing-masing dengan saling menodongkan senjata. Sedangkan Taehwa merasa terkejut ketika melihat wajah Yongbok. Ingatan Taehwa kembali mengulang pertemuan dengan anak-anak itu.
"Siapa kalian?" tanya Chunghee.
"Diam dan lakukan apa yang kami perintahkan," sahut Yongbok.
"Apa-apaan ini?" ucap seorang petugas keamanan yang saling todong senjata dengan Bang Chan.
"Buang senjata kalian," balas Bang Chan.
Petugas keamanan yang terlibat pembicaraan dengan Bang Chan sekilas memperhatikan para pemuda itu dan berucap, "kalian masih anak-anak, siapa yang menyuruh kalian melakukan hal segila ini?"
"Buang senjata kalian, sekarang!"
Si petugas sekilas memandang ke arah Chunghee sebelum memandang para rekannya. Memberikan anggukan ringan, mereka semua lantas menjatuhkan senjata mereka.
Bang Chan kemudian memberi perintah, "letakkan tangan di belakang kepala dan mundur."
Para petugas keamanan itu tak bergerak sama sekali. Namun saat itu sang sopir yang berjongkok di hadapan Changbin berusaha melakukan pemberontakan dan berakhir dengan satu tembakan Changbin yang mengenai bahu pria itu. Semua orang terkejut, termasuk rekan-rekan Changbin karena itu tidak termasuk dalam rencana mereka. Namun sepertinya mereka tidak memiliki pilihan lain.
Bang Chan lantas memberikan isyarat kepada tiga rekannya kecuali Jeongin untuk berjalan maju yang memukul mundur para petugas keamanan itu. Langkah demi langkah yang tampak berhati-hati itu lantas terhenti.
"Jeongin."
"Ye?"
"Ambil itu?"
Dengan panik Jeongin memunguti senjata api milik para petugas keamanan itu dan segera berlari masuk ke dalam mobil tanpa ada perintah sebelumnya.
"Masuk ke mobil," ucap Bang Chan kemudian.
Minho yang berdiri di samping Bang Chan sekilas memandang Jisung dan Seungmin. Memberikan anggukan singkat yang kemudian membuat dua pemuda itu kembali masuk ke taksi yang mereka bawa sebelumnya.
Bang Chan memberikan isyarat pada Changbin dan Yongbok yang kemudian memaksa Chunghee untuk kembali masuk ke dalam mobil. Namun saat itu Yongbok terkejut ketika mendapati Taehwa di dalam mobil. Sedangkan Changbin telah lebih dulu masuk ke dalam mobil.
"Apa yang kau lakukan? Cepat masuk!" tegur Changbin.
Menyingkirkan kebingungannya, Yongbok berlari mengitari bagian depan mobil dan masuk ke kursi bagian depan lalu menodongkan senjatanya ke arah dua orang yang duduk di belakang. "Jangan bergerak."
"Jangan bergerak!" ancam Bang Chan pada para petugas keamanan yang menunjukkan reaksi ketika mobil yang dikemudikan Changbin berjalan.
Bang Chan dan Minho sekilas saling bertukar pandang sebelum bergerak mundur tanpa menurunkan kewaspadaan mereka. Keduanya kemudian segera masuk ke bagian kemudi dan meninggalkan tempat itu bersama dengan Presiden dan juga Taehwa.
Para petugas keamanan itu segera kembali ke mobil mereka dan salah satu dari mereka tampak melakukan komunikasi dengan seseorang.
Seseorang berujar dengan lantang, "ikuti mereka, tapi jangan sampai terlihat!"
"Hanya sekumpulan anak muda, tangkap mereka hidup-hidup. Tapi jika membahayakan keselamatan Presiden, eksekusi mereka!"
Selesai ditulis : 14.06.2020
Dipublikasikan: 21.06.2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro