Lembar 57
Bukit terlarang, Distrik 9.
Membawa langkahnya menapaki puncak Bukit terlarang. Hyungwon menemui para aktivis yang telah memenuhi panggilannya untuk berkumpul di sana sore itu.
Cahaya matahari yang meredup membawa angin sore menerpa tempat mereka. Menyingkirkan sedikit sunyi yang sempat menyergap. Terhitung satu minggu setelah Distrik 9 jatuh ke tangan Militer dan seminggu pula perbudakan dimulai. Para pria Distrik 1 tengah disibukkan dengan pembangunan yang memakan lahan pertanian mereka.
Dan hingga detik itu, belum pernah mereka mendengar sedikitpun kabar tentang Kihyun dan Hyunjin. Sangat sulit untuk meninggalkan Distrik, terlebih pergerakan mereka yang selalu diawasi. Dan meski rekan satu divisi Mark sering terlihat di Distrik 9, mereka sama sekali tidak membawa kabar tentang Kihyun. Seakan-akan mereka yang ingin menghilangkan jejak Kihyun. Atau mungkin lebih tepatnya mengasingkan pemuda itu.
Wajah pucat itu kembali seiring dengan setangkai bunga yang kembali pada genggaman lemah jemarinya. Hyungwon berdiri menghadap rekan-rekannya.
"Kenapa kau ingin bertemu di sini?" teguran pertama datang dari Hyunwoo.
"Kita akan memulainya sekarang."
"Apa maksudmu?" tanya Minhyuk.
"Mengambil alih Distrik."
Para aktivis Distrik 1 menunjukkan reaksi terkejut, namun tidak dengan rekan-rekan Hyungwon sendiri.
Hyunwoo kembali menyahut, "bagaimana caranya?"
"Park Chunghee."
"Kau berencana ingin mengambil kepalanya?" sahut Jooheon tanpa minat.
"Dia tidak tahu dengan keberadaan kesembilan Distrik yang mengalami perbudakan."
Jooheon menyunggingkan senyumnya, namun pertanyaan itu keluar dari mulut Hoseok. "Bagaimana kau bisa tahu tentang hal itu?"
"Seseorang dari Distrik 8 memberitahuku."
Minhyuk menimpali, "jadi maksudmu, Presiden tidak tahu dengan apa yang terjadi di sini? Apakah masuk akal jika dia tidak tahu tentang proyek nuklir ini?"
"Selama ini dia hanya fokus pada kemiskinan di Seoul dan perkembangan teknologi. Kesembilan Distrik terlupakan setelah perhatian dunia teralihkan oleh serangan Korea Utara ... kesembilan Distrik hanyalah sebagian kecil dari wilayah Korea Selatan. Wajar jika mereka mengabaikan kita."
Hoseok menyahut, "masuk akal juga. Bahkan beberapa orang dari Distrik sudah pindah ke kota. Tapi tidak ada yang berubah di sini. Negara tidak hanya dipimpin oleh satu orang saja, aku tidak heran jika Park Chunghee tidak memiliki waktu untuk mengingat kesembilan Distrik ini."
"Jadi apa rencanamu?" tanya Hyunwoo.
"Beberapa orang harus pergi ke Seoul."
Mereka kembali terkejut. Tak mampu menebak jalan pikiran Hyungwon yang kerap menghilang selama seminggu terakhir ini.
Hyunwoo kembali bertanya, "lalu?"
"Sampaikan deklarasi perang pada Park Chunghee. Itulah satu-satunya jalan agar kita bisa memenangkan perang ini."
"Terlalu mustahil," sahut Minhyuk. "Aku pikir setelah percobaan pembunuhan beberapa tahun yang lalu, keamanan Presiden semakin di perketat."
"Mustahil tidak ada celah," sanggah Changkyun. "Pasti ada celah untuk menerobos keamanan Park Chunghee. Aku yang akan pergi."
"Ya! Jangan memutuskan sendiri," ucap Jooheon dengan nada tak terima.
Hyunwoo sedikit mengangkat tangannya untuk mengambil waktu baginya untuk berbicara pada Hyungwon. "Kenapa kau berpikir bahwa ini akan berhasil?"
"Park Chunghee, dia telah berhasil mengambil hati rakyat dan mendapatkan nama baik yang mungkin akan membuatnya dikenang dalam ribuan tahun setelah ini. Kita serahkan semua pada orang nomor satu di Korea Selatan ini ... jika dia berjalan di jalan yang benar, maka dia akan memberikan bantuan pada kita. Tapi jika dia tidak peduli—"
"Ambil Distrik 9 secara paksa," sahut Changkyun yang sepertinya memiliki jalan pikiran yang sama dengan Hyungwon.
"Semua semakin terlihat mustahil, bahkan Kihyun dan Hyunjin sama sekali tidak mengirim kabar. Aku ragu jika mereka masih tinggal di Distrik 9," ucap Hoseok dengan nada bicara yang menunjukkan kekhawatiran.
"Dia akan kembali, jika dia menginginkannya." Hyungwon kemudian memandang para aktivis Distrik 1 dan berucap, "tidak ada yang bisa melindungi kalian selain diri kalian sendiri. Carilah jalan untuk selamat dan kami tidak akan memaksa kalian untuk tetap tinggal di sini."
Bang Chang menyahut sebagai perwakilan, "sejak awal kami sudah mengambil keputusan. Kami tidak bisa kembali ke Distrik 1, tapi kami masih berharap bisa memperbaiki semuanya. Jika Senior tidak keberatan, izinkan kami untuk tetap tinggal."
"Itu pilihan kalian." Hyungwon kembali memandang para rekannya. "Aku dan Changkyun memutuskan untuk pergi, siapa yang akan pergi dan tinggal di sini?"
Bang Chan menyahut, "biarkan kami yang pergi."
Para rekan Bang Chan sontak memberikan tatapan menuntut mereka. Namun Bang Chan tak terlalu mempedulikan hal itu dan kembali berucap, "selama ini kami sudah merepotkan dengan menumpang hidup pada kalian tanpa melakukan apapun. Sekali saja, kami ingin melakukan hal yang benar untuk membalas kebaikan kalian. Bukan hanya itu, kami ingin bergabung dengan rencana kalian."
Jooheon menegur dengan gaya bicaranya yang sama sekali tak berubah, "kalian masih di bawah umur, jangan mengada-ngada."
"Lalu apa yang bisa kami lakukan sekarang? Kami pun sudah tidak bisa lagi bersekolah. Kembali ke Distrik 1 pun juga tidak bisa. Kami ingin melakukan hal yang berguna, mohon bimbingannya."
Hoseok menyahut, "tapi sepertinya hanya kau seorang yang bersedia untuk pergi."
Bang Chan lantas berbalik, menghadap para rekannya. "Siapa yang akan ikut denganku angkat tangan kalian, aku juga ingin menyelamatkan saudara-saudaraku."
Minho menjadi orang pertama yang mengangkat tangannya, disusul kemudian Changbin, Seungmin, Jisung dan Jeongin meski pemuda itu tampak ragu-ragu. Menyisakan Yongbok yang belum mengambil keputusan dan menarik perhatian semua orang.
"Bagaimana denganmu, Lee Yongbok?"
Yongbok memalingkan wajahnya dengan helaan napas singkat sebelum tangan kiri yang sedikit terangkat di udara, membawa kembali Bang Chan untuk berhadapan dengan para senior mereka.
"Kami sudah mengambil keputusan."
"Lupakan," ucap Hyunwoo. "Kalian masih di bawah umur dan tidak bisa mengemudi. Kalian menetap di sini."
"Aku bisa mengemudi," ucap Minho, mengundang rasa tak percaya dari para aktivis Distrik 9.
Hoseok kemudian berucap, "siapa di antara kalian yang bisa mengemudi?"
Bang Chan dan Changbin mengangkat tangan mereka dan membuat senyum Jooheon tersungging tak percaya. Si sipit kemudian berucap seakan tengah mengeluarkan sebuah cibiran, "berapa umur kalian? Dasar anak-anak nakal."
Bang Chan kembali berbicara, "tidak ada yang bisa kami lakukan di sini. Setidaknya kami bisa jika hanya untuk menyampaikan pesan pada Presiden."
Jooheon mencibir, "kau pikir siapa Presiden? Kau pikir mudah untuk bertemu dengannya? Jangan mengada-ngada, kau ingin mati konyol!"
Minhyuk segera menepuk dada Jooheon sebagai peringatan.
"Tidak ada yang tidak mungkin, kami bahkan datang kemari karena ingin membunuh seseorang."
"Biarkan mereka pergi," celetuk Hyungwon.
"Terlalu berbahaya," sahut Changkyun.
"Akan lebih berbahaya jika kita yang pergi karena mereka sudah pasti akan mengenali kita," balas Hyungwon yang sepertinya benar-benar mengambil posisi Kihyun yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar.
Jooheon lantas kembali menyahut tanpa minat, "eih ... benar-benar merepotkan. Aku akan mengantar mereka."
"Mereka akan pergi sendiri." Hyungwon kembali menjadi pusat perhatian dan kembali memandang para aktivis Distrik 1. "Kalian yang memutuskan jalan kalian sendiri, maka pergilah dan kembali dengan jalan yang telah kalian tentukan."
"Kapan kami akan berangkat?" tanya Minho.
"Besok. Sebelum matahari terbit, pergilah ke stasiun. Kalian boleh turun sekarang."
Bang Chan kemudian mengarahkan rekan-rekannya untuk turun bukit dan kembali ke rumah Sohye yang memang sudah menjadi rumah mereka selama mereka tinggal di Distrik 1.
"Apa mereka bisa melakukannya?" ucap Hoseok ketika para aktivis Distrik 1 mulai menuruni bukit.
Hyunwoo kemudian menegur, "Hyungwon, apa yang sebenarnya sedang kau rencanakan?"
Hyungwon kembali memandang rekan-rekannya. "Hanya menunggu kabar dari Seoul."
"Bagaimana jika mereka gagal?" ucap Hoseok.
"Dua hari. Jika dalam waktu dua hari mereka tidak kembali, maka kita akan melakukan eksekusi."
Kecuali Changkyun, mereka menunjukkan reaksi terkejut masing-masing. Minhyuk kemudian berucap, "apa yang sebenarnya sedang kau rencanakan?"
Jooheon menyahut, "kita kalah jumlah. Membunuh sepuluh orang saja tidak akan mengurangi basis kekuatan mereka."
"Kita memiliki Bukit terlarang," celetuk Changkyun, selaku penggagas utama dari rencana yang dirancang oleh Hyungwon. Meski ia tidak tahu menahu tentang rencana Hyungwon yang ingin mengirimkan deklarasi perang terhadap Park Chunghee.
"Apa maksudmu?" tanya Hoseok.
"Jika kita membakar Bukit terlarang, apa yang akan terjadi?"
Selain Hyungwon, mereka saling bertukar pandang dan mulai mengerti apa maksud Changkyun sebenarnya.
Hyunwoo kemudian bersuara, "terlalu berbahaya. Jika kita membakar Bukit terlarang, asap beracun yang tercipta akan terbawa angin dan mungkin bisa membahayakan warga."
Hoseok menyahut, "itu benar. Terlalu berbahaya jika harus membakar Bukit terlarang."
Hyungwon menimpali, "kita tidak akan membakar Bukit terlarang."
Jooheon menghela napas dengan suara yang keras dan mengeluh, "ada apa dengan dunia ini? Kenapa aku harus hidup di masa sekarang? Apa saja yang dilakukan Kihyun Hyeong di sana? Kenapa orang itu tidak kembali juga sampai sekarang?"
Hoseok menyahut, "aku khawatir, mungkinkah Kihyun masih menetap di Distrik 8 selama ini?"
"Tidak tahu!" lantang Jooheon dengan sedikit kesal dan pergi dengan tangan yang berkacak pinggang. Mulutnya kemudian menggerutu, "mungkin saja dia menjemput Sohye dan hidup bahagia di luar sana. Itu adalah kehidupan yang benar-benar sempurna. Aish ... kenapa hidupku sial sekali? Eih ... Ya! Park Sodam, kenapa putramu harus hidup seperti ini!"
Suara Jooheon semakin melemah ketika langkah itu berjalan menuruni bukit dan membuat Hoseok menggaruk keningnya. "Anak itu selalu berlebihan." Menepuk bahu Hyunwoo sebelum berjalan pergi. "Aku pergi dulu."
Hyunwoo sekilas menepuk bahu Changkyun sebelum menyusul Hoseok. Menyisakan tiga orang yang masih bertahan di sana.
Minhyuk kemudian memandang kedua rekannya secara bergantian sebelum memberi teguran. "Kalian sudah merencanakan ini sejak lama?"
Changkyun menyahut, "kita tidak bisa hanya berdiam diri. Cepat atau lambat, mereka pasti akan memperbudak kita."
Minhyuk menghela napas dengan singkat dan mengalihkan pembicaraan. "Perwira yang kau kenal itu, apa dia tidak memberi kabar tentang Kihyun?"
Changkyun menggeleng dan semakin menguatkan kecurigaan semua orang bahwa Kihyun benar-benar telah melarikan diri bersama Sohye.
Minhyuk kemudian bergumam, "apa benar dia sudah meninggalkan Distrik 8?"
"Kihyun Hyeong tidak mungkin berkhianat," sahut Changkyun. "Dia pasti kembali, entah kapan itu."
"Tapi bagaimana jika dia tidak pernah kembali?" ucap Hyungwon.
"Dia akan kembali, selama dia masih hidup." Changkyun lantas menuruni bukit melalui jalan lain yang mengarah ke gubuk di kaki bukit. Membiarkan Minhyuk bertatap muka dengan Hyungwon yang kerap menghindar darinya.
Hyungwon hendak pergi sebelum suara Minhyuk menghentikan langkahnya.
"Jangan menghindar lagi ... kita harus bicara mulai sekarang."
Hyungwon berbalik, memandang pemuda yang selalu ia hormati sebagai saudara tertua.
"Aku minta maaf, Hyeong."
Selesai di tulis : 10.06.2020
Di publikasikan : 11.06.2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro